Puisi-Puisi Hendri
Kembali Daring
Nak! Duduklah dalam lamunanmu
Tataplah cakrawala yang berwarna
Dengan mega-mega yang berkuasa
Esok kau kembali menepi
Belajar daring bersama sunyi
Nak! Pandemi belum sirna
Lembaran-lembaran ilmu
Harus kau susun dengan mata berkaca
Karena jarak akan memisahkan kita
Hatimu dan hatiku di belantara luka
Nak! Tetaplah tersenyum
Walau ranting-ranting daun, pohon
Pucuk merah, dan dinding sekolahan
Kembali menangismu dan meratapi
Segala rindu. Jauh dari tawa dan bahagia
Nak! Sementara ini kalian di rumah
Biarkanlah kelas dan meja tersedu-sedu
Lantai keramik berteriak dalam retak
Sendiri bersama angin dan dingin
Sampai kalian datang lagi ke sekolah
Nak! Berdoalah. Agar pandemi ini
Hilang selamanya. Rinduku padamu
Seperti setetes embun yang menghijaukan
Hati. Menghijaukan senyummu
Saat di sekolah nanti
Kota Serang, 11 Februari 2022
Bingkisan Mimpi
Setiap memandangmu
Ada getar yang mendayu
Mengetuk hatiku. Menobrak segala
Tembok yang menjadi penghalang
Untuk menyelusup ke ruang sunyimu
Wajahmu berceceran indah di puisiku
Di lembaran-lembaran buku
Dan di antara dua bunyi
Yang memanggil lembut lewat nada
Kau dan aku
Malam-malam selalu menghadirkan
Bayanganmu. Tersenyum simpuh
Pada pikiran yang terusir
Dari pergolakan waktu
Begitu dalam. Begitu dahsyat
Ketika itu pula. Kecantikanmu
Kususun dari puing-puing rindu
Saat kau menepi jauh dari peraduan harapan
Namun tetap kuregut lewat impian
Dari tidurku yang nyenyak semalaman
Kota Serang, 4 Februari 2022
Menyepi
Dengarlah suara-suara sungai
Yang membisikan tentang rindu
Jalan setapak yang berdetak
Menuntunku menuju perburuan baru
Di perjalanan ada batu-batu
Ada pohon yang berjejer manis
Mengepungku di setiap helaian nafas
Dan hijaunya hutan di tubuhmu
Adalah cinta yang mendayu
Sedangkan nyanyian burung
Seperti mengajaku berdiskusi
Tentang wanita yang meninggalkanku
Di palung paling akhir
Melva, gadis bermata senja
Telah larut bersama dentingan air
Mengalir ke sela mata dan lekuk pipiku
Menjadi luka yang terbalut sepi
Di penantian ini. Aku bersembunyi
Tak terjamah lampu suar
Jauh sekali. Selain sunyi yang setia
Menemani keteduhan hati ini
Kota Serang, 3 Februari 2022
Di Ujung Pena
Aku tulis puisi di tubuhmu
Pelan saja. Sambil memejamkan
Mata. Kau nikmati goresan pena
Yang kuciptakan dengan erangan
Dari nafasmu yang berlelehan
Tintaku masih sekental dulu
Meraba ke setiap helaian kulitmu
Kata-kata berloncatan. Menembus
Diksi. Memaknai kiasan yang berarti
Kau hampir di ujung puncak
Ketika penaku melaju ke ruang sunyi
Menuju hutan bahasa
Begitu rimbun. Begitu belukar
Dan ujung pena itu. Siap memuntahan
Lendir-lendir bahasa. Sebagai
Ungkapan rasa. Sebagai ungkapan cinta
Kau dan aku. Di ujung pena itu
Kota Serang, 25 Januari 2022
_______
Penulis
Hendri, alumnus Diksatrasia Untirta 2005. Kini mengajar sebagai guru Bahasa Indonesia di SMPN 6 Kota Serang.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com