NGEWIYAK.com, KAB. SERANG -- Komunitas Kembali Indonesia akan menggelar pertunjukan seni bertajuk Matra Pawon, pada 11 -12 Maret 2023 pukul 16.00 s.d. 21.00 di Lapangan Kantor Kecamatan Pontang, Jalan Ciptayasa, Kubang Puji, Pontang, Serang, Banten. Matra Pawon adalah rangkain kerja seni yang dilakukan oleh Komunitas Kembali Indonesia yang bekerjasama dengan Kemendikbud Ristek dan LPDP Kemenkeu RI.
Matra Pawon diawali dengan melakukan riset dan observasi tentang peristiwa Adang di wilayah Kabupaten Serang (khususnya Pontang, Tirtayasa, dan Carenang). Adang merupakan kegiatan memasak dalam acara pernikahan. Tradisi ritual Adang dalam upacara pernikahan pada masyarakat Serang sangat berperan penting. Hal ini dikarenakan berada pada posisi strategis dalam menyiapkan konsumsi, yakni dalam menanak nasi, lauk pauk, dan lainnya sebagai hidangan dan sajian serta jamuan yang diberikan kepada tamu undangan pada acara pernikahan. Dari fenomena ini, Komunitas Kembali Indonesia mengemas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam ritual Adang menjadi sebuah seni pertunjukan teater dan film dokumenter.
Tradisi Adang merupakan tradisi yang jejaknya cukup panjang, khususnya di wilayah Serang, Banten. Tradisi yang juga bersinggungan dengan kultur Agama Islam di Banten, Adang menjadi sebuah mekanisme sosial yang masih berlangsung hingga hari ini. Hal ini terkait dengan model solidaritas sosial di antara sesama warga ketika mereka sedang mengadakan hajatan. Adang sendiri bisa diartikan sebagai 'menanak', atau 'memasak', yang bisa ditafsirkan secara luas sebagai hal-hal yang berhubungan dengan memasak dan persiapan menyiapkan makanan. Tidak heran tradisi Adang masih bertahan hingga hari ini. Tradisi yang kental dengan peran ibu-ibu yang bersolidaritas membantu dalam hal masak-memasak bagi warga yang sedang mengadakan hajatan.
Pertunjukan Teater Matra Pawon
Matra Pawon merupakan ide yang diangkat dalam pertunjukan teater. Hal ini digagas dari peristiwa yang terjadi ketika persiapan, pelaksanaan, dan setelah kegiatan adang dilakukan. Semua tidak terlepas dari doa-doa dan pepatah leluhur. Kegiatan Adang ini menjadi penting dan memiliki konteks sosiologi sehingga adang menjadi salah satu alat untuk memperkuat solidaritas sosial masyarakat. Termasuk menciptakan situasi kerukunan, gotong royong, dan toleransi dalam masyarakat, serta saling membantu secara bergiliran dalam menyukseskan upacara hajat pernikahan. Tradisi ritual Adang masih sering dilaksanakan oleh masyarakat Serang pada umumnya, juga mendahulukan komponen sosial yang tinggi dengan tujuan mempererat kebersamaan dan alhasil membangun masyarakat yang kuat.
Imaf M. Liwa selaku sutradara mengatakan bahwa Matra Pawon merupakan pertunjukan tafsir atas interelasi Adang dalam tradisi hajat pernikahan di wilayah Serang Utara.
"Pertunjukan ini mencoba menarik beragam koordinat dan korelasi antar spasial objek-objek di dalam dapur hajatan pernikahan, membelah dan mendekonstruksi struktur baku adang dengan menampilkan peristiwa panggung secara acak, dinamis dan blabar," ujar Imaf lagi.
Dalam pertunjukan ini penonton diingatkan bahwa orang timur selalu berkutat dengan mitos, leluhur, legenda, gotong royong, toleransi, dan saling membantu untuk kebersamaan. Matra Pawon adalah wahana dan media untuk merenungkannya bahwa sesama manusia sesungguhnya saling mengenal, menyayangi, menghormati, dan menghargai antarsesama. Ini penting di tengah era globalisasi dan modern yang mengajak dan membawa manusia kepada sikap individualis dan egoistis.
Pertunjukan teater Matra Pawon yang akan digelar 11 Maret 2023 pukul 16.00 s.d. 21.00 di Lapangan Kantor Kecamatan Pontang, Jalan Ciptayasa, Kubang Puji, Pontang, Serang, Banten. Kegiatan ini melibatkan banyak elemen, yakni mahasiswa, pesilat, masyarakat Pontang, dan pelaku Adang. Adapun aktor yang terlibat adalah Ali Akbar, Fidelis K., Attarik, Mila Karisma, Ali Akbar, Novi Roudotuzzahroh, Wulan Deasari, Ilham, Amir, Ibu Mahpudah, Ibu Maryam, Ibu Sanawiyah. Bidang artistik oleh Dindin dan pemusik oleh Badrussalam, Tb Tarnaya, Makhroji. Bidang dokumenter oleh Akbar Yumni, Angga Neza, Novi Hermawati. Terakhir stage manager oleh Rizki Ramlah.
Pemutaran Film Dokumenter Adang
Sebagai sebuah tradisi, Adang sendiri bukan sekadar mengandaikan solidaritas semata, namun juga ada ritual-ritual khusus di bagian-bagian prosesi Adang yang berhubungan dengan budaya agama Islam. Dan ritual-ritual khusus tersebut mengandaikan semacam ‘dalang’ atau juru Adang yang menjadi jangkar terhadap para warga yang berpartisipasi di dalam proses Adang. Juru Adang pulalah yang biasanya membacakan bacaan khusus, seperti doa dalam Islam, yang mengiringi masing-masing prosesi memasak di dalam tradisi Adang.
Sebagai sebuah peristiwa, proses Adang banyak mengandaikan peristiwa proses memasak dalam menyiapkan hidangan para tamu dalam sebuah hajatan. Impresi dari prosesi memasak di dalam Adang sendiri selain semangat solidaritas warga dalam bahu membahu dalam menyiapkan hidangan dalam sebuah hajatan, juga mengandaikan suasana sensori sebagai sebuah ciri khas suasana di dalam proses Adang, seperti asap di dalam memasak, bau makanan, kelelahan, sampai dengan hal-hal yang ekspresi solidaritas yang tercermin di dalam tubuh dan wajah para partisipan Adang.
Etnografi sensori dalam pendekatan film dokumenter yang dilakukan oleh Komunitas Kembali Serang ini merupakan usaha memberikan ‘pengalaman’ dan hal yang ‘real’, ketimbangan sebuah proses representasi yang bersifat informasi semata. Pendekatan etnografi sensori adalah usaha memberikan ‘pengalaman’ dan peristiwa yang ‘real’ kepada penonton, dengan berusaha memberikan hal-hal yang detail terhadap peristiwa-peristiwa di dalam proses Adang.
Berangkat dari memberikan impresi ‘pengalaman’ dan hal yan ‘real’ diharapkan memberikan pengalaman solidaritas pada Adang kepada para penonton, dan melihat sisi lain dari peristiwa Adang sebagai peristiwa yang berhubungan dengan memasak yang penuh dengan pengalaman sensori. Melalui hal yang sensori inilah diharapkan akan menjadi transformasi pengalaman kepada penonton, untuk menjadikan Adang sebagai sebuah tradisi yang penuh daya tarik dan kebersamaan dari para subjek dan objek yang hadir dalam tradisi yang jejaknya panjang di dalam masyarakat Serang.
Film dokumenter ini dikemas apik oleh Akbar Yumni, Angga Nesa, dan Novi Hermawati. Segala peristiwa Adang dikemas melalui gambar yang dapat memberikan pengalaman dan situasi yang sebenarnya kepada penonton. Sebagai film dokumentasi, Adang diharapkan menjadi artefak bagi generasi penerus yang sedikit banyak sudah melupakannya. Pertunjukan Film dokumenter ini digelar pada hari kedua (terakhir), yaitu 12 Maret 2023, pukul 16.00 s.d. 21.00 di Lapangan Kantor Kecamatan Pontang, Jalan Ciptayasa, Kubang Puji, Pontang, Serang, Banten.
Hari kedua pertunjukan seni ini akan dimeriahkan pagelaran pencak silat dari padepokan Langlang Buana dan ditutup dengan pertunjukan Band RBG, band yang memiliki kegelisahan dengan keadaan dirinya, desanya, dan bangsanya. Gaya bermusik yang khas akan menutup kerja seni Komunitas Kembali. Hidup seni semoga kita akan Kembali.
Informasi terkait kegiatan ini bisa hubungi
(Redaksi)