Friday, August 16, 2024

Dakwah | Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

Oleh Ust. Izzatullah Abduh, M.Pd.



Alhamdulillah washsholatu wassalamu ‘ala rasulillah. Amma ba’du.


Tanggal 17 Agustus di depan mata. Negeri kita tercinta, Republik Indonesia, akan merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-79, tepatnya di hari Sabtu. Pada hari tersebut menjadi hari yang penting bagi seluruh rakyat Indonesia. Semuanya menyambut dengan gegap gempita penuh bahagia. Tidak sedikit masyarakat kemudian mengadakan berbagai macam event perlombaan dan semacamnya guna merayakan kebahagiaan di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Merdeka!


Namun sebagai seorang Muslim, kita harus bisa bersikap sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Jangan sampai perayaan ini justru menjadi ajang pelanggaran terhadap syariat Islam.


Setiap kita warga negara yang baik, khususnya kaum Muslimin, wajib bersyukur kepada Allah subhanahu wata’ala atas nikmat kemerdekaan ini. Kalau bukan karena karunia dan rahmat-Nya, tentu kita berada dalam kerugian.   


فَلَوْلَا فَضْلُ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهٗ لَكُنْتُمْ مِّنَ الْخٰسِرِيْنَ


“Maka, seandainya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu, pasti kamu termasuk orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah : 64)


Di dalam Al-Qur’an terdapat kisah tentang suatu negeri yang dijajah. Lalu kemudian Allah subhanahu wata’ala selamatkan mereka dari penjajahan tersebut. Yaitu tentang kisah Ya’juj Ma’juj yang berbuat kerusakan di muka bumi.


قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا


“Mereka berkata, “Wahai Zulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj adalah (bangsa) pembuat kerusakan di bumi, bolehkah kami memberimu imbalan agar engkau membuatkan tembok penghalang antara kami dan mereka?”(QS. Al-Kahfi : 94)


Allah subhanahu wata’ala pun menyelamatkan mereka melalui tangan seorang Dzulqarnain, yang membangunkan pembatas dinding yang besar nan kokoh terbuat dari campuran besi dan tembaga sehingga Ya’juj Ma’juj terhalang dan terpenjara di sana. Ya’juj Ma’juj tidak bisa memanjatnya dan tidak pula bisa melubanginya dari bawah. Akhirnya penduduk negeri pun meraih kemerdekaannya dari penjajahan Ya’juj Ma’juj.


Dan lihatlah apa yang terucap dari lisan Dzulqarnain yang berhasil memerdekakan penduduk negeri tersebut dari penjajahan Ya’juj Ma’juj.


قَالَ هٰذَا رَحْمَةٌ مِّنْ رَّبِّيْۚ


“Dia (Dzulqarnain) berkata, “Ini adalah rahmat dari Tuhanku.” (QS. Al-Kahfi : 98)


Ucapan Dzulqarnain mengisyaratkan bahwa sejatinya keberhasilan dalam meraih kemerdekaan adalah rahmat dari Allah subhanahu wata’ala. Dan ternyata ini jugalah yang diucapkan oleh tokoh-tokoh kemerdekaan bangsa Indonesia. Di dalam pembukaan UUD (Undang-undang Dasar) disebutkan kalimat,


ATAS BERKAT RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA DAN DENGAN DIDORONG OLEH KEINGINAN LUHUR, SUPAYA BERKEHIDUPAN KEBANGSAAN YANG BEBAS, MAKA RAKYAT INDONESIA MENYATAKAN DENGAN INI KEMERDEKAANNYA.


Kemerdekaan merupakan bagian dari karunia dan rahmat dari Allah subhanahu wata’ala. Sungguh nikmat yang besar ketika negeri kita berada dalam keadaan yang aman, dalam keaadaan berlimpah sumber penghidupan, dan damai rukun antarrakyat berbangsa.


Maka tugas kita sebagai warga negara yang baik, terlebih sebagai hamba Allah subhanahu wata’ala adalah menjaga kemerdekaan ini supaya tetap langgeng dan berlangsung terus menerus hingga generasi ke generasi sepanjang masa. 


Kita wajib untuk bersyukur dan mensyukuri kemerdekaan ini, yaitu dengan


1. Berterima kasih kepada para tokoh pahlawan dengan mendoakan kebaikan dan ampunan untuk mereka. Sebab mereka memiliki peran penting yang telah mengorbankan pikiran, harta, bahkan nyawa. Kebaikan mereka luar biasa, tidak bisa diukur dengan harga dan nilai apa pun. 


Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya,


ومن صَنَع إليكم معروفًا فكافِئوه، فإنْ لم تَجِدوا ما تكافِئونَه فادْعُوا له حتى تَرَوا أنَّكم قد كافَأْتُموه


“Siapa yang berbuat baik kepada kalian, maka balaslah kebaikan itu. Jika kalian tidak mampu membalas, maka berdoalah untuknya, sehingga kalian merasa telah membalasnya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’I, dengan derajat shahih menurut Al-Albani)


لا يَشْكُرُ اللهَ مَن لا يَشْكُرُ الناسَ


“Tidak dianggap bersyukur kepada Allah, seorang yang tidak pandai berterima kasih kepada manusia.” (HR. Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi, dengan derajat shahih menurut Al-Albani)


Pemberi nikmat itu sejatinya adalah Allah subhanahu wata’ala, tetapi Allah memperjalankan nikmat-nikmatnya melalui tangan-tangan yang Allah titipkan nikmat-nikmat tersebut kepada mereka. Maka siapa yang mendapat nikmat melalui tangan orang lain, maka hendaknya ia berterima kasih kepada orang teresbut. Sebab, orang yang tabiatnya pandai berterima kasih kepada sesama, maka niscaya ia juga pandai bersyukur kepada sang Pencipta.


 وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِي قُلُوبِنَا غِلّٗا لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٞ رَّحِيمٌ 


“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka, (generasi baru)  mereka berdoa: Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan keimanan, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr : 10)


2. Bersyukur kepada Allah subahanhu wata’ala yaitu dengan istiqamah di atas aqidah tauhid kepada Allah subhanahu wata’ala, yaitu dengan mengesakan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Sebab dalam Al-Quran dikisahkan tentang kaum Saba’ yang telah diberi kenikmatan yang luar biasa, bahkan bisa disebut sebagai keajaiban dunia, suatu keajaiban yang tidak ada kecuali hanya di negeri Saba’ pada masa itu. Namun, ketika mereka kufur, berpaling dari Allah subhanahu wata’ala, mereka beralih menyembah kepada matahari. Maka Allah timpakan azab kepada mereka.


لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌ ۚجَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗبَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ

فَاَعْرَضُوْا فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ

ذٰلِكَ جَزَيْنٰهُمْ بِمَا كَفَرُوْاۗ وَهَلْ نُجٰزِيْٓ اِلَّا الْكَفُوْرَ

وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِيْ بٰرَكْنَا فِيْهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَّقَدَّرْنَا فِيْهَا السَّيْرَۗ سِيْرُوْا فِيْهَا لَيَالِيَ وَاَيَّامًا اٰمِنِيْنَ

فَقَالُوْا رَبَّنَا بٰعِدْ بَيْنَ اَسْفَارِنَا وَظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ فَجَعَلْنٰهُمْ اَحَادِيْثَ وَمَزَّقْنٰهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ


“Sungguh, pada (kaum) Saba’ benar-benar ada suatu tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua bidang kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kami berpesan kepada mereka) Makanlah rezeki (yang dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman), sedangkan (Tuhanmu) Tuhan Yang Maha Pengampun.


Akan tetapi, mereka berpaling sehingga Kami datangkan kepada mereka banjir besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) berbuah pahit, pohon asal (sejenis cemara) dan sedikit pohon sidir (bidara).


Demikianlah, Kami balas mereka karena kekafirannya. Kami tidak menjatuhkan azab, kecuali hanya kepada orang-orang yang sangat kufur.


Kami jadikan antara mereka dan negeri-negeri yang Kami berkahi (Syam) beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di negeri-negeri itu pada malam dan siang hari dengan aman.


Mereka berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami,” dan (mereka) menzalimi diri sendiri. Kami jadikan mereka buah bibir dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat sabar lagi sangat bersyukur. (QS. Saba’ : 15-19)


Saba’ adalah nama seorang lelaki yang kemudian dijadikan sebagai nama sebuah negeri. Negeri Saba’ adalah negeri yang subur, terdapat kebun yang panjang, rindang dan lebat buahnya, yang ada di sebelah kanan dan sebelah kiri. Udaranya sangat sejuk, bahkan disebutkan bahwa di negeri Saba’ tidak ada nyamuk, lalat, kalajengking, ular dan serangga-serangga lainnya. 


Orang yang ingin mengambil buah-buahan dari kebun, maka cukup ia meletakkan wadah atau nampan di atas kepalanya, ia masuk, lalu ketika keluar wadah atau nampannya sudah terisi buah-buahan, saking begitu lebatnya, tidak perlu bersusah payah memetik dengan tangan.


Dan orang yang mengadakan safar atau suatau perjalanan di negeri ini, kalau sekarang itu kisaran Yaman, Shan’a dan Syam, maka ia tidak perlu membawa bekal apa pun, karena sepanjang itu ada kebun yang lebat buah-buahnya, dan mereka bersafar dalam keadaan terjamin keamanannya siang maupun malam.


Tapi semua itu musnah dengan sekejap, oleh sebab berpalingnya mereka dari menyembah Allah, beralih menyembah matahari. Sehingga Allah pun mengazab mereka, yaitu dengan hancurnya bendungan air kebanggaan mereka yang bernama Ma’rib. Kebun mereka terendam banjir yang hebat, yang menghancurkan semuanya. Lalu digantilah oleh Allah dengan kebun yang tumbuh di dalamnya pohon-pohon yang berbuah pahit. Dan Allah tidaklah mengazab kecuali orang-orang yang ingkar kepada-Nya. Wal’iyadzu billah.


Dan dalam ayat yang lain, Allah subhanahu wata’ala juga berfirman,


وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

وَلَقَدْ جَاۤءَهُمْ رَسُوْلٌ مِّنْهُمْ فَكَذَّبُوْهُ فَاَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ


“Allah telah membuat suatu perumpamaan sebuah negeri yang dahulu aman lagi tenteram yang rezekinya datang kepadanya berlimpah ruah dari setiap tempat, tetapi (penduduknya) mengingkari nikmat-nikmat Allah. Oleh karena itu, Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan karena apa yang selalu mereka perbuat.


Sungguh, telah datang kepada mereka seorang rasul dari (kalangan) mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya. Oleh karena itu, mereka ditimpa azab dan mereka itulah orang-orang zalim.” (QS. An-Nahl : 112-113)


3. Bersyukur meningkatkan ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala, terlebih ibadah shalat. Baik diri kita, keluarga kita, dan masyarakat sekitar kita serta seluruh rakyat bangsa Indonesia.


Ingatlah bagaimana untaian doa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika berdoa meminta supaya Mekkah dijadikan negeri yang aman dan anak keturunan beliau dijauhkan dari perbuatan syirik. Beliau kemudian mengungkapkan bahwa ditempatkannya Hajar dan Ismail di negeri Mekkah adalah supaya mereka melaksanakan salat. 


وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ ۗ

رَبِّ اِنَّهُنَّ اَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِۚ فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَاِنَّهٗ مِنِّيْۚ وَمَنْ عَصَانِيْ فَاِنَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ


“(Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari penyembahan terhadap berhala-berhala."


Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka (berhala-berhala itu) telah menyesatkan banyak manusia. Maka, siapa yang mengikutiku, sesungguhnya dia termasuk golonganku. Siapa yang mendurhakaiku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim : 35-37)


4. Bersyukur dengan belajar memperdalam ilmu agama. Sebab kemerdekaan ini tidak hanya butuh kepada perjuangan badan atau fisik, tetapi juga butuh kepada perjuangan intelektual, pengetahuan, dan pikiran. Oleh karenanya di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah turun ayat yang sampai hari ini kita baca ayat tersebut, yang memerintahkan bahwa tidak sepatutnya kaum Muslimin itu semuanya berjihad memperjuangkan agama di medan perang, tetapi hendaknya ada sebagian dari mereka yang fokus bertafaqquh fiddin, memperdalam ilmu agama.


وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَاۤفَّةًۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَاۤىِٕفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَلِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْٓا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ ࣖ


“Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi (tinggal bersama Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah : 122)


Demikian, semoga Allah subhanahau wata’ala selalu berikan taufiq-Nya kepada kita semua sehingga kita bisa mensyukuri kemerdekaan ini dengan cara yang benar dan diridhoi oleh-Nya.


وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ


“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.” (QS. Ibrahim : 7)


________


Penulis 


Izzatullah Abduh, M.Pd. adalah Kepsek Imam Nawawi Islamic School Pondok Cabe. Pengisi Kajian di Masjid Ar-Rauf Green Andara Residence Depok.