Friday, August 16, 2024

Puisi-Puisi Irfan Limbong

Puisi Irfan Limbong



Gunung Jae 


Mesin puisi berkemas membajak pagi

Semalam suntuk tubuhku berwarna sejuk

Pemandangan langit berwarna jeruk neon jatuh 

Saat jari-jari embun terapung di tengah sungai


Huruf-huruf bermakna gegabah 

Satu, dua, tiga duri di atas mawar yang tak pernah layu, 

Hasilnya selalu menyuarakan nyanyian kabut

Telah berapa sajak kau berselimut?


Lobar, 10-12-22



Numba


Suara-suara rebah di atap sandal

Gemuruh kota merajam kuba masjid tua

Kubur Ayah terperangkap labirin


Kata-kata berkemas ke bukit 

Memahat tawa kampung yang luntur

Rumah tua tak pikun memikul tahun


Di kaki langit kerinduan pecah jadi seribu

Sungai jernih sudah berdarah 

Pekikan sapi rindang tak bersisa


Sedalam sajakku yang remuk

Lidah, kubumbui sesendok karang

Bersama parade yang tak pernah utuh


Ende, 15-6-23



Nua


Hari terus bergelut

Menyerah tak pernah tumbuh 

Namun kalah kerap menyiksa


Waktu mengalir menusuk tubuh

Darah menguning, nafas gugur tak teratur

Tentu paham cara pasrah

Meski hati kelam terbenam


Mengibarkan lengan

Jauh dari dalam tanah 

Makian serasa pelukan

Muram tanpa belas kasih


Menyisakan borok berdenting

Beserta segenap pedih, kekalahan bukan etape terakhir 

Kupu-kupu yang akan mengitari langitmu tak lahir dari pujian 


Ende, 15-6-23


_______


Penulis

 

Irfan Limbong, penulis menetap sementara waktu di Mataram, kadang suka ini kadang suka itu. Nomaden.


Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com