Oleh Encep Abdullah
Suatu hari seorang teman bikin status di FB tentang buku barunya. Ia mengatakan bahwa yang komentar dapat gratis bukunya. Sebagai sahabat yang baik saya cuma komen "Gak mau dikasih". Tak lama saya langsung WA penulisnya, saya kirim alamat pengiriman buku. Di komentar statusnya itu, mungkin cuma saya yang jawab begitu, yang lainnya cuma mau gratisan. Saya tidak kaget dengan orang-orang macam itu.
Ternyata, itu buat menarik perhatian pembaca. Ia ngetes teman-teman FB-nya. Ia nge-prank. Saya sudah curiga, tak mungkin akan berbagi gratis, wong baru terbit kok. Yang namanya penulis, pasti ingin ada yang beli dulu, promo dulu, sejauh mana karyanya laku. Tapi, cara teman saya itu oke juga buat ngetes orang-orang. Maaf, saya tidak tergiur. Saya tahu apa yang ia rasakan.
Sehari setelah statusnya ramai, ia menulis status begini.
"Lihat status saya sebelum ini, begitulah mental kita dalam menghargai karya seseorang (walaupun tidak semua). Ketika saya jual, satu pun nggak ada yang komen. Tapi saat saya ganti caption-nya dan bilang gratis, orang yang nggak saya kenal pun komen. Sayangnya saya nggak sebaik yang kalian kira, wankawan. Saya nulis buku itu susah payah, lho, masa iya saya mau bagiin gratis."
Bangke memang orang ini. Haha. Beberapa orang yang komentar pada status sebelumnya, mungkin tidak berani lagi komen pada statusnya yang kedua. Namun, ada satu orang yang berkomentar begini.
"Wow. Sebagai orang yang ikut komen juga, jadi merasa tersentil. Menurutku bukan gak menghargai karya sih Kang. Soalnya Akang sendiri yang menawarkan, jadi respons seperti itu pasti tak terelakkan. Bukan ujug-ujug mereka sendiri yang minta gratisan. Hehe... Oia, aku sendiri berniat mau beli loh dengan harga normal, udah cek e-commerce. Terus kebetulan liat status itu lewat ya coba aja kan iseng-iseng berhadiah. Kalo gak dapet ya udah."
Komentar orang ini juga ada benarnya. Cukup mewakili yang lain yang sudah komen pada status sebelumnya.
Wahai, pembaca gratisan, mana mungkin penulis semudah itu membagikan buku terbarunya begitu saja, cuma-cuma saja. Tidak ada syarat atau kuis atau apa. Kalau Anda ketemu lagi dengan status macam begitu, perlu dicurigai.
Status yang gratisan itu beberpa kali diubah, ia ganti begini.
"Siapa yang mau beli buku ... ini? Silakan inbox saya atau langsung pesan ke Tokopedia dan Shopee. Harganya 60 rb belum termasuk ongkir." (Penulisnya bilang sudah 3 kali ganti caption, status gratisan sudah tidak ada, haha).
Sebenarnya, saya juga termasuk orang yang gemar membagikan buku gratis. Tapi, tidak semua buku karya saya dibagikan gratis, walaupun saya punya hak sendiri, tidak diatur-atur kontrak penerbit dsb. Saya bisa sesuka hati membagikan PDF. Namun, saya lihat situasi dan kondisi. Khawatir menyakiti hati pembeli yang sebelumnya pernah beli buku saya.
Hal itu terjadi. Ada seorang kawan yang mungkin niatnya mau beli buku terbaru saya. Namun, ia bilang bahwa nanti juga buku terbaru saya dibagikan gratis PDF kayak buku yang dulu pernah dibelinya. Jadi, ia setengah hati untuk beli. Sampai akhirnya ia tidak jadi beli.
Mungkin ia merasa rugi, kenapa harus beli kalau akhirnya dibagi-bagikan gratis. Ia berpikir sebagai pembeli, yang susah payah mengeluarkan uang, eh malah ujung-ujungnya dibagiakan cuma-cuma.
Saya jawab saja bahwa buku tersebut sudah saya niatkan akan saya bagikan kalau sudah 3--5 tahun setelah versi cetakan pertama terbit. Tapi, tidak semua buku saya perlakukan sama. Hanya beberapa. Itu pun hak saya juga mau membagikan kepada siapa pun. Namun, setelah teman saya WA merasa keberatan kalau dibagi-bagikan, saya jadi berpikir ulang untuk membagikan. Karena saya orangnya hobi bagi-bagi, saya tidak memungkiri hobi itu. Tapi ingat, saya tidak suka membagi-bagikan buku PDF gratis karya penulis ternama kepada orang lain. Saya kadang dikirimi oleh teman, tapi tidak saya teruskan. Saya hanya berbagi tautan kalau terdesak. Misal ada teman yang butuh buku itu karena sudah genting. Atau orang-orang tertentu yang punya alasan-alasan tertentu kenapa dia tidak beli bukunya langsung. Atau kadang saya simpan untuk pribadi saya. Walaupun saya punya PDF gratisannya, jarang saya buka, saya lebih suka versi cetaknya. Kasihan sebenarnya naskah kawan-kawan penulis hebat itu berseliweran gratis di blog-blog orang. Bagi kamu yang masih hobi macam itu, sudahlah berhenti saja di kamu. Jangan diteruskan lagi.
Kembali kepada buku gratis. Saya suka dengan cara teman saya bikin status di FB itu sebenarnya. Saya mau coba juga, siapa tahu ada yang nyangkut. Anda bisa tebak sendiri saya bercanda atau serius.
Kepada Anda yang baca tulisan ini, Anda punya kesempatan dapat buku terbaru saya Buku Tanpa Endors dan Kata Pengantar (Penerbit #Komentar, April 2022) gratis, cuma-cuma, juga gratis ongkir. Tapi, maaf ada syaratnya. Anda wajib bikin ulasan di blog pribadi, bebas mau berapa kalimat, lebih kerennya ya diresensi di media massa (cetak atau daring). Kalau Anda tertarik, silakan WA saya. Tidak ada embel-embel kata-kata selain salam, nama lengkap dan alamat lengkap. Saya tidak akan membalas apa-apa.
Saya tunggu. Siapa tahu Anda beruntung.
WA Encep Abdullah 087771480255.
Kiara, 10 Mei 2022
______
Penulis
Encep Abdullah, penulis yang maksa bikin kolom ini khusus untuknya ngecaprak. Sebagai Dewan Redaksi, ia butuh tempat curhat yang layak, tak cukup hanya bercerita kepada rumput yang bergoyang atau kepada jaring laba-laba di kamar mandinya. Buku kolom proses kreatifnya yang sudah terbit Buku Tanpa Endors dan Kata Pengantar (#Komentar, April 2022).