Puisi Imam Khoironi
Sesuatu di Balik Bukit
Tahukah dirimu
Tentang sesuatu di balik perbukitan itu?
Perihal kejadian-kejadian misterius
Peristiwa-peristiwa ganjil
Yang tak pernah kau dengar
Dari cerita manapun
Di balik bukit-bukit itu
Konon suara-suara dibungkam
Cahaya-cahaya suram
Bahkan api suar dipaksa padam
Ada kekuatan agung
Yang mengerikan
Kudengar manusia dijadikan budak
Tangan-tangan mereka diikat
Dan kaki-kaki dipasung
Hingga kegelapan datang
Dan kehidupan tak pernah pulang
Ke pangkuan mereka
Tetapi, tahukah dirimu
Tentang sesuatu di balik bukit-bukit itu?
Konon cerita itu hanya bualan
Agar orang-orang takut
Dan tak berkunjung
Penyebar bualan itu
Konon adalah raja
Bersemayam di singgasana
Di antara dua bukit tertinggi
Hidupnya makmur di lahan yang subur
Dan, tahukah dirimu
Tentang sesuatu di balik perbukitan itu?
Yang tak pernah kita tahu
Ganjil atau genap kisahnya
Tetapi, belum pernah ada manusia
Yang pernah sampai di sana
Bandar Lampung, Agustus 2022
Menyadap Getah
Paruh panas dibubung debu-debu jalan
Penderes beriring membuka pagi
Halaman mata mereka berlembar-lembar penuh tuntutan
Harga yang lemah diukir pada ruas pohon
Spout melalui pagi-malam pagi-malam dengan sabar
Pisau-pisau sadap bekerja
Membelaimu, menggurat kekayaan kita
Kebun satu ke hamparan lainnya
Mengukur kambium, rindu, dan duka pula
Darah-darah mengental-pekat
Satel membaca rekat: cekat
Yang kita hirup bau busuk pembangunan
Yang kita tumpati remuk digusur perumahan
Sengketa lahan dan pasti genderang ribut
Di angin lebat yang lembut
Laut sukar memberi akhbar
Pada riak perca yang dibawa kapal
Kau tahu, ribuan penderes dalam gairah
Membaca angin turun dari galangan
Lampung, 20 Oktober 2020
Palawija
Rekah di relung sawah, warnamu selalu penuh kejutan
Lahan ini subur dalam harapmu, burung-burung menertawakannya
Pupuk disebar hingga daun-daun jatuh
Tinggal mangsa musim yang tumbuh meliputimu
Menggerayut merayumu sampai layu
menunggu hujan yang begitu kita rindukan
dan terkadang dibenci begitu saja
Dengan segala kemungkaran hama dan pestisida
Kita rengkuh keadaan yang membawamu ke masa panen
yang pelik dan penuh perhitungan
Lampung, September 2020
Wirid Cabai
Tetes peluh lembut
Mengarungi hangatnya semburat
Api, berdesar memburumu
wajahmu merah, seperti belam di dapur ibu
penuh deru air tanpa kita peduli
lebam lidahmu setelah percakapan diam-diam
hidup ini tragis berpendar tangis
yang lucu nun pedas
: api tumbuh pada kata-katamu
Dengan sadar, cabai mengarang beram
Tubuhnya sukma api
Gerlap menjebak hati yang tak hati-hati
Geram yang melindap lirih
dalam pedih, membaca wirid cabai
aku padamu.
Lampung, September 2020
Wirid Daun-Daun
Adakah lanskap yang dibiarkan
Menjejakkan kakinya diam-diam
Mencuri-curi kata pada mimpi
Yang terlarang
Jauh dari gemuruh api
Dan tawar menawar di perbukitan?
Kukubur dendam dalam-dalam
Yang mengganggu tidurmu
Kuhapus juga isyarat
Tercetak jelas
Di kedua matamu
Kau dan aku saling mengenal harapan
Hamparan yang entah
Tak luput dari rampai rumpang
Di tanggal yang tak mengerti
Ganjil atau genap
Di hari yang tak menahu siang atau malam
Sebab, pada hakikatnya semua kita
Adalah daun-daun yang berserakan
Di dahan pohon atau di atas batu nisan
Lampung, September 2020
________
Penulis
Imam Khoironi, lahir di Desa Cintamulya 18 Februari 2000. Mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa Inggris UIN Raden Intan Lampung. Tidak terlalu suka seafood dan durian. Suka nulis puisi, kadang-kadang cerpen juga esai.
Buku puisinya berjudul Denting Jam Dinding (2019). Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai online seperti Republika.id, langgampustaka.com, semilir.co, sastramedia.com, simalaba.com, marewai.com, kawaca.com, milenialis.id, duniasantri.co, mbludus.com, ceritanet.com, dan lainnya; dan media cetak seperti Malang Post, Riau Pos, Radar Mojokerto, Banjarmasin Pos, Bangka Pos, Denpasar Post, Pos Bali, Bhirawa, Rakyat Sumbar, Rakyat Sultra, Kedaulatan Rakyat, dan lainnya. Puisinya masuk dalam buku Negeri Rantau; Dari Negeri Poci 10 dan banyak antologi puisi lainnya.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com