Puisi Kinanda Aura Zulkarnain
Pewaris Karya
Dunia mewariskan sebentang lantai
Dari puncak gunung sampai ke garis pantai
Berukir aksara diselimuti debu
Antik; kusam, dan abu-abu
Mataku yang menemukannya yang tak dihirau bagaikan udara
Sebuah ubin retak di atas tubuh bumi
Tak diinjak namun pun tak diasuhi
Ku memungutnya; lempengan, serpihan
Kubaca di permukaannya, pudaran tinta tulisan
Dan kuseru, "Ah sayangnya!
Sayangnya sang penulis! Ekspresi jiwanya tak dihiraukan!"
Dengan pena baru, kutebalkan ukirannya
Diperjelas, diperindah
Lalu kupajang
Antara lautan orang lalu lalang
"Lihatlah! Lihatlah!"
Namun mereka berpaling, layaknya buta huruf
"Lihatlah! Lihatlah!" Namun mereka bersiul layaknya tunarungu
Bertanya-tanya, benakku bertanya-tanya
Tidakkah mereka memiliki mata?
Tidakkah mereka dapat memahami?
Hingga seorang awam menghampiri
Untuk apa memamerkan hal seperti ini?
Sudah beribu kami melihat yang identik
Sama saja kau memasang sehelai daun
Cantik kala langka, biasa kala rimbun
Paham mengguyur akal pikirku
Orang itu, kerumunan itu, manusia itu
Tiada apresiasi di hatinya terhadap seniman
Dianggapnya karya di sekitar, dari alam yang beri warisan
Pilu membasahi hatiku
Seraya ubin kembali kutaruh
Di tempat sebelum
Kembali mengoleksi debu
Hendaknya ku berdiri
Namun figur di seberang buatku terhenti
Menyapu warna dengan satu kuas
Di atas satu ubin ibarat kanvas
Tanpa pikir tanpa peduli melukis dan mewarnai
Tak acuh akan penonton terpaku pada lukisannya; monoton
Di sini lain, seorang penyair
Mengalun aliran nada bak air
Dengan ketukan kaki pada ubin
Mengaduk musiknya dengan angin
Dari segala arah, prismatik rona harmoni
Perlahan, bumi dihias seni
Ditulis, dilukis, dinyanyikan
Diukir, dipahat, diabadikan
"Kalau begitu, kan kuikuti
Langkah yang berjejak kreasi
Kan kuhias seluruh permukaan bumi
Hingga dekornya tak sanggup orang tak acuhi!"
Meninggalkan satu, kupungut ubin yang lain
Murni; jernih akan emosi
Dengan penaku, diri menulis, sehingga
Seseorang menoleh dan tersadar
Manusia mewariskan sebentar lantai
Dari puncak gunung sampai ke garis pantai
Bersipu bianglala, bertulis tinta jiwa, beriringkan melodi
Antik; bercorak budaya luhur dan kini
2023
______
Penulis
Kinanda Aura Zulkarnain, siswa SMAN 1 Kramatwatu.
redaksingewiyak@gmail.com