Puisi Taufiq
Bapak
bakda salat subuh
ia meninggalkan rumah
pergi ke tempat ia mencari nafkah
sembarinya, ia menitipkan salawat nabi di sepanjang jalan
dalang-gulang dengan dingin
kakinya terselimuti embun
sinar fajar telah tiba
menguliti seisi ruang muka
rumah sudah tak terlihat oleh mata
tulang-tulangnya berjatuhan di tanah
keringatnya membanjiri sawah
semangatnya terbuat dari sang buah hati
dan hatinya terbuat dari sang istri
Kepaksan, 27 Agustus 2011
Foto Lawas
pikiranku diajak ke masa lalu
mataku tergeletak di foto lawas
hati mengeluh: kembalikan masa laluku.
Serang, 26 Agustus 2021
Tak Sepeser Pun Cahaya Bulan
dingin malam ini memberi isyarat
wajahku tertampar angin, penuh sarat
celangak-celingok dengan mata yang serat
gerlip lampu di pinggir pesisir penuh putus asa
tidak memberiku aba-aba
penuh dengan doa
penuh dengan semoga
debur air laut memecahkan telinga
tiupan angin laut begitu menyapa
astaga, ternyata
ini maksud dari semua kepanikan itu
tak sepeser pun cahaya bulan
setengah hidupku mati rasa
14 Agustus 2021
Penulis
Taufiq, biasa alam raya manggilnya Opik. Lahir di Serang, 1997. Belajar hukum tata negara di Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin (UIN SMH) Banten. Tulisan-tulisannya belum pernah bertamasyaria ke laman mana pun.