Puisi Anindita Buyung Pribadi
Sajak Ketika Melepasmu Pagi Itu
keheningan usai sua kita pagi itu adalah gelisah
mengudara lewat rindu; tak sepenuhnya tergapai ke hatimu.
sayangku, waktu memang terlalu sempit untuk hati
begitu lapang ditumbuhi rindu-rindu menanti
angin membelaiku
senja mengantarku pada hujan
dan pelanginya yang ungu
sayangku, kau begitu merdu
tatapanmu adalah ringkih yang rengkuh
rintih yang menjelma siuh
bidadari, wangimu sedikit saja kubawa
menemani rerindu yang sisa
hujan ada pada pembicaraan kita
tentang rindu yang tumbuh dewasa
menyenandung rapsodi yang dramatis
kau hanya perlu duduk manis seperti gerimis
kekasihku di malam purnama,
maukah kau bicara cinta?
Sajak Senja dan Sepasang Merpati
kasih adalah perbincangan yang kita kicaukan
ketika mentari mulai pudar dan langit memerah menyambut sore.
dan kita duduk memadu angan.
kita merpati yang dahaga —bertemu di dermaga
ketika salah satu dari kita lebih sering melambai ke arah samudera
dengan senyum sumringah; dengan wajah rindu gelisah.
kita merpati yang bercinta —bertemu di cakrawala.
saat kita berpeluk mesra tanpa kata,
dengan air mata yang syahdu
mengalun berangkai rindu
atau dengan air mata; jatuh tanpa kuasa
aku seekor merpati, menanti seekor merpati.
banyak senja kulalui dengan duduk
pada kangenku yang mabuk.
seteguk saja, rindu dibawa udara
menjamah tubuhku menggila
di senja ini sepasang merpati dijeda
dan diuntai lagi pada satu nada
Wulan Tanpa Rembulan
menanti purnama di atas bukit
di atas selembar daun dan sebatang teratai
aku menamai malam ini sebagai malam penantian.
dan mata merindui senyum serupa mawar berbau harum
ada yang hilang dari malam
sedangkan bintang masih menanti langit binasa
ada yang hilang dari rembulan
menebarkan kuncup kesedihan pada luka
aku mencari senyummu lebur dalam angan
membelai ribuan kenangan
sentuhlah tanganku saat angin tak mampu membelaiku.
kecuplah aku waktu hujan meninggalkan bekas di pipiku.
malam selalu menyambut dikau dengan tenang
peluklah ia selayaknya kekasih yang kau sayang
kekasihku, rembulanku
untukmu yang merambatkan harapan
pada derai angin di dahan cemara
aku menyanyikan lagu dan berpuisi tanpa suara
____
Penulis
Anindita Buyung Pribadi, lahir di Banyumas. Kini tinggal di Magelang. Karyanya pernah dimuat di beberapa media cetak, daring, dan antologi bersama. Penulis bisa ditemui di akun instagram @aninditabuy dan surel aninditabuyung@gmail.com.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com