Puisi Muhammad Asqalani eNeSTe
Katakan Aku Ikan Sungai
: Piki Adria
atau seperti ini, ikan tumbuk banir masuk ke lubang bangir hidungku,
sejenak tertidur, dalam waktu lama bertelur. ikan rappangrappang
seperti membawa pedang untuk buncahkan lengang ke bidang dadaku.
ikan-ikan kerapu mengelilingi pendengaranku. toman sekadar menyentuh
pangkal lenganku. ikan gabus membuat pandanganku kabus. ikan-ikan tilan
kawin di tenggorokanku yang tiba-tiba susah menelan. ikan-ikan sulum
tak ubah kulum-kulum di pangkal mulutku. lalu ikan timah hanya melintasi
depan bibirku. anak gamak menggerogoti rambutku, aduhai menghitam.
ikan juara menyuruk ke antara paha. sudah pasti ikan-ikan bilis menyulam
alisku, serta ikan-ikan selais menyusuri bulu betisku. ikan inggit-inggit
serasa membuat tumitku sakit. Tuhan, ternyata aku ikanmu yang mampu
berair di daratan. kafirkah aku?
Kubang Raya, 2015 – September 2021
Mencintai Ingatan, Saat Hutan-Hutan Dijaga Jiwa Kanak-kanak
kau mampu mengingat likat matahari yang tenggelam di belikat ayah,
saat ia tinggalkan ibu, engkau dan ayam-ayammu yang baru menetas?
ayah lebih memilih hutan perawan, menebang batang-batang,
menghayutkannya bersama diri yang terapung di sungai,
lalu membawakanmu setangkai dua tangkai kelubi
seolah-olah kau anak lelaki yang ngidam.
kau ingat ibu yang memeluk labu di hari-hari kelabu?
saat ladang hanya ada lengang, kau yang cengeng
dan lengking rusa menakutkan.
ibumu menangis, mengiris labu dalam kelambu, mencium baju dalam ayah,
mendesah racau, mengigau igau, pikiran pun kacau hantu belau.
masih ingatkan, bebatang tebu teman-temanmu,
pakis merah semerah matamu yang berendam,
burung puyuh yang meringkuk seperti burung dalam celanamu
yang unyu-unyu?
kau rindu semuanya, rindu ayah yang enyah, ibu yang entah,
hutan yang alah, serta merta yang membuatmu isak beriba-iba.
kau tahu, kau telah terusir ke kota-kota, ke luar doa,
Tuhan yang hilang semena-mena, sebab kau dan alam saling tikam.
kaukah yang kalah atau alam benar-benar rebah?
ya ya ya, bacakan puisi ini di tengah malam di jantung hutan,
hutan pikiranmu yang liar rimba. menimba bayangan ayah, ibu,
dan batu-batu licin yang luncas dari genggaman.
Kubang Raya, 3 & 5 Agustus 2021
____
Penulis