Puisi Dian Riasari
Bintangku
Tersungging bintang di sudut bibir
Dan binar di tatap matamu
Mampu usir segala lelah
Halau semua resah
Kalung di tiap tunggang gunung
Adalah rangkul tangan di leherku
Terselip kirana di rambutmu
Wanginya kuhidu untuk bius malam
Kau genggam kartika di jemari
Adalah asa, cinta, dan kasih
Tersimpan di lubuk kalbu
Untuk kita petik bersama
Ketika fajar bertahta
Bangunlah, sayang
Rawi naungi karsa dan karya
Diiringi ayat suci dari senandungmu
Untuk tiara di surga yang kami rindu
Semoga di tiap langkah kecil itu
Dinaungi berkah Allah, untukmu.
Malang, November 2022
Sekilas Wejang
Bertala-tala gending berirama
Lenggangkan langkah anggun
Masuki gerbang berjuntai penjor
Bentang jalan lapang itu
Tempat kau ukir jejak kaki
Bukan harum ratus atau melati
Bukan tarian asap dupa
Penghias ayu syahdu
Namun kedalaman budi pekerti
Tutur makna yang terpatri
Murkaku bukan untuk melumat hasrat
Bukan cela yang menggerus nyali
Tapi pupuk untuk tanah nurani
Mantra-mantra itu kudaras
Agar mala dan dursila tertebah.
Malang, November 2022
Melesatkan Jemparing
Nak,
Jika pujangga melukiskan
Betapa lekatnya kita
Serupa gandewa dan jemparingnya
Maka percayalah
Aku akan merentangmu sekuat taliku
Nak,
Mana mungkin aku tak laur
Jika itu hanya membuatmu patah dan hancur
Dan tak mampu membuatmu siaga sepenuh umur
Jemparingku,
Sang Pemanah Yang Maha Akurat
Menajamkan ujungmu, bukan untuk membuatmu berat
Tapi agar kau menancap kuat dan tepat
Tubuh gandewaku rela dilentuk, diregang sekuat tangan
Antarkan kau penuh kekhusyukan
Agar melesat
Nak,
Kucoba bertindak bijak
Jadi gandewa yang berselimut hening, heneng, wening
Karena cuma itu cara melepasmu tepat ke sasaran
Dan jika kau menghilang
Hanya Sang Pemanah Yang Maha Menentukan
Apakah kau terpisah atau kembali ke rentangan
Apabila kau kulepaskan
Semoga itu tanpa keraguan.
Malang, 5 September 2022
Al-Ummu Madrasatul Ula
Madrasah itu ada sejak gulita
Pintu dan jendela terbuka
Sedari kanak-kanak belum mampu bicara
Hingga mereka kenal dunia
Gedung kian renta
Kadang goyah diterpa gempa
Nyaris runtuh oleh kejam angkara
Tak jarang atap bocor
Hingga banjir tangis di ruang-ruang
Tapi madrasah menolak punah
Kuatkan saka-saka yang hampir pukah
Tambal tiap dinding yang rekah
Demi anak-anak yang dititipkan langit
Setiap waktu madrasah meracik makna
Menu-menu ilmu diolah dan dihidang
Disantap sesuap demi sesuap
Jadikan nutrisi untuk raga dan jiwa
Caci maki dan hinaan kadang nodai hari
Racun-racun menghampiri
Gedung tua nyaris tertebas zaman
Namun selama matahari masih menerobos jendela
Madrasah akan terus menggelar tikar-tikar ibadah.
Malang, 9 November 2022
________
Penulis
Dian Riasari, berasal dari Kota Malang, Jawa Timur. Berkontribusi pada beberapa buku antologi, baik antologi cerpen, cerita inspiratif, cerita anak, dongeng, artikel, maupun puisi. Karya tunggalnya berupa kumpulan puisi, Dian dalam Goresan Pena. Menimba ilmu di Kelas Puisi Online (KPO) bersama WR Academy dan Asqa Imagination School (AIS). Saat ini bergabung di komunitas puisi Community Pena Terbang (COMPETER). Baginya, menulis puisi adalah salah satu cara menjaga kewarasan.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com