Puisi Syukur Budiardjo
Tikus Berdarah
Di tengah jalan basah
Tikus got terbujur berdarah
Siapa pembunuhnya entah
Di lobi hotel megah
Para tikus tertawa renyah
Siapa pembunuhnya entah
Jakarta, 20 Juli 2016
Perut, Rekening, dan Entong Gendut
Di dalam perutnya yang gendut nan buncit terdapat aspal, batu kerikil, juga batu granit. Masih ada lagi buku bacaan, listrik, dan meja. Ada air, beras, gula, kayu, cat, juga besi baja di dalam perutnya yang gendut menggelikan terdapat keluh, jerit, dan tangis memilukan.
Di dalam rekening yang gendut nan ganas terdapat suap, sogokan, juga uang panas. Masih ada lagi mark up, manipulasi, korupsi, angka fiktif, pemerasan, rekayasa, dan kolusi. Di dalam rekening yang gendut mencurigakan terdapat kemunafikan dan tipu daya menjijikkan.
Di dalam riwayat Entong Gendut nan patriotik terdapat kegigihan dan perjuangan yang heroik. Melawan penjajah Belanda yang kian meradang dengan pencak silat dan keris, golok, atau pedang. Di dalam riwayat Entong Gendut sang pemberani terdapat keikhlasan, pengorbanan, dan hati nurani.
Cibinong, 3 Maret 2015
Reportase Amplop dan Kardus
Segepok amplop dan seonggok kardus
Tergolek membisu seperti tak terurus
Amplop dan kardus milik para tikus
Disimpan di gudang agar tak terendus
Namun rupanya kucing menciumnya
Lalu mendekat dan membukanya
Kucing terkesiap seketika itu juga
Karena isinya membuatnya terpana
Ketika amplop dibuka lebar-lebar
Mata kucing menjadi gusar nanar
Dan jantungnya pun berdebar-debar
Karena isinya bertumpuk-tumpuk dollar
Setelah kardus terbuka dengan susah
Hati kucing pun menjadi resah gundah
Karena isinya bertumpuk-tumpuk rupiah
Tentu jumlahnya sangat melimpah ruah
Kucing lalu menjadikan amplop dan kardus
Beserta isinya yang masih utuh dan mulus
Sebagai barang bukti tindak pidana korupsi
Yang semakin merajalela saja di negeri ini
Rupanya amplop dan kardus di negeri kita
Sangat berguna bagi penguasa dan mafia
Untuk meninggikan harkat dan martabat
Juga untuk merendahkan derajat rakyat
Jakarta, 3 Januari 2014
____
Penulis
Syukur Budiardjo adalah penulis dan pensiunan Guru ASN di DKI Jakarta. Alumnus Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Jurusan Bahasa Indonesia IKIP Jakarta. Menulis artikel, cerpen, dan puisi di media cetak, media daring, dan media sosial. Kontributor sejumlah antologi puisi. Menulis buku kumpulan puisi Mik Kita Mira Zaini dan Lisa yang Menunggu Lelaki Datang (2018), Demi Waktu (2019), Beda Pahlawan dan Koruptor (2019), buku kumpulan esai Enak Zamanku, To! (2019), dan buku nonfiksi Strategi Menulis Artikel Ilmiah Populer di Bidang Pendidikan Sebagai Pengembangan Profesi Guru (2018).
Akun Facebook, Instagram, dan YouTube menggunakan nama Sukur Budiharjo.
Email: budiharjosukur@gmail.com.
Tinggal di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com