Puisi Heru Patria
Kepul
Asap hitam membumbung tinggi menusuk langit
Sesaki rongga dada sakit tak kuasa menjerit
Belenggu hidup batasi ruang gerak sempit
Jiwa-jiwa rapuh makin terhimpit
Knalpot kendaraan tiada henti buang kentut
Cerobong pabrik keasyikan semburkan kalut
Orang pinggiran hanya mampu memeluk lutut
Setubuhi nasip penuh kemelut
Kepul asap sisakan polusi tiada henti
Udara pengap serupa racun bunuh diri
Manusia dan pohon berebut oksigen
Bukti persoalan hidup kian homogen
Nanti jika dada-dada ringkih telah terkulai
Detak paru-paru lagi berirama seperti dulu
Celoteh tentang reboisasi tinggal mimpi
Berselimut debu beranjang residu
Saat itu,
Kepul kepala manusia semburkan tanda tanya
Tentang siapa penanggung jawab ini semua
Sedang napas tinggal menghitung jeda
Satu satu tinggalkan hidupnya
Kepul kepala
Kepulan dosa
Kepul jiwa
Kepulan duka
Lara
Blitar, 2022
Residu
Pada siapa embun pagi akan adukan tangis
Ketika pucuk-pucuk daun tak lagi manis
Residu telah membuat kesegaran terkikis
Habis tergerus gerimis
Tiada salah mulut daun menggerutu resah
Lantaran manusia tak hargai jerih payah
Udara bersih tercipta dari tumbuhan hijau
Orang mengotorinya dengan beragam residu
Sungguh kacau!
Blitar, 2022
Sholawat Embun
Jika bagian terindah dari tidur adalah mimpi
Maka bagian terindah dari hidup adalah mati
Ajal yang sudah menjadi ketetapan Tuhan
Mustahil disangkal oleh suatu kekuatan
Siapkan diri dengan bekal keimanan
Selagi nama belum terpanggil dari antrian
Kalian lihatlah tetesan embun
Setiap pagi bersholawat bersajadah embun
Sebagai bentuk permohonan ampun
Atas lalai yang pernah terhimpun
Meski kehadiran embun hanyalah sesaat
Keburu pergi sebelum lidah matahari menjilat
Tapi hadirnya memberi sungguh manfaat
Persembahkan kesegaran bagi umat
Dari sholawat embun bersajadah daun
Beri kita petunjuk kehidupan santun
Utamanya bagi kaum yang pandai bersyukur
Atas segala nikmat di sepanjang umur
Blitar, 2022
Celoteh Emprit
Seekor emprit terbang rendah di pepohonan perdu
Bingung mencari sarang tempat kemarin bercumbu
Sebab pohon-pohon meranggas tanggalkan daun
Sisakan batang kering jauh dari kata rimbun
Pada angin emprit berceloteh pedih
Karena habitatnya kini telah tersisih
Tergusur oleh manusia bersifat rakus
Yang janji manisnya berbau kakus
Blitar, 2022
_______
Penulis
Heru Patria adalah nama pena dari Heru Waluyo, seorang novelis dari Blitar yang juga suka baca dan nulis puisi-cerpen. Puisi dan cerpennya banyak dimuat dalam buku antologi nasional serta berbagai media cetak dan online. Novel terbarunya berjudul Dalbo : Basa Basi Bumi (Elexmedia, 2021) dan Kerontang : Kesaksian Pohon (Hyang Pustaka, 2022). Buku puisinya yang baru terbit berjudul Senyawa Kopi Sekeping Hati (IA Publisher, 2021).
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com