Oleh Izzatullah Abduh
Muharram merupakan bulan permulaan hijriyah, tidak ada ritual ibadah khusus pada bulan ini, kecuali apa yang telah dicontohkan dan dianjurkan oleh Suri Tauladan kita yakni Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Muharram sendiri merupakan satu di antara empat bulan yang disebut 'arba'atun hurum (4 bulan yang disucikan, dihormati, diagungkan). Sebagaimana Allah subhanahu wata'ala berfirman,
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرࣰا فِی كِتَـٰبِ ٱللَّهِ یَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَاۤ أَرۡبَعَةٌ حُرُمࣱۚ ذَ ٰلِكَ ٱلدِّینُ ٱلۡقَیِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُوا۟ فِیهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ
"Sesungguhnya jumlah bilangan bulan di sisi Allah adalah 12 bulan sesuai ketetapan Allah pada hari menciptakan langit dan bumi, di antara bulan-bulan itu terdapat 4 bulan hurum (yaitu dzulqo'dah, dzulhijjah, muharram dan rajab). Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu sekalian menzalimi diri sendiri pada bulan-bulan tersebut." (QS At-Taubah: 36)
'Abdullah ibn 'Abbas radiyallahu 'anhu memberikan tafsiran mengenai ayat di atas, bahwa Allah melipatgandakan dosa-dosa kemaksiatan pada bulan-bulan tersebut bagi pelakunya, sebagaimana juga Allah melipatgandakan pahala-pahala amal shalih pada bulan-bulan tersebut.
Maka hendaknya setiap kita kaum Muslimin berupaya meningkatkan progres ibadah dan amal shalih kita pada bulan-bulan tersebut di atas dan pula berupaya menjaga diri supaya terhindar dari kemaksiatan.
Dan saat ini kita berada di salah satu di antara bulan-bulan yang disucikan tersebut. Kita sedang berada di bulan Muharram.
Adapun mengenai ibadah atau amal shalih yang sangat dianjurkan untuk dilakukan pada bulan Muaharram ini adalah berpuasa. Sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
أفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ: شَهْرُ الله المُحَرَّمُ، وَأفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ: صَلاَةُ اللَّيْلِ
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah yaitu Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardu (yang wajib) adalah shalat malam." (HR Muslim)
Hadits di atas secara umum mengisyaratkan bahwa bulan Muharram merupakan momen istimewa di mana kita bisa memperbanyak puasa sunnah di dalamnya, karena sebaik-baik puasa sunnah adalah puasa sunnah yang dikerjakan pada bulan Muharram: puasa Senin dan Kamis, puasa Daud (sehari puasa, sehari berbuka), dan atau puasa bidh (3 hari di pertengahan bulan, 13, 14, 15).
Kemudian ada puasa sunnah yang dikhususkan waktunya pada bulan ini, dan sangat dianjurkan untuk dikerjakan, yaitu pada tanggal 10 Muharram, atau biasa disebut Yaum 'Asyura, berdasarkan yang dituturkan oleh sahabat 'Abdullah ibn 'Abbas radiyallahu 'anhuma,
أنَّ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم صَامَ يَومَ عاشوراءَ وَأمَرَ بِصِيامِهِ
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa 'Asyuro dan memerintahkan supaya kita juga berpuasa." (Muttafaq 'alaih)
Adapun mengenai pahalanya, Rasulullah shallallahu 'alaigi wasallam bersabda,
يُكَفِّرُ السَّنَةَ المَاضِيَةَ
"(Puasa pada hari 'Asyura tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu." (HR Muslim)
Dan juga dianjurkan supaya kita mengerjakan puasa sehari sebelumnya (tanggal 9 Muharram), atau sehari sesudahnya (tanggal 11 Muharram), guna menyelisihi kaum Yahudi yang mana mereka juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram. Mereka mengutarakan bahwa hari tersebut adalah hari di mana Allah subhanahu wata'ala menyelamatkan Musa dan Bani Isra'il dari kejaran Fir'aun dan balatentaranya.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Berpuasalah pada hari 'Asyuro (10 Muharram), dan selisihilah kaum Yahudi, yaitu berpuasalah juga sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya." (Shahih Ibnu Khuzaimah)
Dalam riwayat Muslim, beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابلٍ لأَصُومَنَّ التَّاسِعَ
"Sungguh, jika aku masih hidup pada tahun mendatang, aku akan berpuasa pada hari kesembilannya (9 Muharram)." (HR Muslim)
Yaum 'Asyuro adalah bagian daripada momen penting dimana Allah subhanahu wata'ala menyelamatkan Nabi Musa 'alaihissalam.
Yang mana pada waktu itu beliau dan kaumnya dikejar oleh Fir'aun beserta balatentaranya hingga beliau dan kaumnya buntu, tidak menemukan jalan selain apa yang ada di hadapannya, yaitu lautan.
Kaum beliau dilanda ketakutan seraya berujar, "Kita akan tersusul, kita akan binasa."
Tapi Nabi Musa mengajarkan kepada mereka tentang keyakinan yang sejati kepada Allah subhanahu wata'ala. Beliau berujar, "Sesungguhnya Allah bersamaku. Allah akan memberiku petunjuk."
Oleh sebab keyakinan tersebut, maka Allah menunjukkan kuasa-Nya. Allah belah lautan untuk Nabi Musa dan kaumnya.
Hal ini pun diabadikan dalam firman-Nya,
فَلَمَّا تَرَٰٓءَا ٱلۡجَمۡعَانِ قَالَ أَصۡحَٰبُ مُوسَىٰٓ إِنَّا لَمُدۡرَكُونَ
"Maka ketika kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, 'Kita benar-benar akan tersusul (tertangkap)'.”
قَالَ كَلَّآۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهۡدِينِ
"Dia (Musa) menjawab, 'Sekali-kali tidak akan (tersusul): sesungguhnya Rabbku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku'.”
فَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنِ ٱضۡرِب بِّعَصَاكَ ٱلۡبَحۡرَۖ فَٱنفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرۡقٖ كَٱلطَّوۡدِ ٱلۡعَظِيمِ
"Lalu Kami wahyukan kepada Musa, 'Pukullah laut itu dengan tongkatmu.' Maka terbelahlah lautan itu, dan setiap belahan seperti gunung yang besar." (QS Asy-Syu'ara: 63)
Para kekasih Allah adalah mereka yang hatinya selalu terpaut kepada Allah. Mengagungkan dan membesarkan Allah daripada apa pun yang di hadapannya, dan adalah mereka yang memiliki keyakinan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah subahanhu wata'ala.
Maka sungguh benarlah apa yang disabdakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam,
نحن أحقُّ بموسى
"Kami umat Islam lebih berhak untuk menghormati Nabi Musa."
Akhirnya, semoga Allah subhanahu wata'ala mudahkan kita semua untuk berpuasa 9-10 Muharram yang tahun ini bertepatan dengan 7--8 Agustus (Ahad--Senin).
Demikian, barakallahu fikum.
نسأل الله لنا ولكم التوفيق، وبارك الله فيكم جميعا
_____
Izzatullah Abduh, M.Pd.I.