Puisi Wilda Hurriya
Abadi dalam Sema Wayah
Kulewati Danau Batur
di antara kabut-kabut tipis
Kubawa setangkik duka
dalam cawan asa yang poranda
Dalam mepasah
kematianmu tak terkubur
angin memeluk jasadmu
lantunkan irama fana yang pedih
Di bawah rimbun sulur Trunyan
Sekuntum hati terserap penuh
Sisakan tengkorak dan belulang kekasih yang jemarinya pernah terikat janji sehidup semati
Adinda,
Haruskah kususul jiwamu yang telah abadi?
Bogor, 16 November 2022
Catatan:
Sema Wayah: Tempat pemakaman (mepasah) untuk orang-orang yang meninggal secara wajar
Bijalungu Hiu Paana
Para Rato meramal waktu
Lewat bisikan cahaya bulan
Harapan dijinjing orang-orang ke dalam hutan
Benda keramat disucikan
Antri menangkap berkat
Batu bertuah dari penguasa langit
jadi pertanda musim baru
panen melimpah atau wabah meraja
Kerbau muda dilempari buah pinang
Dahi dan lehernya jadi sasaran keberuntungan
Melupakan pasrah serupa judi yang menggiurkan
Akhirnya kerbau dilumpuhkan
Rebusan daging di periuk suci membuai-buai
Orang-orang tersenyum
Limpahan hasil panen penuhi angan
Pada semoga yang ditinggikan
Kecemasan tetap masuk ke dalam kantung mata mereka
Masa depan tak terukur ritual
Kuasa Tuhan, tanda yang tak pernah tertukar
Bogor, 16 November 2022
Catatan:
Bijalungu hiu paana adalah sebuah upacara adat yang diselenggarakan warga Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, NTT
Rato: Pemimpin Spiritual Marapu
Bijal: Turun atau pergi
Hiu Paana: Nama sebuah hutan kecil
Kaldu Kasih di Musim Hujan
Sup ayam buatan ibu
adalah santapan musim hujan
kuahnya ampuh hilangkan keriput di jari-jari
Rasa kaldunya
tertelan khidmat di tenggorokan
dan bermukim abadi di hati
Bogor, 17 November 2022
Di Sebuah Warteg Pengkolan
Segerombolan kuli berbadan kurus
Menatap penuh nafsu etalase piring saji
Rempah-rempah menyatu
aneka rupa lauk pauk
Perut keroncongan
Air liur mulai balapan
Seorang paling jangkung
pesan nasi dua porsi
Telunjuk mendarat pada
Oseng tahu toge
Ragu-ragu ia tambah telur dadar
dan sepotong tongkol balado
“Makanlah banyak, hari kita masih berat”
Bergiliran mereka tuntaskan selera
Isi kembali daya tubuh
yang hilang diserap lubang-lubang trotoar
Sendok dan piring berdenting serupa aubade
selaksa rindu bergemuruh di benak
Bogor, 17 November 2022
Godaan Khuldi
Aksara mencuat dari matamu
serupa partitur lagu dalam orkestra
Aku pelajari hikayat sungai pada senyummu
Tenggelam terbawa arus hingga muara dosa
Angan-angan kosong mulai terjamah nyanyian buah khuldi
Merayu tanganku menggapai jarak terlarang
Antara aku dan kamu
Ada ikatan yang mengikat kita pada rumah yang berbeda
Bogor, 26 Oktober 2022
______
Penulis
Wilda Hurriya, perempuan penyuka puisi.
Kirim naskah
redaksingewiyak@gmail.com