Puisi Imam Budiman
Seandainya Keledai dan Telur
/I/
bila aku keledai; tiada nama terlahir
dari jadwal absensi, setidaknya ilah
menumbuhkan ranum di kantung
susu dan kemihku.
tubuh tiada tumbuh, peluh tiada patuh.
cinta sudah diatur dengan terstruktur
cermat dan teliti dalam daftar
belajar rutin bulanan.
/II/
bila aku telur; bersusun purna di antara
keasingan rak dan keisenganku yang
tiba-tiba membuat kegaduhan kecil
di antrean meja kasir.
: aku tak pernah memesan sejumlah usia,
tetapi aku mesti membayar harga serta
pajak sepuluh persen dalam struknya.
aku membeli diriku
untuk kupeluk sendiri.
Ciputat, 2022
Sebuah Drama Asing
seorang yang malang, pepori kulitnya ditumbuhi ilalang—ia tidak pernah yakin apakah cinta bertahan menjadi entri di dalam kamusnya. keluar—dikeluarkan. kesedihan, puan, masih seperti yang lalu, selalu pandai menisbatkan dirinya sendiri kepada apa—siapa saja. separuh cerita disimpan. rapat—tanpa sirat. tetapi, setiap lakon mesti tetap diperankan. seumpama duka pandemi; apakah nyata adanya atau sekadar drama tanpa titik tanpa tepi.
Ciputat, 2022
_______
Penulis
Imam Budiman, kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur. Semasa kuliah, Ia bergiat aktif di Komunitas Sastra Rusabesi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kini Ia mengabdikan diri sebagai Pengajar di Pesantren Hadis Darus-Sunnah dan SMA Adzkia Daarut Tauhiid Jakarta. Buku kumpulan puisinya: Kampung Halaman (2016) dan Pelajaran Sederhana Mencintai Buku Fiksi (2021).