Puisi Agus Widiey
Amsal Merdeka
hidupku lebih merdeka, sayang
jika melihatmu kenyang
tanpa harus menunggu
program makan siang gratisan.
Yogyakarta, 2024
Buku
bukumu tampak kedinginan, sayang
barangkali kesepian,
karena jari-jarimu sudah jarang menggenggamnya.
padahal bukumu rindu menatap
matamu; tapi mahal menangkap.
apakah kau lupa cara memeluk bukumu
yang sebenarnya adalah kata lain dari aku.
Yogyakarta, 2024
Memetik Sepi
ingin aku memetik sepi
yang telah matang
di pematang hatimu
yang hijau.
sebelum musim gugur tiba
aku akan datang padamu
menjelang senja.
senyummu adalah penghijauan
paling menyehatkan bagi mataku.
entah kapan,
sepimu itu bisa kudapatkan,
karena aku hanya ingin memetiknya tanpa henti.
aku masih tak tahu,
bisakah aku memetiknya
tanpa tangan gemetar?
tapi itulah yang aku inginkan
sejak angan dimerdekakan.
Yogyakarta, 2024
Asumsi
janji hanyalah repetisi
yang kerap kita konsumsi.
Joglo, 2023
Cintaku Jangan Pernah Kau Seret ke Dalam Politik dan Agama
karena di sana,
cinta akan gagal jadi sederhana.
Yogyakarta, 2024
______
Penulis
Agus Widiey, Lahir di Sumenep 17 Mei. Menulis puisi dengan dwibahasa, Indonesia-Madura. Anggota Komunitas Damar Korong, Sumenep.
Email: aguswidiey@gmail.com.