Puisi Sul Ikhsan
Aku Ingin Membaca Engkau
Aku ingin
Di malam yang kurang tabah ini
sesekali berkunjung di semesta kepalamu dan membaca seluruh engkau di sana
Sebab rupa-rupanya, kau enggan untuk mengerti, bahwa selain aku, tak ada yang bisa membaca lebih banyak tentang segala sesuatu yang terbentang luas di sana
tidak juga segenap nasib yang seharian ini berlari-larian kecil bersama kita
tidak juga rerimbun pohon tempat kita bersandar dan memendam seluruh kegelisahan sore itu
tidak juga gerimis dan warna langit yang murung mencurigai maksud kita
Selain aku, tak ada yang sungguh-sungguh ingin membaca semesta itu
Tak ada yang mengerti
bahwa laut, sungai-sungai kecil, ceracau burung, sawah yang menguning, dan embun pada dedaunan
tinggal di sana
Mancak, 19 Januari 2019
Pada Sepasang Matamu
pada sepasang matamu
ada seluruh laut di sana
ada sampan biru muda
ada karang-karang yang tenang
ada ikan-ikan yang riang
ada pasir yang ditumbuhi bebatuan
ada ricik ombak yang menyusun irama
ada kuncup bakau yang menggelinjang dibelai nyiur angin
ada siluet sore yang membelai pantai
ada aku
yang tak pernah selesai membacamu
Lontar, Juli 2021
Selain Engkau
sunyi-sunyi menggigil
doa berjatuhan di bawah ranjang
pintu bingung
jendela berderit
angin lari tunggang-langgang dari pintu belakang
dan malam tak bersisa apapun
selain engkau
Tirtayasa, Mei 2021
Doa
Aku, rumput gersang yang sekarat
Engkau, gemercik hujan yang berisi doa
Segala hal
yang hidup
akan mati
kecuali doa
Segala aku
yang sekarat
akan hidup
dengan engkau
Tirtayasa, Februari 2021
Pada Hari
Pada hari di mana hujan melawat ke rumahmu
Doaku bergelantungan di riciknya
dan turut meruwat gelisah engkau yang meruap-ruap
Pada hari di mana hujan pulang
Doamu menjadi payung
yang mengantar aku pelan-pelan ke pekuburan
Tirtayasa, Agustus 2020
Biodata Penulis
Sul Ikhsan. Lahir di Serang, 18 Mei 1998. Menulis puisi, prosa, dan esai. Pernah bercita-cita menjadi powers rangers merah.
@sulikhsan