Friday, July 12, 2024

Puisi-Puisi Selendang Sulaiman

Puisi Selendang Sulaiman




Leher Rianda


kalau kau lihat

daun jatuh kala hujan

dan mata tak berkedip

pada tetes gerimis terakhir

lalu bibir bicara pada alir

berarti ciumku tiba di lehermu.


kalau kau terpana

pada hujan november

yang memusik nada kita

sampailah sentuh di kalbu

dan kukalungkan nafas dunia

di lehermu yang ranum dan harum


kalau aku kembali padamu

dan terus kembali pada harum

lehermu yang parfum murni

di bawah rindang rindu

bagai bulan sepi menepi ke balik awan

aku berlindung ke dalam hidupmu.


2024



Ballada Anak Sungai


desir angin sejuk

berdesau di daun-daun

memetik usia di matanya

zaman berlari-lari nakal

sambil membuka baju waktu


ia mencebur ke sungai

bermain ketipak-ketipung

: musik imajiner anak kencur


dalam selam dangkal

ia melihat sebongkah batu

dipeluk alir sepanjang arus


”aku tak mau jadi batu

hanya diam dan kelam”

ucapnya melawan arus

lalu berdiri di atas batu


angin lirih di atas air

ia berenang ke tepi

di atas hamparan kerikil

ia tantang matahari!


2024



Hujan Rianda


sore itu hujan membuat genangan kecil

pada lesung pipimu yang mungil

aku ingin berenang di atasnya

biar puas aku menciuminya.


bibirmu basah menyesap hujan

aku ingin jadi tetes terakhir

biar kecupku paripurna


“aku ingin sebening hujan

yang hening dan segar,” 

ucapmu menepis akut inginku.


selembar daun jatuh bawa isyarat 

“cinta, tak lebih selesat cahaya 

lebur dalam hidup yang nikmat!”


2024


_______


Penulis


Selendang Sulaiman, penyair.



Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com