Puisi-Puisi MH. Dzulkarnain
Di Kening Malam Minggu
: Syafa Putri Nabila
Di kening malam minggu
Aku menyeduh pekatnya waktu
Memberi sebuah kehangatan
Pada setiap bingkai status Tuhan
Mungkin di malam ini
Aku simpan sejenak beberapa obituari
Dalam dompet yang hanya berisi mimpi;
Mimpi-mimpi pejabat negeri yang ngeri
Mungkin cakap-cakap tak terasa cukup
Jika dari sebutir katamu tak berhasil kukecup
Pada setiap ceritamu yang penuh alur
Aku mencoba untuk lembur
Tanpa merasakan libur maupun tidur
Dengan menyayangimu
Aku merasa suatu kesempurnaan pelukan Tuhan
"...".
Bandung, 8 Oktober 2022
Rubaiat Taman Sorga
Bunga-bunga mekar tak pernah sukar
Pada tubuh tamanmu yang gemar segar.
Dengan senyum, doa, dan penuh rindu
Banyak orang menyiraminya tanpa keluh
Berseru begitu maha aduh.
Tuhan beri kita taman sorgamu
Tempat segala macam bentuk kata bermuara
Merangkul para penyair Nusantara
Untuk menyeduh sejarah pada palung tubuhnya
Dan sesekali menggoda para perawan atau janda
Lalu mereka anggap sebagai selir setianya
Di taman sorgamu itu para sanak penyair
Tak pernah alpa memberimu syair-syair
Sejuk mengalir sambil berdesir
Pada rongga dadaku yang fakir
Secangkir puisi dan seberkas kopi
Adalah kawan penangkal sunyi
Mereka pun hirup bersama-sama
Hingga hilang obituari insomnia
1968 hingga sekarang
Namanya akan tetap narasi
Pada setiap jengkal hidup kami
Annuqayah, 2022
Risalah dari Penghuni Maya
: Batavia
Jam telah mengukur panjang tubuhmu
Dari mula-mula tanduk sejarah
Kau kami kenal sebagai Batavia
Hingga sekarang sebagai ibu dari kota kata kita
Jauh setelahnya banyak kulihat percikan-percikan di layar kaca
Tentang riuh, malu, dan beberapa keangkuan para suhu
Tentang tawa, luka, dan senyum yang ramah dibingkai maya
Tentang anak yang merintih, juga yang bernyanyi
Dan ada pula para remaja yang gemar mabar hati
Aku termenung sesaat diiringi senyum yang lekat
Apakah memang seperti itu keberadaan mereka di tempurung kepalamu
Atau hanya analisis kepalaku saja yang kebanyakan ngehalu
Kini lima abad telah berlalu sudah
Dan di keningmu penuh dengan mekar bunga
Segala bentuk harap merayakannya dengan sehat
Semoga Batavia yang kini telah Jakarta
Tetap ramah di jendela-jendela mata para pengguna maya
Sumenep, 2022
Di Kota Peci
Nadham-nadhaman asyik
Adalah instrumen klasik
Merangkul doa-doa pada Sang Khalik
Meredam akal akar fanatik
Kota itu adalah kota malam
Kota di mana pernak-pernik firman Tuhan
Melekat erat terus kami baca, kami dengar, kami pandang
Suatu pemberian kalam keabadian
Waktu memang tak pernah lusu
Membangunkan pangeran subuh
Dari ruang remang tipu-tipu membelenggu
Rindu Ayah Ibu
Kami bungkus dalam hanagat kantong saku baju
Kadang kami letakkan di balik bantal batu
Di kota peci ini
Semoga berkah tumpah
Membasahi hidup tubuh tabah kami
Sumenep, 2022
Titipan Tuhan
Di padang Nusantara
Tepatnya di pundak Jawa
Tuhan menitip kebun sorga
Tempat teduh
Bagi para wali menyulam ilmu
Tangan sejarah mencatat
Dengan persaksian dua kalimat syahadat
Langkah awal jalannya syariat
Bermula indah serta keramat
Doa-doa para leluhur
Terus meraba tubuh Demak yang subur
Dan telah kian berumur
Semoga,
Kami sebagai manusia pribumi
Bisa membayar dahaga rindu nabi
Lewat Demak-mu yang telah diberkahi
Annuqayah, 2022
Aku sebagai Sajakmu
-Chairil Anwar
Apa kabar denganmu di sana
Saat ini puing-puing puisimu masih terhidang mewah
Di meja koran dan majalah atau bahkan di mana-mana
Kini, semuanya menjelma rubaiat kisah tanah sorga
Selama aku masih sumringah di mata waktu
Bait-baitmu tetap terjaga segar utuh,
Bersama hangat kopi, mimpi dan seberkas obituari
Bingkai doa, tawa, dan beberapa peristiwa
Lirik lagu, haru, dan juga aku
Semua telah menjadi ritme perjalananmu
Sketsa wajahmu sering kali aku jumpai indah
Di dinding sekolah, di kolom sejarah
Bahkan di ruang pojok pemeran tertata megah
Aku selalu menafsir tentang dirimu tempo hari
Yang menanam angan pada sebuah puisi
Bahwa kau ingin berjejak sajak satu abad lagi
Dan Tuhan pun mengabulkannya setiap hari
Sampai saat ini kau tetap narasi
Di kening kami
Lewat puisi ini
Aku banyak-banyak berterima kasih padamu
Yang telah menjadikan Aku sebagai sajakmu
Annuqayah, 2022
_______
Penulis
MH. Dzulkarnain. Nama pena dai Noer Moch Yoga Zulkarnain. Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pemuda kelahiran Sumenep, 16 Juni 2003. Alamat rumah: Ds. Gunung Kembar, Kec. Manding, Kab. Sumenep. Masyarakat ‘Majelis Sastra Mata Pena’ (sebuah Komunitas Literasi dan Seni). Salah satu Kontributor puisi pada Antologi Puisi DNP (Dari Negeri Poci) ke-11 Khatulistiwa 2021 (KKK Jakarta, 2021), Antologi Puisi DNP ke-12 Raja Kelana 2022 (KKK, 2022). Beberapa tulisannya pernah dimuat/dipublikasikan di media online, majalah dan koran harian.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com