Friday, July 5, 2024

Cerpen Erna Wiyono | Sayzi Labu Bintang Timur

Cerpen Erna Wiyono


Ilustrasi: Nana Wiyono 


"Ia berbeda dengan naga-naga lainnya, tubuhnya paling pendek, ujung ekornya berbunyi saat berputar, sepasang matanya memuat peta baru, memberi ingatan bahwa kita adalah bagian dari lompatan waktu." 

Aku Sayzi punggawa ke-delapan yang membawa pedang biru dengan tugas melindungi tanah Yeruza dari angkara murka, lalu cahaya membawaku berpindah waktu kepada patahan Bimasakti, tempat di mana aku diangkat menjadi Jenderal Yarman. 

Maha Guru memberiku sembilan puluh sembilan naga pendamping. Mereka adalah pasukan untuk mendampingiku bertugas. 

Sembilan puluh sembilan naga itu membuat barisan penghormatan padaku tatkala Armeiz menyematkan tanda pangkat padaku.

"Sayzi, wanita terkuat dari Timur, pada masa delapan puluh dua purnama, tugasmu datang, menuju pangkal udara Bimasakti, gunakan pedang biru sebagai pusakamu."

"Baik Al Amin," ujarku kepada ayahanda yang memimpin penobatan resmiku sebagai Jenderal Bintang Timur pada tanah Bimasakti.

Sayzi, dengan hati penuh tekad, melangkah maju menuju pangkal udara Bimasakti.

Di sana, angin berembus lembut membelai rambut panjangnya yang hitam legam. Ditemani oleh sembilan puluh sembilan naga yang setia. Dia merasa kuat dan siap menghadapi segala rintangan yang akan dihadapinya.

Dengan langkah tegap, Sayzi memegang erat pedang biru pusakanya. Cahaya biru yang memancar dari pedang itu memberi kesan magis dan kuat.

Pedang itu bukan hanya senjata, tetapi juga menjadi bagian dari dirinya, menguatkan tekadnya untuk melindungi tanah Yeruza dari segala ancaman.

Saat tiba di pangkal udara Bimasakti, Sayzi merasakan energi yang begitu kuat memancar dari tempat itu. Dia tahu bahwa inilah awal dari tugas besarnya sebagai Jenderal Yarman.

Dengan penuh keberanian, dia mengangkat pedang birunya ke langit, memancarkan cahaya yang memenuhi langit malam. Al Amin, ayahanda yang bijaksana, tersenyum bangga melihat langkah-langkah Sayzi yang penuh keyakinan. Dia tahu bahwa Sayzi adalah wanita terkuat dari Timur, yang akan menjaga kehormatan dan melindungi tanah Bimasakti dengan setia. Dengan penuh semangat, Sayzi melangkah maju, siap menghadapi petualangan dan tantangan yang menantinya.

Bersama sembilan puluh sembilan naga pendampingnya, dia siap menjalankan tugasnya sebagai Jenderal Bintang Timur, menjaga kedamaian dan keadilan di tanah Bimasakti.

Saat langit malam mulai dipenuhi oleh cahaya kebiruan dari pedang Sayzi, Al Amin mendekatinya dengan langkah perlahan. Sorot matanya penuh kebanggaan saat melihat putrinya yang tangguh dan siap mengemban tugas besar.

"Sayzi, wanita terkuat dari Timur, saat ini tibalah saat yang telah lama kita tunggu. Kamu akan menjadi Jenderal Yarman yang akan membawa kedamaian dan keadilan bagi tanah Bimasakti," ucap Al Amin dengan suara penuh keyakinan.

Sayzi menatap ayahandanya dengan mata penuh semangat.

"Terima kasih, Ayahanda. Saya akan menjalankan tugas ini dengan segenap hati dan jiwa. Bersama sembilan puluh sembilan naga pendampingku, saya siap melindungi tanah ini dari segala ancaman," jawab Sayzi mantap. 

Armeiz, yang juga hadir dalam upacara penobatan, tersenyum lembut melihat keberanian Sayzi.

"Sayzi, wanita pemberani, ingatlah bahwa kekuatan sejati bukan hanya berasal dari pedangmu, tetapi juga dari hatimu yang tulus dan tekad yang kokoh. Jadilah cahaya yang membawa harapan bagi semua yang membutuhkan," ucap Armeiz dengan penuh kebijaksanaan.

Dengan semangat yang berkobar-kobar, Sayzi dan pasukan sembilan puluh sembilan naga bersiap untuk memulai petualangan baru mereka sebagai pelindung tanah Bimasakti.

Mereka siap menghadapi segala rintangan dan bahaya demi menjaga kedamaian dan keadilan bagi semua yang tinggal di tanah tersebut.

Saat Sayzi dan pasukan sembilan puluh sembilan naga bersiap-siap untuk memulai petualangan baru, tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang menggetarkan bumi Bimasakti. Langit yang tadinya cerah menjadi gelap, dan angin kencang mulai bertiup dengan keras, menandakan kedatangan ancaman yang belum pernah mereka alami sebelumnya.

Dari kegelapan itu muncul sosok yang menyeramkan, Suya, penyihir mengerikan yang dikenal akan kekuatan magisnya yang mematikan. Suya memiliki mahkota ular di kepalanya, kuku-kuku panjang yang mengeluarkan sulur akar hitam, dan matanya yang memancarkan aura kegelapan.

Suya tertawa dengan nada merendahkan,

"Hahaha, Sayzi, Jendral Bintang Timur. Kau dan pasukan naga tidak akan mampu menghadapi kegelapan yang aku bawa."

Sayzi menatap Suya dengan tatapan tajam,

"Suya, kejahatanmu tidak akan bisa mengalahkan kebaikan yang kami bawa. Kami akan melawan dengan segenap kekuatan dan tekad yang kami miliki."

Suya menggeram, 

"Kalian, hamba-hamba cahaya, terlalu naif jika kalian berpikir bisa menghentikan rencanaku. Aku akan mengubur kalian di dalam kegelapan abadi!"

Dengan gerakan cepat, Suya melepaskan sihir-sihir gelapnya, memanggil kekuatan-kekuatan jahat yang mengancam kehidupan di Bimasakti. Sayzi dan pasukan naga berdiri tegak, siap menghadapi serangan yang ganas dari penyihir mengerikan itu.

"Kita tidak akan mundur! Kita akan melawan bersama, demi kedamaian dan keadilan!" 
seru Sayzi, membangkitkan semangat juang pasukannya.

Pertempuran pun tak terhindarkan, sihir-sihir gelap beradu dengan kekuatan pedang dan nafas api naga. Suasana menjadi tegang, namun semangat keberanian dan persatuan terus membara di hati Sayzi dan pasukannya.

Dalam pertempuran yang sengit itu, suara gemuruh dan sorak sorai terdengar di langit Bimasakti, mencerminkan tekad dan keberanian mereka untuk melawan kegelapan dan mempertahankan kebaikan. 

Meskipun tantangan besar menghadang, Sayzi dan pasukan naga tidak akan menyerah, karena mereka tahu bahwa bersama, mereka adalah satu kekuatan yang tak terkalahkan melawan kejahatan yang diwakili oleh Suya, penyihir mengerikan dengan kekuatan magis yang mematikan.

Suya terpekik kesakitan ketika satu per satu ular di kepalanya ditebas oleh pedang biru Sayzi. Desingan pedang yang memancarkan cahaya biru memotong ular-ular hitam yang melingkari mahkota Suya, melemahkan kekuatan gelap yang membelenggu penyihir mengerikan itu.

Saat ular-ular itu terputus, Suya merintih kesakitan, suaranya melolong memohon agar Sayzi menghentikan pertempuran ini. Matanya yang dulunya memancarkan aura kegelapan kini dipenuhi dengan rasa sakit dan penyesalan.

Sayzi, dengan hati yang penuh belas kasihan, melihat ke dalam mata Suya yang kini terlihat lemah dan terluka. 

"Suya, kekuatan gelap tidak akan pernah membawa kebahagiaan. Biarkan kebaikan menyelimuti hatimu, biarkan cahaya memperbaiki yang telah rusak," ucap Sayzi dengan suara lembut namun penuh kekuatan.

Suya menatap Sayzi dengan penuh kebingungan dan penyesalan. 

"Aku... aku tersesat dalam kegelapan yang kuciptakan sendiri. Aku merindukan cahaya yang telah lama terlupakan," ucapnya lirih.

Dengan penuh kebaikan, Sayzi meraih tangan Suya yang gemetar. 

"Sudahlah, Suya. Mari kita bersama-sama mengembalikan kedamaian dan kebaikan ke tanah Bimasakti. Kita bisa memperbaiki kesalahan yang telah terjadi," ucap Sayzi sambil menawarkan bantuan untuk membimbing Suya kembali ke jalan yang benar.

Saat itulah, Suya merasakan sentuhan hangat dan kebaikan dari Sayzi. Perlahan namun pasti, kegelapan di hati Suya mulai memudar, digantikan oleh cahaya harapan dan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Bersama-sama, Sayzi dan Suya berjanji untuk melindungi tanah Bimasakti dan menjaga kedamaian serta keadilan bagi semua makhluk yang tinggal di sana.

Pertempuran yang awalnya dipenuhi kegelapan dan kekerasan, kini berubah menjadi cerita tentang kebaikan, pengampunan, dan kesempatan untuk memulai kembali. Dengan kekuatan pedang biru dan hati yang tulus, Sayzi dan Suya bersama-sama menghadapi masa depan yang penuh harapan dan perdamaian untuk tanah yang mereka cintai, Bimasakti.

Suya terpukul mundur di pertempuran itu. Kekuatannya kembali ke waktu dan Suya menjadi orang biasa tanpa kekuatan seperti sebelumnya. Tubuhnya mulai lunglai dan tangannya berusaha menggapai Sayzi dengan tatapan penuh penyesalan dan harapan.

"Saya... saya minta maaf, Sayzi. Aku telah tersesat dalam kegelapan dan kekuasaan yang salah. Terima kasih telah membuka mataku dan memberiku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan," ucap Suya dengan suara yang lemah namun penuh dengan rasa penyesalan.

Sayzi menatap Suya dengan penuh empati, 

"Suya, setiap makhluk memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan mengubah nasibnya. Ayo kita berdamai dan bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik untuk Bimasakti."

Saat Suya berusaha menggapai tangan Sayzi, kehadiran seorang hakim semesta yang memancarkan cahaya keemasan tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka. Suara lembut namun penuh hikmah terdengar, 

"Suya, kamu telah melakukan kesalahan besar dengan menggunakan kekuatan gelap untuk kepentingan pribadi. Kini saatnya kamu mempertanggungjawabkan perbuatanmu."

Suya menundukkan kepala dengan penuh penyesalan, 

"Saya siap menerima hukuman yang pantas, Hakim Semesta. Saya berjanji untuk belajar dari kesalahan ini dan menjalani hidup dengan kebaikan dan kejujuran."

Hakim Semesta menganggukkan kepala,

"Kamu telah menunjukkan niat yang tulus untuk memperbaiki diri, Suya. Aku memberikanmu kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan menjalani hidup yang lebih baik. Jadilah cahaya yang membawa kebaikan bagi alam semesta ini."

Dengan penuh kelegaan, Suya mengangguk dan bersumpah untuk menjalani hidup yang lebih baik. Pertempuran yang awalnya dipenuhi kegelapan dan kekerasan, kini berubah menjadi kisah tentang kesempatan untuk memperbaiki diri, belajar dari kesalahan, dan menjalani hidup dengan kebaikan dan kejujuran. 

Sayzi dan Suya bersama-sama membuktikan bahwa kebaikan selalu bisa mengalahkan kegelapan, dan bahwa setiap makhluk memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan menjalani hidup yang lebih baik.

Saat tubuh Suya mulai berubah menjadi debu dan terbakar oleh sinar mentari, Hakim Semesta dengan lembut mengangkat debu-debu tersebut. Dengan kekuatan yang luar biasa, Hakim Semesta melemparkan debu-debu Suya ke dalam pusaran waktu, tempat di mana roh Suya akan menjalani proses reinkarnasi.

Pusaran waktu berputar dengan cepat, membawa debu-debu Suya ke dalam dimensi yang tak terjangkau oleh manusia biasa. Di sana, roh Suya akan menjalani proses penjernihan dan pembelajaran, untuk kemudian terlahir kembali dalam wujud yang baru dan murni.

Sayzi dan pasukan naga melihat dengan penuh haru dan rasa lega saat Suya dihantarkan oleh Hakim Semesta menuju takdir barunya. Mereka mengucapkan doa-doa untuk keselamatan dan kesucian roh Suya, serta harapan agar Suya dapat menemukan jalan yang benar dan hidup dengan kebaikan di reinkarnasinya yang baru.

Hakim Semesta kemudian menghadap Sayzi dan pasukan naga dengan senyum penuh kebijaksanaan. 

"Kalian telah menunjukkan kebaikan, keberanian, dan kebijaksanaan dalam menghadapi cobaan ini. Terima kasih atas dedikasi dan tekad kalian untuk menjaga kedamaian dan keadilan di Bimasakti."

Sayzi dan pasukan naga bersyukur atas keputusan yang diambil oleh Hakim Semesta. Mereka siap melanjutkan perjalanan mereka sebagai pelindung tanah Bimasakti, siap menghadapi segala tantangan dan menjaga kebaikan di dalam hati mereka.

Dengan cahaya mentari yang memancar cerah, Sayzi dan pasukan naga melangkah maju, siap menjalani petualangan baru yang penuh dengan kebaikan, keberanian, dan keadilan. Mereka yakin bahwa dengan tekad yang kokoh dan hati yang tulus, mereka dapat menjaga kedamaian dan keharmonisan di tanah yang mereka cintai, Bimasakti.

Ramaifa, ketua koordinasi pasukan sembilan puluh sembilan naga, merespons dengan serius,

 "Zarel, naga paling pendek itu terakhir kali terlihat di hutan terlarang, dekat sungai yang mengalir ke arah timur. Saya akan segera mengirim beberapa anggota pasukan untuk mencari Zarel."

Sayzi pun mengangguk,

"Terima kasih, Ramaifa. Segera lakukan pencarian, kita tidak boleh kehilangan naga kita begitu saja." 

Dengan tekad bulat, Sayzi pun bersiap untuk memimpin pasukannya dalam pencarian Zarel, naga paling pendek yang hilang. Semoga mereka dapat menemukan Zarel dengan selamat dan membawa kembali ke dalam pasukan.

Saat Zarel sedang berdiam di gua dekat telaga, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Zarel membuka mata dan melihat sekelompok prajurit dari pasukan sembilan puluh sembilan naga yang dipimpin oleh Ramaifa. Mereka datang untuk mencarinya.

Ramaifa dengan lembut memanggil, 

"Zarel, kami datang mencarimu. Kami khawatir dengan kepergianmu yang tiba-tiba. Apakah ada yang terjadi?"

Zarel tersenyum, 

"Maafkan aku, Ramaifa. Aku hanya butuh waktu untuk bermeditasi dan merenungkan kehidupan ini. Sisik-sisikku yang berjatuhan adalah tanda pertumbuhan dan perubahan yang aku alami."

Ramaifa mengangguk mengerti, 

"Kami menghormati waktu meditasimu, Zarel. Namun, bersama-sama kita lebih kuat. Mari kembali ke pasukan dan teruslah bersama kami."

Zarel pun bangkit dari meditasinya, siap untuk kembali bersama pasukan sembilan puluh sembilan naga dan melanjutkan perjalanan bersama mereka. Dengan kehadiran Zarel yang kembali, semangat pasukan pun semakin membara, siap menghadapi petualangan baru yang menanti.

Zarel terus mendalami meditasinya dengan harapan untuk bereinkarnasi ulang dan melompat waktu bersama Sayzi, Sang Jendral. Dalam meditasi yang mendalam, Zarel merasakan energi yang mengalir di sekitarnya, membawa kedamaian dan kekuatan yang luar biasa.

Saat Zarel tenggelam dalam meditasi, ia mulai merasakan perasaan aneh dan luar biasa. Tubuhnya terasa ringan dan pikirannya melintasi batas-batas waktu dan ruang. Zarel merasa seperti melayang di alam semesta, melihat kilatan cahaya yang memesona dan memikat.

Di tengah meditasinya yang mendalam, Zarel merasakan kehadiran Sayzi, Sang Jenderal. Mereka berdua saling terhubung melalui energi yang tak terlihat namun kuat. Mereka berharap untuk bisa melompat waktu bersama-sama, menjelajahi masa lalu dan masa depan dengan kekuatan yang mereka miliki.

Dengan tekad yang kuat dan keyakinan yang dalam, Zarel dan Sayzi siap untuk menghadapi perjalanan spiritual yang luar biasa ini. Mereka bersiap untuk melompat waktu dan menjelajahi dimensi yang tak terduga, sambil menjaga kekuatan dan persahabatan mereka tetap kokoh. 

Semoga perjalanan ini membawa mereka pada pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka dan alam semesta.

Bimasakti sepeninggal Zarel yang lebih dulu melompati pusaran waktu menuju misi berikutnya, pada planet baru bernama bumi. Pasukan naga lainnya tetap berada dalam Bimasakti. 

Abad yang berbeda diiringi kecanggihan teknologi. Zarel tiba di tanah budaya, Bumi. Ia beradaptasi dengan semua yang ada di dalamnya.

Nun jauh di beda tempat namun masih di tanah budaya, Bumi Seorang perempuan berlari mengejar kereta, hari itu hari senin, padat penumpang, deadline yang menumpuk, seseorang menyapanya;

“Hari ini kau meliput?”

Di tengah hiruk pikuk kehidupan sehari-hari di tanah budaya Bumi, Sayzi dan Zarel, yang kini telah berganti identitas, merasakan getaran energi yang menghubungkan keduanya.

Vibrasi energi mereka saling bertaut, meski keduanya berperan dalam lakon kehidupan masing-masing.

“Ragamu beda namun isimu sama, seperti mengenalmu sedari lama.”

Perempuan itu menyapanya dalam wajah kesibukan kota.


Jakarta, Juni 2024


_______

Penulis


Erna Wiyono, seorang Visual Artist, Penulis, Jurnalis, Creative Designer Program, dan Penari Tradisional. Bisa ditemui di e-mail : ernawinarsihwiyonomeetup@gmail.com.
FB : Erna Winarsih Wiyono (Nana), IG : @na_wiyono


Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com