Dzata Halwany Hasbul Wafy lahir di Pemalang, 21 Agustus 2000. Kak Dzata, panggilan akrabnya, hobi menulis puisi. Pada bulan Januari 2022 yang lalu, Kak Dzata menerbitkan buku puisi pertamanya berjudul Pada Sebuah Elegi.
Kak Dzata berstatus sebagai seorang mahasiswi di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Negeri Semarang. Sembari ia juga aktif dalam organisasi keilmiahan dan pernah berprestasi sebagai Juara 1 Lomba Tulis Puisi Tingkat Nasional yang diselengggarakan oleh HIMA PAI Universitas Alma Ata Yogyakarta. Wah, keren ya!
Oke, mendingan langsung saja kita kepoin penulis perempuan muda ini. Cekidot!
____
1. Sebelum jauh bertanya ini dan itu. Saya penasaran dengan nama Kakakyang terasa unik dan nyastra. Kalau boleh tahu, asal usul kedua orang tua memberi nama Dzata Halwany Hasbul Wafy itu terinspirasi dari mana dan artinya apa ya, Kak?
Untuk nama Dzata Halwany Hasbul Wafy sendiri cukup panjang sejarahnya ya, Kak. Dulu, saat Ibu saya mengandung saya, Ayah masih kuliah. Ayah pernah cerita kalau nama itu berhasil Ayah temukan setelah Ayah sibuk mencarikan nama yang tepat di perpustakaan daerah di Jawa Tengah. Nama Dzata Halwany Hasbul Wafy itu, memiliki arti yaitu "Yang manis, titipan dari yang Mahasempurna".
2. Oke, lanjut. Awal mula Kak Dzata bisa tertarik, menyukai, dan kemudian akhirnya mau belajar menulis puisi itu timbul dari mana?
Kebetulan Ayah dan Ibu saya itu keduanya adalah seorang guru bahasa Indonesia. Jadi, sejak kecil saya sudah dikenalkan dengan puisi terlebih lagi ketika mereka sedang mengajarkan murid-murid mereka untuk mengikuti lomba membaca puisi, saya selalu ikut diajarkan. Awalnya saya tidak begitu menyukai menulis, tetapi saya lebih suka tampil di atas panggung untuk membaca puisi. Tetapi, beberapa tahun belakangan ini saya lebih tertarik untuk menulis, karena ada saat di mana saya menghadapi masa sulit saya, yaitu ketika lulus dari SMA. Saat itu saya melalui banyak hal dan mulai menuliskan keresahan saya pada status di sosial media. Ternyata, banyak respons positif yang saya dapat dari teman-teman. Sejak saat itulah saya lebih fokus untuk menulis daripada tampil membaca puisi.
3. Terus, menurut Kak Dzata, sebetulnya apa sih makna puisi?
Menurut saya, puisi itu ruang bicara. Terkadang, ada kalanya saya merasa apa yang saya rasakan, saya pikirkan, dan yang saya hadapi itu tidak perlu diceritakan secara gamblang kepada orang lain. Maka saya menuliskan itu di dalam puisi, dan orang lain akan membaca. Tetapi mereka tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi, dan dengan begitu saya sudah merasa keresahan saya didengarkan oleh orang lain.
4. Ceritain dong Kak, tentang proses kreatif penulisan puisi-puisi Kak Dzata yang terhimpun dalam buku Pada Sebuah Elegi (#Komentar, 2022). Apakah sebelumnya Kak Dzata sudah punya niatan bakal membukukan puisi-puisi yang terdapat dalam buku tersebut?
Buku Antologi puisi yang saya tulis kemarin sebetulnya adalah puisi yang mulai saya tulis ketika saya lulus SMA. Buku itu adalah rangkaian perjalanan yang saya tempuh hingga sampai saya ada di titik yang sekarang ini. Saya juga sudah berniat sejak lama untuk membukukan puisi-puisi saya, tetapi tidak terlaksana karena saya selalu merasa kurang layak. Sampai pada akhirnya, pada bulan Desember kemarin, saya ditawarkan oleh dosen saya untuk mengikuti sebuah kompetisi di fakultas yaitu pemilihan mahasiswa berprestasi. Dengan adanya acara itu, saya harus mengejar target supaya dapat memiliki banyak prestasi. Salah satu prestasi yang dapat saya kejar adalah karya tulis. Maka dari itu, buku Pada Sebuah Elegi saya rampungkan supaya dapat diajukan untuk menjadi salah satu prestasi saya.
5. Nah, selain menulis puisi, apakah Kak Dzata sendiri pernah membaca puisi di suatu kegiatan tertentu? Kalo pernah, ceritain dong keseruan pengalamannya.
Sebelum saya menulis, justru saya lebih suka tampil untuk membaca puisi terlebih dahulu. Soalnya saya sudah beberapa kali mengikuti lomba membaca puisi juga, walaupun belum ada hasil yang membanggakan. Kemudian saya juga sering tampil di acara-acara sekolah.
6. Oh, iya. Selain menulis puisi, apakah nanti ke depannya Kak Dzata punya keinginan membuat buku dengan genre sastra yang lain?
Tentu, saya ingin sekali bisa menulis cerita pendek. Karena selama ini, saya belum pernah berhasil menulis cerpen sampai rampung. Selalu saja, akhirnya bersarang menjadi draft yang tidak terjamah lagi. Hehe.
7. Terakhir, pesan apa yang pengin Kak Dzata sampaikan kepada pembaca NGEWIYAK umumnya dan kepada pengagum puisi Kak Dzata khususnya?
Pesan saya untuk pembaca, cintai apa yang sudah kita mulai, perjuangkan apa yang kita impikan, syukuri apa yang kita punya, sebab terkadang, ketidakmungkinan akan dipatahkan ketika kita mulai berusaha untuk membuka jalan bagi diri kita sendiri.
(Penyaji Pertanyaan, Ray Ammanda)