Puisi Farras Pradana
Doa yang Tak Dijanjikan
pak tua yang tergeletak di ladang bandara
bangun setelah seharian menunggui tanamannya
yang sebentar lagi akan panen
yang ditanam, di atas lintasan hitam.
ia mematahkan ranting pohon dari pinggiran pesawat
dan menjadikannya unggun pemujaan
nadi-nadi terbakar di balik kulitnya yang coklat,
isi botol plastik menguap,
caping tinggal reruntuhan di dasar,
permukaan yang tidak menampakkan mukanya sendiri.
senja yang berkaki timpang datang menjemputnya
bersama anaknya yang berlarian di depan istrinya.
mereka lepaskan bunga-bunga merah ke samudera
dan ke angkasa
tak dijanjikannya bekas bakaran itu dengan doa
Ngramang, 3 Agustus 2019
Kursi yang Merenggut Perempuan
kursi di beranda telah merengkuh seorang
perempuan untuk duduk di pangkuannya yang
empuk seperti paha putih si perempuan.
jelitanya telah merenggut hati si kursi
hingga membuat dirinya kembali menjadi pohon jati
yang tumbuh menjulang tinggi
di kebon belakang yang
baru saja dijual untuk melunasi hutang
judi. perempuan itu menyirami tanaman jati
dengan kibasan rambutnya yang wangi
dan memupuknya dengan gesekan pantat yang enak.
si pemilik rumah yang sejujurnya bajingan
telah merenggut si perempuan dengan mengatakan
“kebon belakang dengan jati lantas kau mau apalagi?”
tidak ada lagi kursi,
pohon-pohon dibeli dan
si perempuan mematahkan kakinya di bawah ban truk pengangkut.
Ngramang, 02 Agustus 201
Membuka Pintu
sanubari yang berjongkok
di luar pintu membikin gembok
jebol dan menyusut menjadi
partikel-partikel debu. di lorong satu
depa, seseorang berdiri menatap hujan yang disekat pintu kayu.
ada apa di sisi dalam ruangan ini?
atau hanya tumpukan ingatan yang terkunci
rapat sebelum dibuka ke haluan lepas samudera.
biarkan burung-burung camar berlomba
dengan lumba-lumba sepanjang keduanya
tidak ingin jadi manusia. dan manakala
pintu terbuka, kita bisa temukan isi dunia
Karang Malang, 28 Juli 2019
________
Penulis
Farras Pradana, menulis puisi dan cerita pendek, lahir di Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 26 Mei 2001. Telah menerbitkan buku kumpulan cerpen pertamanya berjudul Sekelompok Babi dan Rumah-Rumah (Penerbit Semut Api, 2021). Kini bermukim dan bekerja di Semarang, Jawa Tengah.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com