NGEWIYAK.com, KOTA SERANG -- LP2M UIN SMH Banten bekerja-sama dengan Kemenag RI dan Rumah Moderasi Beragama UIN Banten, mengadakan seminar nasional dengan mengusung tema "Peran Tradisional Lokal dalam Penyelarasan Relasi Agama dan Budaya di Banten" di Hotel Puri Kayana, Kota Serang (30/11/21).
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama satu hari. Dimulai pukul 08.00 s.d. 17.00 dan diikuti oleh 55 peserta, yang terdiri dari dosen dan mahasiswa Fakultas UIN SMH Banten.
Dr. Hj. Hunainah, M.M., selaku Ketua LP2M UIN SMH Banten menyampaikan kepada hadirin bahwasanya Banten lekat dengan kultur sosial, budaya lokal, dan kental akan ke-Islaman. Kemudian hal ini dimanfaatkan menjadi target untuk dipecah belah oleh segelintir kelompok.
"Tujuan diadakannya seminar nasional selama satu hari ini, tidak lain untuk meningkatkan pengetahuan tentang tradisi lokal yang ada di Banten serta penyelarasan relasi agama dan budaya di Banten," ujarnya.
Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh Rektor UIN SMH Banten, Prof. Dr. Wawan Wahyudin, M.Pd. sekaligus memberikan sambutan.
"Kegiatan seminar nasional ini harus dijadikan kesempatan untuk memahami kembali tradisi lokal Banten. Dan mengingat kewajiban kita untuk menjaga keberagaman serta untuk mempertegas ikatan dalam perbedaan yang tertuang dalam pilar negara Bhineka Tunggal Ika," terangnya.
Selain itu, ia juga menuturkan terkait Realitas Tantangan Rumah Moderasi Beragama yang harus diketahui oleh masyarakat Banten saat ini.
"Realitas tantangan rumah moderasi beragama yang harus di ketahui adalah ekstrimisme, mayoritarianisme, ekslusivisme, kekerasan atas nama agama, intoleran, absolutivisme, anti-NKRI," paparnya lagi.
Dr. Muhammad Ishom, M.A., selaku Ketua Rumah Moderasi Beragama UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, mengapresiasi kegiatan tersebut terlebih provinsi Banten adalah daerah yang memiliki catatan sejarah yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.
"Sejak tahun seribu enam ratus lima puluh dua di Desa Demayon kawasan Banten Lama, sudah berdiri tempat ibadah non-Muslim, seperti Vihara Avalokitesvara dan gereja pertama di Jawa, Leuweung Gereja (dalam bahasa Sunda) abad ketujuh belas yang terletak di Kabupaten Lebak," tutupnya.
(Redaksi/Opik)