Puisi Said Kusuma
Sunyiraya
: merayakan ulang tahun ala sosial media
(1)
diabaikannya
repetisi bunyi notifikasi whatsapp pada subuh yang sunyi. ia hafal, setiap
tahun pada tanggal ini, Tuhan mengucapkan happy birthday. sayangnya kotak
seluler dalam genggaman itu memiliki setting abadi
; no reply - read
only
(2)
di halaman buku
berwajah biru, ditulisnya gugus gagasan status. tiada like maupun comment
karena ribuan permintaan pertemanannya belum satu pun diterima, selain oleh
sebuah akun palsu miliknya sendiri. well, setidaknya 'kesepian" jadi
mutual friend mereka berdua di fakebook, eh, facebook.
ah, haruskah buku
sial itu selalu mengingatkan tanggal lahir? memangnya sarang semesta dalam
kepala telah dihinggapi amnesia?
(3)
sebuah biduk
persegi merah, arungi samudra maya yang gelombangnya begitu instan dan
mengandung garam. di bentang layarnya, alih-alih menangkap angin, menyajikan
foto-foto monokrom dirinya dengan pose monoton
; jemari membentuk
simbol love.
selamat
panjang umur, wahai individu nirsedulur
sejumlah like dari fake followers sekadar jadi penyala logo hati, tanpa
pernah jadi pengisi hati sejati.
(4)
tak perlu banyak
mengetik hingga ujung kuku rontok. cukup unggah video musik sekian detik
pengiring lenggak-lenggok tubuh montok.
karena gila setitik merusak lugu sebelanga
(maka gilalah bertitik-titik agar tak rungkad, katanya).
mungkin viralisasi terbaik adalah dengan menyebar postingan tentang segenap
musabab pembuat dunia ternganga, meski tanpa kebenaran di dalamnya.
(5)
barangkali, meniup lilin berkali-kali, adalah cara terbaik mengembuskan
rasa syukur, atas apa-apa yang gagal ia miliki.
lagipula, terkadang golak ambisi tak hanya membisiki, tapi juga membusuki.
--Jakarta 16042024
Aku dan Seekor Ular Bernama
Deja-Fool
cinta lama adalah sejenis rattlesnake betina yang bersarang di belakang
retina, melata di sisi buta dari mata. tak terlihat, tapi selalu terlibat di
tiap habitat ingatan para retrofilia
; tempat reptillia beraksi membelitkan sensasi repetisi liar yang tak
asing.
mungkin karena tak juga jera ditimpa dera, kugali-gali lagi memori dari
tempat yang kukenal, dari liang-liang paling kukenang. hingga terlambat
menyadari bahwa menyalahkan hilangnya romansa silam alih-alih menyalakan kasih
sayang untuk masa depan, hanya akan memperpanjang garis sayat pada riwayat
kepedihan.
ujung ekornya berderik menghantui telinga, berkuasa meratui meski religi
tak merestui. semacam adiktif di cabang lidahnya jadi candu untuk kunikmati
bersama secangkir latte setiap sore.
entah ia terlalu pintar atau aku selalu pandir; membiarkan dosa berbisa
kembali berputar mengelilingi takdir.
--Jakarta 16042024
Pledoi Sang Penyintas di Jalan
Pintas
kuraut sebatang
pensil kayu, dari pohon pengetahuan yang nyaris layu. kedua ujungnya menawarkan
kebebasan imaji pengasah taji
grafit pekat penajam kata, menggoreskan bait pengikat dusta dan fakta.
mengkarantina ide dalam ruang beraksara, sebelum jelajahi ribuan jalan menuju
roma, menerobos titik dan koma.
o, pemuja licentia poetica.
karet penghapus memupus rumitnya rute pengorbanan menuju kejayaan. namun,
kelancangan menembus kultus dan ritus harus ditebus dengan kepasrahan hati
menerima caci maki. dipaksa perkenalkan diri pada hunjaman hujatan yang kian
akrab, kawani hari-hari, kawini jari-jari.
o, berlari-lari pula puisi, menyelamatkan diri.
biarlah langkah rapuh generasi sepuh bersikukuh menempuh jarak terjauh
selama kaki belum lumpuh. asal mereka biarkan pula kubaca jalan lurusku dengan
ujung kuku sebagai pemandu. dunia akan selalu menghakimi dengan kalimat serupa
peluru pengadil di moncong bedil. karena di mata para pemuja kesilaman; seorang
pengubah kelaziman adalah pencipta kezaliman.
-- Jakarta 16042024
Gastro
Mundo
1/
dunia,
mengaduk isi perutnya
sendiri
mencampur berita,
baurkan cerita
sepotong fiksi
terendam dalam semangkuk realita
mencemari rasa yang
telanjur bikin lidah terbiasa
sementara, kita
mencicipi hidup
di bawah redup pelita
sembunyikan remah
derita
di bawah taplak berenda
2/
di dunia kecil berlangit doa
ibu adalah ratu dapur
penabur rasa syukur
selama ayah selalu
ingat
menyetorkan keringat
di loket kehidupan
terdekat
di sana, kejelataan
bertugas di mejanya,
mencatat
deretan abjad
merapat makin lekat
goresan tinta pena
menghitam kian pekat
lalu, kefakiran
diresmikan jadi nama
belakang keluarga
--Jakarta 11042024
______
Penulis
Said Kusuma, pria asal Jakarta peraih juara I di Grup Puisi Om Dedi Tarhedi
edisi Mei 2023, dan juara III Anugerah COMPETER Indonesia 2023 ini telah
menulis karya yang tergabung dalam 25 buku antologi puisi dan cerpen. Dapat
dijumpai karya-karyanya di akun IG @said_serigalla, @gelometris Tergabung dalam
COMPETER INDONESIA, Kelas Puisi Bekasi, Kelas Puisi HUMA, AIS, dan Komunitas
Penikmat Puisi.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com