Puisi Arham Wiratama
Bayangan
Pada perahu kehidupan
maut mau menjemputku
di tengah lautan derita
Kala nyawa ini terambil
mulutku menyembur tawa
sebab terang senyum Izrail
Mengingatkanku akan surya
di mana aku letakkan kegelisahan
agar terbakar oleh terik panasnya
Namun tiap dia terbit di langit
bayangan gelapmu bangkit dan
menerkam segalanya menjadi hitam
Jombang, 7 November 2020
Mendatangi Kepergianmu
Ini malam bintang sembunyi
di balik mendung dalam kepala
udara hampa mencekam dingin
merontokkan hangat segala nadi
Bila betul esok tahun dia pergi
menarik tali kekang angin
dan mencambuk petir takdir
agar sampai di kediaman akhir
Mungkin kelangsungan napas ini
akan aku istirahatkan di kuil tua
di ujung gunung purba kala gerimis
turun lewat kedua mata
9 November 2021
Pagi Terbit Menelan Bayang-bayang
Kau bersarang di imaji
mengicaukan seutas janji
yang pernah kita rangkai
sebelum cinta jadi tercerai
Jalan menujumu terhalang kabut
tersesat aku di dekat sungai maut
sebelum napas penghabisan terlepas
kuharap perjumpaan tiba dengan lekas
Atau biar nyala lilin dalam diri
termakamkan di langit tinggi
dan saat kau lihat di angkasa malam
bintang jiwaku menghapus rinai kelam
Di deras sepi pada dadamu
karena nanti bila kita bertemu
akan aku terbitkan matahari
untuk mengusir bayang nyeri di hati
Jombang, 16 November 2020
Di Stasiun
Separuh bulan terlingkup gelap
sisanya dengan sia-sia memendar
dari ujung pancar mata pacarku
Di peron terlihat para laron
kehilangan keempat sayapnya
saat kami akhirnya berjumpa lagi
Setelah kereta menggeram pergi
senyuman di mulutku perlahan tertelan
oleh petir pada wajahnya yang getir
Dan bak peluru tertembak dari revolver
pernyataan itu melesat cepat ke kepala
memusnahkan tanggal kami menikah
Jombang, 7 November 2020
Kencan Buta
Dipayungi lampu taman
kau berdiri tanpa berkata
di tanganmu kembang layu
hampir gugur di gurat malam
Pandanganmu lama terpejam
seakan kau sedang menghitung
sekeping-dua kemungkinan
akan ketibaanku di kencan buta
Jari telunjuk dan jempol
di atas lidah terbalik
menciptakan bunyi peluit
dalam mulutku yang sempit
Mendengar itu kau linglung
menoleh ke berbagai arah
tanpa mendapati lambai tanganku
yang tepat berada di depanmu
Jam dinding keras berdentang
memaksamu untuk pulang
dipandu dengan tongkat cokelat
berukiran kepala naga di atasnya
Jombang, 7 November 2020
_______
Penulis
Arham Wiratama, lahir di Jombang, 1 Agustus 1997. Berkat bipolarnya, dia menghasilkan dua buku puisi berjudul Deru Desir Semilir (Intelegensia Media, 2016) dan Segara Duka (J-Maestro, 2018). Belajar biola di Spirit of Musik Jombang. Karya-karyanya pernah dimuat di Radar Selatan, Radar Jombang, nalarpolitik.com, rubrik.indhependent.com, kuluwung.com, floressastra.com, travesia.co.id, literasikalbar.com, diksijombang.myblog.id, becik.id, marewai.com, majalah Elipsis, dan lain-lain tempat. Puisinya yang berjudul “Menembaga” mendapat juara satu di perlombaan pada event Indonesia berpuisi #2 tingkat nasional yang diadakan oleh Poetry Publiser.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com