Monday, July 1, 2024

Karya Guru | Puisi-Puisi Muh. Husen Arifin

Puisi Muh. Husen Arifin 



Negeri Air


apabila engkau bangun dari tidurmu 

tak menemukan air untuk memandikan tubuhmu

lalu engkau menggali tanah di kamarmu 

sampai air matamu menggenangi seisinya 


tersadar bahwa kamarmu berisi kesedihan 

panjang dari perjalanan hidup di negeri pemerasan 

bola matamu membengkak bagai bulan tak bercahaya 


tanganmu sudah berupaya, memanjang

walau bukan seperti koruptor memenggal uang

rakyat cuma-cuma, engkau tak 

menjelma laiknya mereka yang bergerak 


membakar impian anak-anak 

negeri yang berulang-ulang mencari air tak 

sampai-sampai, tak ada yang membantu sejak 

dahulu sebelum pemilihan sampai ke pemilihan 


Bandung, 2024



Negeri Api


pohon-pohon tersisa kenangan 

tak selembar daunan berkelindan 

tiada yang terselematkan 

pada setiap tangisan-tangisan 

mereka yang menunggu kesia-siaan

seperti kehidupan yang terbakar 

oleh isu-isu negeri tanpa kabar 

tiba-tiba memungut iuran 

berbaju pekerjaan 


Bandung, 2024



Aku Berlindung  


aku berlindung lagi

setelah datang erupsi 

menghantam rumah ini 


aku berlindung lagi 

setelah berita korupsi 

tersiar di televisi 


aku berlindung lagi 

setelah nasib rakyat 

terombang-ambing 

antara ukt, bpjs, dan tapera


ke mana lagi aku berlindung

jika di negeri ini harga sembako 

selalu diputar-putar bagai lagu koplo

dan perutku terbalut sarung 


Bandung, 2024



Sebatas Luka di Negeri Culas 


cita-cita kami kandas

gaji pekerja terus terkuras

program baru negeri tiba-tiba

mengikat leher dan kami tak berdaya


andai kami turun ke jalan 

menyuarakan hak hidup 

terngiang nasib marsinah di pikiran

lantas kami menghirup 

kesakitan yang tak berujung 


kami tak mampu melenggang

ke ruang ramai dengan tegak 

kami memasuki lorong kehampaan 

pengap dan petaka


di bawah hujan sia-sia umpatan 

sebab kami lelah berlindung 

di ketiak demokrasi nan murung 


Bandung, 2024 



Negeri Sehat 


Sebab kami dilarang sakit 

Kami dilarang kuliah tinggi 

Kami dilarang membeli rumah sendiri 

Kami dilarang membeli emas asli

Kami dilarang kaya di negeri sendiri


Bandung, 2024



Skandal Getir


Di antara menonton televisi 

Dan membaca berita di gawai 

Aku menghabiskan segelas kopi 

Di dalam renungan diri 


Korupsi mantan menteri berkali-kali 

Tak ada jera dan sungguh-sungguh ngeri 

Muncul 300 triliun karena timah

Muncul 109 ton emas palsu 

Muncul tafsiran-tafsiran baru

Mereka nakal karena menyatu dalam aturan

berselimut nepotisme dengan matang 


ternyata mereka punya celah 

bersiasat pura-pura dan berbohong

lalu sakit perut dan muntah-muntah

duh, ternyata gelasku sudah kosong 


esok akan muncul kegetiran apalagi

aku ingin menyeduh kopi 

sebelum berlama-lama mandi 

di hari menjelang terbenam matahari 


Bandung, 2024 



_______


Penulis


Muh. Husen Arifin, aktif sebagai tenaga pengajar di Kota Bandung. Buku puisinya Pangandaran Kopi Perjalanan (2023).



Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com