Oleh Ust. Izzatullah Abduh
Thibbun Nabawi merupakan istilah yang dikenal oleh masyarakat, khususnya masyakarat Muslim. Sebagai sebuah pengobatan atau pola hidup sehat ala Nabi shallallahu alaih wasallam atau sesuai dengan sunnah beliau.
Hal ini menjadi bukti bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam memiliki perhatian khusus terhadap dunia pengobatan dan kesehatan. Kalau kita membaca sejarah hidup Nabi shallallahu alaihi wasallam, kita akan dapati Beliau sering menyampaikan sekaligus mempraktikan hal-hal yang terkait dengan pengobatan dan kesehatan. Yang tidak lain, hal tersebut juga menjadi pengajaran dan pelajaran bagi umat manusia, bahwa menjaga dan memelihara kesehatan tubuh amatlah sangat penting.
Maka setiap insan memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan raganya sendiri, berikut juga memiliki tanggung jawab untuk turut serta menjaga dan memelihara kesehatan raga orang lain. Guna tercipta masyarakat yang hidup sehat secara jasmani, yang kemudian dapat membuahkan akal yang jernih. Sebagaimana pepatah Arab mengungkapkan,
العقل السليم في الجسم السليم
"Akal yang jernih terdapat pada badan yang sehat."
Dan dalam Al Quran, Allah subhanahu wata'ala berfirman bahwa memelihara kehidupan seorang manusia, maka itu layaknya memelihara kehidupan seluruh manusia,
{ وَمَنۡ أَحۡيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحۡيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعٗاۚ }
"Barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia." (QS. Al Maidah : 32)
Di antara bentuk ikhtiar memelihara kehidupan adalah dengan adanya pengobatan serta adanya gotong royong masyarakat dalam menciptakan pola hidup sehat.
Islam merupakan agama yang mengajarkan pemeluknya untuk berikhtiar mengambil sebab-sebab untuk dapat menggapai dan meraih sesuatu. Di samping mengajarkan kepasrahaan kepada Allah subhanahu wata'ala, bahwa segala hasil adalah atas izin dan kehendakNya.
Kesembuhan datangnya dari Allah. Keyakinan seperti ini diajarkan dan diungkapkan oleh Nabi Ibrahim 'alaihissalam dalam firmanNya,
{ وَإِذَا مَرِضۡتُ فَهُوَ يَشۡفِينِ }
"Dan apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkanku." (QS. Asy Syu'ara : 80)
Sedangkan berobat adalah tugas kita untuk berikhtiar dan menempuh jalan tersebut. Sebagaimana sebetulnya Allah berkuasa langsung menyembuhkan Nabi Ayub 'alaihissalam dari penyakit kulit yang dideritanya. Namun Allah justru memerintahkan Beliau untuk mengambil sebab atau langkah dalam menggapai kesembuhan. Allah subhanahu wata'ala berfirman,
{ ٱرۡكُضۡ بِرِجۡلِكَۖ هَـٰذَا مُغۡتَسَلُۢ بَارِدࣱ وَشَرَابࣱ }
“Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” (QS. Shad : 42)
As Sa'di rahimahullah dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Allah memerintahkan Beliau untuk menghentakkan kaki ke bumi sehingga keluar mata air yang kemudian Beliau gunakan untuk minum dan mandi. Maka Allah pun menghilangkan penyakit kulitnya dan memberinya kesembuhan.
Oleh karenanya, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,
مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً / دواء
"Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Allah menurunkan pula obat penawarnya." (HR. Bukhari)
Dalam riwayat yang lain diceritakan oleh Usamah ibn Syarik radiyallahu anhu, bahwa orang-orang Arab pedalaman pernah mendatangi Nabi shallallahu alaih wasallam seraya bertanya,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا نَتَدَاوَى
"Wahai Rasulullah, bolehkah kami ini berobat (jika sakit)?"
Beliau shallallahu alaih wasallam pun bersabda,
نَعَمْ يَا عِبَادَ اللَّهِ تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ شِفَاءً أَوْ دَوَاءً
"Iya betul wahai sekalian hamba Allah! Berobatlah sesungguhnya Allah tidak menciptakan suatu penyakit melainkan menciptakan juga obat penawar untuknya." (HR. Tirmidzi, dengan derajat shahih menurut Al Albani)
Maka dalam Islam, orang yang sakit dianjurkan untuk berobat. Baik ke dokter, ataupun kepada jasa pengobatan lainnya selagi tidak mengandung unsur keharaman dan menyelisihi syariat.
Dan dianjurkan berobat kepada orang yang tepat dan ahli, supaya obat penawar (kesembuhan) itu atas izin Allah mudah digapai.
مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا قَدْ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ
"Tidaklah Allah menurunkan penyakit, melainkan Allah telah menurunkan pula obat penawarnya. Diketahui oleh orang yang mengetahuinya (seperti ahli ruqyah, dokter, dsb) dan tidak diketahui oleh orang yang jahil akan hal itu (yakni orang awam pada umumnya)." (HR. Ahmad, dengan derajat shahih menurut Syu'aib al Arnauth)
Kembali kepada Thibbun Nabawi, pengobatan ala Nabi shallallahu alaih wasallam. Maka di sana ada metode-metode yang diajarkan oleh Nabi shallallahu alaih wasallam. Berikut sedikit yang bisa penulis jabarkan pada tulisan ini.
1. Pengobatan medis
a. Nabi shallallahu alaih wasallam berbekam.
إِنْ كَانَ فِي شَيْءٍ مِمَّا تَدَاوَيْتُمْ بِهِ خَيْرٌ فَالْحِجَامَةُ
"Apabila ada sesuatu yang lebih baik untuk kalian gunakan berobat, maka sesuatu tersebut adalah bekam." (HR. Ahmad, Abu Daud, dengan derajat shahih menurut Al Albani)
Dalam riwayat yang lain,
إِنَّ أَفْضَلَ مَا تَدَاوَيْتُمْ بِهِ الْحِجَامَةَ
أَوْ إِنَّ مِنْ أَمْثَلِ دَوَائِكُمْ الْحِجَامَةَ
"Sesungguhnya seutama-utamanya pengobatan yang kalian gunakan adalah bekam." atau, "Sebaik-baik obat untuk kalian adalah bekam." (HR. Tirmidzi, dengan derajat shahih menurut Al Albani)
Dan Anas radiyallahu anhu menginformasikan mengenai posisi tubuh Nabi shallallahu alaih wasallam yang dibekam. Anas berkata,
احْتَجَمَ عَلَى الْأَخْدَعَيْنِ وَعَلَى الْكَاهِلِ
"Nabi shallallahu alaih wasallam berbekam pada bagian bahu dan bagian atas punggung (dekat leher)." (HR. Ahmad, dengan derajat shahih menurut Syu'aib al Arnauth)
Sedangkan Ibnu 'Umar radiyallahu anhuma menginformasikan mengenai waktu terbaik untuk berbekam, sebagaimana yang beliau dengar dari Nabi shallallahu alaih wasallam. Ibnu 'Umar berkata,
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْحِجَامَةُ عَلَى الرِّيقِ أَمْثَلُ وَهِيَ تَزِيدُ فِي الْعَقْلِ وَتَزِيدُ فِي الْحِفْظِ وَتَزِيدُ الْحَافِظَ حِفْظًا
Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaih wasallam bersabda,
"Berbekam di waktu pagi sangatlah bagus, sebab akan menambah kekuatan otak dan hafalan." (HR. Ibnu Majah, dengan derajat hasan menurut Al Albani)
Dalam riwayat yang sama disebutkan juga tentang hari yang paling bagus untuk berbekam, yaitu hari Kamis, atau Senin, dan atau Selasa.
b. Pengobatan yang lain adalah dengan madu. Dan ini tidak perlu diragukan lagi, sebab termaktub dalam firmanNya,
{ یَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابࣱ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَ ٰنُهُۥ فِیهِ شِفَاۤءࣱ لِّلنَّاسِۚ إِنَّ فِی ذَ ٰلِكَ لَـَٔایَةࣰ لِّقَوۡمࣲ یَتَفَكَّرُونَ }
"Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir." (QS. An Nahl : 69)
Abu Sa'id al Khudri radiyallahu anhu bercerita,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ أَخِي اسْتَطْلَقَ بَطْنُهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْقِهِ عَسَلًا فَسَقَاهُ ثُمَّ جَاءَهُ فَقَالَ إِنِّي سَقَيْتُهُ عَسَلًا فَلَمْ يَزِدْهُ إِلَّا اسْتِطْلَاقًا فَقَالَ لَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ جَاءَ الرَّابِعَةَ فَقَالَ اسْقِهِ عَسَلًا فَقَالَ لَقَدْ سَقَيْتُهُ فَلَمْ يَزِدْهُ إِلَّا اسْتِطْلَاقًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَ اللَّهُ وَكَذَبَ بَطْنُ أَخِيكَ فَسَقَاهُ فَبَرَأَ
"Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu alaih wasallam lalu dia berkata, 'Saudaraku sakit perut sehingga dia buang-buang air.'
Rasulullah shallallahu alaih wasallam bersabda, 'Minumkan madu kepadanya!' Lalu diminumkan madu kepadanya. Kemudian dia datang lagi kepada Nabi shallallahu alaih wasallam lalu berkata: 'Telah kuminumkan madu kepadanya, tetapi sakitnya bertambah.' Nabi shallallahu alaih wasallam menyuruhnya pula meminumkan madu sampai berulang tiga kali. Dia datang lagi untuk keempat kalinya, Nabi shallallahu alaih wasallam tetap menyuruhnya meminumkan madu. Kata orang itu, 'Aku telah meminumkannya, ya Rasulullah, namun sakitnya bertambah juga.' Rasulullah shallallahu alaih wasallam bersabda, 'Allah Mahabenar! Perut saudaramu itulah yang dusta.' Lalu diminumkannya lagi madu kepada saudaranya, maka ia pun sembuh." (HR. Muslim)
Dalam riwayat yang lain, Nabi shallallahu alaih wasallam bersabda,
الشِّفَاءُ فِي ثَلَاثَةٍ: فِي شَرْطةِ مِحْجَم، أَوْ شَرْبَةِ عَسَلٍ، أَوْ كيَّةٍ بِنَارٍ، وَأَنْهَى أُمَّتِي عَنِ الْكَيِّ
"(Di antara bentuk) pengobatan ada pada 3 hal; berbekam, meminum madu, atau ditempa dengan api (besi panas). Dan aku melarang umatku (berobat) ditempa dengan api (besi panas)." (HR. Bukhari)
c. Habbatus Sauda
Nabi shalahu alaih wasallam bersabda,
فِي الْحَبَّةِ السَّوْدَاءِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلَّا السَّامَ
"Dalam habbatus sauda' (jintan hitam) terdapat obat penawar dari segala penyakit kecuali kematian." (HR. Bukhari)
2. Pengobatan nonmedis
Pengobatan nonmedis yaitu pengobatan dengan metode ruqyah. Dengan membacakan ayat-ayat Al Quran atau dzikir dan atau doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaih wasallam.
Banyak riwayat-riwayat hadits yang menerangkan hal ini, di antaranya adalah hadits yang mengisahkan tentang salah seorang sahabat yang berhasil menyembuhkan sakit yang diderita oleh pemimpin suatu kaum dengan membacakan surat Al Fatihah kepadanya. Abu Sa'id al Khudri radiyallahu anhu bercerita,
كُنَّا فِي مَسِيرٍ لَنَا فَنَزَلْنَا فَجَاءَتْ جَارِيَةٌ فَقَالَتْ إِنَّ سَيِّدَ الْحَيِّ سَلِيمٌ وَإِنَّ نَفَرَنَا غَيْبٌ فَهَلْ مِنْكُمْ رَاقٍ فَقَامَ مَعَهَا رَجُلٌ مَا كُنَّا نَأْبُنُهُ بِرُقْيَةٍ فَرَقَاهُ فَبَرَأَ فَأَمَرَ لَهُ بِثَلَاثِينَ شَاةً وَسَقَانَا لَبَنًا فَلَمَّا رَجَعَ قُلْنَا لَهُ أَكُنْتَ تُحْسِنُ رُقْيَةً أَوْ كُنْتَ تَرْقِي قَالَ لَا مَا رَقَيْتُ إِلَّا بِأُمِّ الْكِتَابِ قُلْنَا لَا تُحْدِثُوا شَيْئًا حَتَّى نَأْتِيَ أَوْ نَسْأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِينَةَ ذَكَرْنَاهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ وَمَا كَانَ يُدْرِيهِ أَنَّهَا رُقْيَةٌ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ
"Dalam perjalanan yang kami lakukan, kami singgah di suatu tempat, lalu datanglah seorang wanita dan berkata, "Sesungguhnya ada seorang kepala kampung sakit, sementara orang-orang kami sedang tiada. Apakah salah seorang dari kalian ada yang bisa meruqyah?" Maka berdirilah seorang laki-laki yang kami sendiri tidak tahu bahwa ia bisa meruqyah. Ia beranjak bersama wanita itu, lalu meruqyah, dan ternyata yang diruqyah sembuh. Kemudian sang kepala kampung memerintahkan agar laki-laki itu diberi tiga puluh ekor kambing, dan kami pun diberinya minuman susu. Setelah pulang, kami bertanya padanya, "Apakah kamu memang seorang yang pandai meruqyah?" Ia menjawab, "(sebetulnya) tidak, dan tidaklah aku meruqyahnya, kecuali dengan Ummul Kitab (Al Fatihah)." Kami katakan, "Janganlah kalian berbuat apa-apa, hingga kita sampai kepada Nabi shallallahu alaih wasallam. dan bertanya kepada Beliau." Ketika kami sampai di Madinah, kami pun menuturkan hal itu pada Nabi shallallahu alaih wasallam, dan Beliau bersabda, "Lalu siapa yang memberitahukannya, bahwa itu adalah ruqyah. Bagikanlah kambing itu, dan aku juga diberi bagian." (HR. Bukhari)
Dan 'Aisyah radiyallahu 'anha pernah ditanya apakah Rasulullah shallallahu alaih wasallam membolehkan ruqyah. Beliau pun menjawab,
رَخَّصَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرُّقْيَةَ مِنْ كُلِّ ذِي حُمَةٍ
"Nabi shallallahu alaih wasallam mengizinkan ruqyah dari setiap (sengatan atau gigitan) binatang beracun." (HR. Bukhari)
Dalam riwayat yang lain,
رَخَّصَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الرُّقْيَةِ مِنْ الْعَيْنِ وَالنَّمْلَةِ وَالْحُمَةِ
"Rasulullah shallallahu alaih wasallam mengizinkan untuk meruqyah penyakit karena sebab 'Ain, gigitan semut dan (sengatan atau gigitan) binatang beracun." (HR. Ahmad, dengan derajat shahih menurut Syu'aib al Arnauth)
Al Quran merupakan mukjizat yang agung, bukan hanya sekadar kitab berisikan pedoman hidup, petunjuk dan rahmat bagi umat manusia. Tetapi juga ayat-ayat ataupun surat-surat yang ada di dalamnya mengandung kemukjizatan lain berupa kesembuhan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa Al Quran adalah obat paling mujarab bagi orang yang mencari kesembuhan. Al Quran bukan hanya menyembuhkan penyakit-penyakit hati, tetapi juga menyembuhkan penyakit-penyakit lainnya. Oleh karenanya Allah subhanahu wata'ala berfirman menyebut Al Quran sebagai syifaa (obat penawar/kesembuhan),
{ يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٞ لِّمَا فِي ٱلصُّدُورِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ }
"Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur`ān) dari Rabbmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman." (QS. Yunus : 57)
{ وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلۡقُرۡءَانِ مَا هُوَ شِفَاۤءࣱ وَرَحۡمَةࣱ لِّلۡمُؤۡمِنِینَ وَلَا یَزِیدُ ٱلظَّـٰلِمِینَ إِلَّا خَسَارࣰا }
"Dan Kami turunkan dari Al-Qur`ān (sesuatu) yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-Qur`ān itu) hanya akan menambah kerugian." (QS. Al Isra' : 82)
{ قُلۡ هُوَ لِلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ هُدࣰى وَشِفَاۤءࣱۚ }
"Al-Qur`ān adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman." (QS. Fushilat : 44)
Dari ayat-ayat di atas Ulama tafsir menafsirkan bahwa kata syifaa bermakna kesembuhan yang bisa menyembuhkan penyakit hati dari kejahilan, kekufuran, keraguan, dsb. Dan juga kesembuhan yang bisa menyembuhkan penyakit badan apabila diruqyahkan dengannya.
3. Pencegahan
Dalam pepatah Arab disebutkan,
الوقاية خير من العلاج
"Pencegahan itu lebih baik daripada mengobati."
Hal ini senada dengan sabda Nabi shallallahu alaih wasallam, di mana Nabi mengajarkan kepada umatnya untuk memprotec diri dari hal-hal yang bisa membinasakannya atau menjerumuskannya kepada madharat. Beliau shallallahu alaih wasallam bersabda,
فِرَّ مِنْ الْمَجْذُومِ فِرَارَكَ مِنْ الْأَسَدِ
"Jauhilah penyakit kusta sebagaimana engkau lari menjauh dari kejaran singa." (HR. Ahmad, dengan derajat shahih menurut Syu'aib al Arnauth)
لَا تُورِدُوا الْمُمْرِضَ عَلَى الْمُصِحِّ
"Janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dengan yang sehat." (HR. Bukhari)
Dalam riwayat yang lain,
لَا يُورِدُ الْمُمْرِضُ عَلَى الْمُصِحِّ
"Yang sakit janganlah mendekat kepada yang sehat!" (HR. Muslim)
Nabi shallallahu alaihi wasallam mengajarkan supaya kita berhati-hati ketika menghadapi hal-hal yang bisa menularkan penyakit atau hal buruk kepada diri kita. Dan hendaknya setiap kita juga membekali diri dengan imun dan iman yang kuat. Agar tak mudah terserang penyakit dan tak mudah terpengaruh hal-hal buruk.
Demikian semoga bermanfaat dan semoga Allah subhanahu wata'ala memberikan taufiqNya kepada kita semua.
Di zaman modern ini, maka tentu lebih banyak lagi ragam pengobatan dan penyembuhan. Silahkan ambil dan tempuh. Selagi tidak mengandung unsur haram dan melanggar syariat, maka itu dibolehkan. Bahkan niatkan berobat itu dalam rangka ibadah kepada Allah subhanahu wataala. Karena sehat merupakan salah satu modal untuk bisa beribadah secara maksimal kepada Allah subhanahu wata'ala.
Demikian, barakallahu fikum jami'an.
_______
Penulis
Ust. Izzatullah Abduh, M.Pd., Imam Masjid Andara, Cinere dan Pengisi Kajian Kitab Tauhid Muhammad At Tamimi dan Kumpulan Hadits Qudsi Muhammad al Madani.