Puisi Anindita Buyung Pribadi
Sajak-Sajak Kesepian
mengetuk dari balik pintu almari
semua yang dibawa angin malam itu
adalah renungan tentang waktu
mendung warna merah
dan reriuh angin gelisah
hujan bernama senyuman
jatuh tak memberi kabar
dengarkah kau suara itu?
suara pelangi yang silap
dikelabui jam dinding yang berucap,
“waktu telah mengacuhkan memori”
hujan yang turun memerangi nasib
karena pagi tak mau beranjak
embun mendekap erat
khawatir esok tak bertemu matahari
Magelang, 2021
Sajak Senja pada Malam yang Baru
rindu-rindu terbingkis sampul yang baru
kau peluk di sepanjang langkah menyeru
menatap wajah yang memerah
memantau senyum yang terkulum
tatapmu merungkau pada mataku
memukau di sepanjang waktu
bisik udara membawa dalih pada kenanga
menuang teh pada cawan yang sama
menemani senja yang sama waktu
mengawani petang yang sama malu
ada pintu mengetuk pinta
terbuka lebar menyapa kita
ada batas pada waktu yang menyenja
tersenyum pada mata yang manja
pada setiap aroma, wangi berperan
pada sebilang bayang, wajahmu terkilan
ragamu terlelap; matamu sembap
namamu selalu ada pada setiap harap
senyumku seraut berpaut wajahmu
kau tetap berjalan menjauh ke arahku
Magelang, 2022
Sajak Seuntai
:malam minggu
terurai tirai-tirai oleh daun-daun kelana
tabir menjaga rahasianya dari cahaya
jika nanti mereka melontar tanya
kujawab dengan seuntai sajak saja
rasianmu rapi menyayat dalam benian
akui saja, ini memang kau cipta untukku
bilamana aku memiliki sedikit keberanian
kasih berhelai-helai menjadi tajam mengaku
di depan pintu yang tertutup aku mengetuk
mencari dan mencuri kesempatan bersapa
kulihat dikau sedari tadi menahan kantuk
lantas membukakanku pintu berkaca-kaca
Magelang, 2022
Sajak Malam Minggu
selain hujan
masih ada banyak kemungkinan
tentang pertanyaan-pertanyaan.
masih adakah cinta yang semi
kubawa padamu malam ini?
sesungguhnya aku hanya memandangmu melalui titik yang sama,
pada jarak yang serupa seperti lama.
bukanlah aku yang memberi bahu
untuk menuntaskan air mata yang mengalir dari hatimu.
aku yang memberi belai lembut dari rerampai kata
kutiup dari kening hingga ujung rambutmu yang nestapa.
biarlah aku berdua dengan puisi
menitipkan kelu dalam kata-kata
lalu ku larungkan pada sungai pelangi
di malam yang kian larut; kian wangi
lalu kamu, mengambil sebait makna
kutiupkan lewat bisik angin yang basah
dari sebilah sepi dan gelisah
Magelang, 2022
________
Penulis
Anindita Buyung Pribadi, lahir di Banyumas tinggal di Magelang. Menulis puisi dan cerpen di sela kegiatannya sebagai pengajar di sebuah sekolah mengengah atas. Beberapa karyanya pernah dimuat di beberapa media cetak, daring, dan antologi bersama. Penulis bisa ditemui di akun instagram @aninditabuy dan surel aninditabuyung@gmail.com.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com