Puisi Selendang Sulaiman
Leher Rianda
kalau kau lihat
daun jatuh kala hujan
dan mata tak berkedip
pada tetes gerimis terakhir
lalu bibir bicara pada alir
berarti ciumku tiba di lehermu.
kalau kau terpana
pada hujan november
yang memusik nada kita
sampailah sentuh di kalbu
dan kukalungkan nafas dunia
di lehermu yang ranum dan harum
kalau aku kembali padamu
dan terus kembali pada harum
lehermu yang parfum murni
di bawah rindang rindu
bagai bulan sepi menepi ke balik awan
aku berlindung ke dalam hidupmu.
2024
Ballada Anak Sungai
desir angin sejuk
berdesau di daun-daun
memetik usia di matanya
zaman berlari-lari nakal
sambil membuka baju waktu
ia mencebur ke sungai
bermain ketipak-ketipung
: musik imajiner anak kencur
dalam selam dangkal
ia melihat sebongkah batu
dipeluk alir sepanjang arus
”aku tak mau jadi batu
hanya diam dan kelam”
ucapnya melawan arus
lalu berdiri di atas batu
angin lirih di atas air
ia berenang ke tepi
di atas hamparan kerikil
ia tantang matahari!
2024
Hujan Rianda
sore itu hujan membuat genangan kecil
pada lesung pipimu yang mungil
aku ingin berenang di atasnya
biar puas aku menciuminya.
bibirmu basah menyesap hujan
aku ingin jadi tetes terakhir
biar kecupku paripurna
“aku ingin sebening hujan
yang hening dan segar,”
ucapmu menepis akut inginku.
selembar daun jatuh bawa isyarat
“cinta, tak lebih selesat cahaya
lebur dalam hidup yang nikmat!”
2024
_______
Penulis
Selendang Sulaiman, penyair.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com