Oleh Encep Abdullah
"PO buku terbaru."
"Harganya kemahalan."
"Buat orang kaya."
"Cara promosi = beli gratis 1, diskon 30%. Harga 2 buku buat 100 rb. Bonusnya lu kasih buku-buku ringan. Ini pasti ampuh. Beli 1 gratis 1, buat harga bukunya 95 rb."
"Orang kalo mengapresiasi teman gak akan lihat harga. Harga 40 aja masih mikir. Gue beli 1 buku harga 300 rb gak mikir."
"Kalo cakupan lu cuma di teman, lama Men terkenal dan profitnya. Lu mesti luas cakupannya, bukan buat temen, tapi buat publik."
"Itu udah publik."
"Manfaatin nama lu sebagai penulis untuk dapat cuan. Karya lu banyak, tapi masih di ruang lingkup teman, sayang Men!"
"Sok tahu. Makanya lihat profil gue. Buku-buku gue yang kemarin."
"Gue bukan ngajarin Men, tapi gue coba buka pola pikir lu. Lu mikir, nulis, nyetak, promosi, tapi masih ruang lingkup temen, ngabisin waktu! Lu ubah ruang lingkup lu jadi publik. Caranya sama effort-nya sama, yang beda hanya media promosi lu doang."
"Emang gue ngirim ke temen doang, gak juga. Siapa pun."
"Gue selalu mantau Men, makanya gue komen. Cara promosi lu SALAH!"
"Setiap buku punya pasarnya masing-masing Gak ada yang salah. Yang salah itu gak ada usaha sama sekali."
"Ini lu tau. Kenpa lu gak manfaatin?"
"Ini udah gue manfaatin."
"Iya, tapi cara lu perbaiki."
"Luar biasa Mario Ale ini. Gak ada yg ngabisin waktu kok, semua dilakukan penuh penghayatan kepada Allah Swt."
"Perlu doa dan usaha."
"Setiap penjualan buku gue punya metode masing-masing."
"Diskon cuma 10 rb. Coba lu buat beli 1 gratis 1 dengan harga 95 rb. Orang pasti ngeliat bonusnya."
"Ada yang berhasil, ada yang gak. Gue mau ngetes pembaca dengan promosi begini tanpa ada endors. Ternyata kurang menarik perhatian. Beda dengan buku sebelumnya. Masalah diskon, gak semua berpikiran kayak lo."
"Gue yakin semua ngeliat bonus."
"Dikasih mahal atau gratis gak ada beda. Semua kembali kepada kebutuhan pembaca. Kalo mereka butuh, pasti beli."
"Justru itu, yang beli buku lu pasti butuh. Kenapa lu gak bisa manfatin itu sebagai peluang."
"Ini juga kan ada. Diskon 5 rb bagi yg punya buku gue yang lain. PO 40 rb, diskon 5 rb, jadi 35 rb. Ya Allah, masih bilang mahal. Masalah peluang gampang Le. Gue punya strategi masing-masing. Dari hampir 10 buku, gue punya pengamalan bagaimana menjual buku Le."
"Lu buatnya beli 2 gratis 1 atau beli 1 gratis 1."
"Udah pernah gue cobain dan sering."
"Dari pengalaman itu lu bisa belajar gimana caranya buku lu cepet terjual."
"Gampang Le. Tapi gak gue lakuin. Lagi males."
"Keuntungan bisnis minimal 40% dari modal. Promo lu ngabisin waktu."
"Gue gak mikirin modal. Gak terlalu mikirin untung."
"Kalo lu konsepnya begini gak usah kasih harga!"
"Gue bukan ngabisin waktu, tapi males. Banyak yang lebih penting ketimbang ngurusin ini."
"Ya gak gitu. Gue ngeliatnya ini tuh sebagian dari mencari rezeki, Men."
"Masalah beli 2 gratis 1 dll. itu udah sering Le. Stok buku gue yang lain sedang kosong. Kalau masalah rezeki, ya serahkan aja kepada Tuhan. Gak semua karya yang gue hasilkan juga mikirin untung. Ya promosi aja kayak orang-orang pada umumnya biar eksistensi gue tetap ada di dunia ini."
"Pasrah! Harus usaha juga kali."
"Pasrah bukan berarti diam. Pasrah itu setelah kita niatkan, usahakan, baru pasrah. Kalo pasrah di awal sebelum ada usaha, ya itu namanya gagal."
"Orang eksistensi karena ada kepentingan (untung)."
"Pasrah kepada Allah, itulah sekeren-kerennya iman. Kepentingan dan keuntungan itu beda Le."
"Masalah iman setuju, tapi harus disertai doa dan ikhtiar. Masalah kepentingan dan keuntungan, sama aja pasti ujung-ujungnya money oriented."
"Gue udah ikhtiar. Buku udah bisa sampai jadi aja itu udah ikhtiar yang maksimal."
"Belum maksimal."
"Ya itumah kembali lagi kepada orang lain terhadap diri kita. Berbuat aja sebisa kita."
"Promosi lu belum maksimal."
"Mungkin bagi lu gak maksimal. Tapi bagi gue udah. Tingkatan maksimal setiap penjualan yang gue lakuin punya 'mazhabnya' masing-masing. Ada yang dikejar sampai mati, ada juga yang selow-selow aja. Ada juga yang punya target-target khusus."
"Iya, tapi apa salahnya kita berikan effort lebih supaya pendapatan juga lebih! Apa yang lu kejar? Apa target lu? Apa cita-cita lu buat anak anak?"
"Pendapatan tidak fokus melulu ke penjualan buku Le. Gue punya kerjaan lain juga yang punya penghasilan sendiri melebihi dari jualan buku, yaitu jasa penerbitan buku. Jual buku sendiri susah kaya. Hanya sedikit yang kaya dari menulis. Haha."
"Apa impian lu buat keluarga?"
"Ridho Illahi. Masuk surga. Hidup dalam ketenangan."
"EGOIS!!!!"
"SIEGO!"
"Gue tanya, apa cita-cita lu buat anak-anak?"
"Tanyalah sama mereka yang punya pilihan. Lagian, mereka masih pada kecil. Belum ngerti cita-cita. Apalagi cinta-cinta."
"Ya, mereka belum ngerti apa-apa, tapi mereka memerlukan apa-apa. Untuk mewujudkan cita-cita mereka apa yang lu butuhkan?"
"Kesabaran."
"Sampe kapan?"
"Ya sampe mati."
"Amin. Selesai."
Kiara, 12 April 2022
_______
Penulis
Encep Abdullah, penulis yang maksa bikin kolom ini khusus untuknya ngecaprak. Sebagai Dewan Redaksi, ia butuh tempat curhat yang layak, tak cukup hanya bercerita kepada rumput yang bergoyang atau kepada jaring laba-laba di kamar mandinya.