Puisi Fathurrozi Nuril Furqon
Dalam Sebuah Kamar Perantauan
Ranjang yang banal
Mengendapkan rindu menebal
Pada peta jalan pulang
Tempat dongeng kanak-kanak
Menghimpun abu ingatan
Saat kita suka menari-nari
Dan masih berani memupuk mimpi
Lampu tidur yang temaram
Seperti suram langkah perjalanan
Membawa pada remang kenangan
Saat dalam rangkulan keluarga
Kita tak paham makna ketakutan
Dan angan subur bertumbuhan
Laksana rerumputan di musim penghujan
Plafon kamar yang getas,
Bagai hamparan kuning kertas
Menggugurkan abjad dari masa lampau
Mengembalikan pada tahun-tahun
Saat jari kerap beranak-pinak
Melahirkan puisi
Sebagai gemerlap kecil gemintang
Yang perlu dikejar dan digapai
Sumenep, 2024
Bagian Kecil Sebuah Keluhan
Suatu waktu kau ingin pergi
Singgahi kamar yang lama
Tak kau tunggui redup sinar lampunya
Karena target dan list agenda kantor
Makin sering melahap waktumu
Seperti hewan ternak kehausan
Setelah sekian kemarau
Suatu waktu kau ingin pergi
Singgahi ranjang yang kini lupa
Rasa sebuah pelukan
Kau melihat cermin dan mendesah
Kantung matamu yang mirip ayunan
Kini menjadi taman bermain bagi kelelahan
Yang kian kecambah
Suatu waktu kau ingin pergi
Dan tak kembali
Lebur ke dalam mimpi-mimpi
Berharap bising kota, tak tik tuk keyboard komputer, desing printer, dan ramah tamah kapitalis lainnya
Hanya bagian kecil dari bunga tidur
Sumenep, 2024
Sebuah Surat
Di dalam sebuah surat
Seorang wanita tertawa riang
Capung dan kupu-kupu beterbangan
Ke rongga matanya
Menjadi meriah manik-manik semesta
Di luar sebuah surat
Seorang wanita menumbalkan diri
Di atas mezbah dunia
Berhambur jasadnya disantap serigala
Dalam diri para manusia
Sumenep, 2024
Ode Guru
Mata air sungai
Memancar deras
Dari lisan seorang penatua
Di sepanjang alir
Rambut-rambut tanah berkelebar
Mentasrifi gemericik air
Mencumbu batu sedimen fluvial
"Setiap yang menuju hilir
akan jadi lentera
Sebanyak jari-jari air
Mengubah kemarau
Di setiap lintasannya."
Mata air sungai
Memancar deras
Dari lisan seorang penatua
Di hilirnya
Ikan beraneka rupa
Berkecipak mendoakannya
Sumenep, 2024
Penghujung Petang
Wajahmu semakin temaram
Seperti sebuah ruang
Dengan sinar lilin
Kepayahan menyinari sekitarnya.
Bunyi-bunyi yasin dan talkin
Sayup terdengar dari bolongan kecil
Di atap rumahmu.
Ada yang makin mendekat
Dingin kian merambat.
Kau meyakinkan diri,
Pigura hitam
Yang baru terbeli itu
Tidak akan menyimpan
Foto wajahmu.
Juga, lahat baru di dekat
Rimbun pokok bambu,
Adalah pusara
Bagi nama lainnya.
Tapi, wajahmu semakin temaram,
Seperti petang
Yang menjadi penanda
Datangnya kunang-kunang.
Tangan-tangan malam
Mulai merayapi jengkal kulitmu.
Ada yang makin mendekat
Dingin kian merambat.
Sumenep, 2024
Di Pembaringan
Senja mengetuk jendela
Matahari bungkuk dan renta
Perlahan berjalan menuju sebalik cakrawala.
Rahasia yang mengikuti napas kelahiran
Semakin dikupas pisau waktu.
Di atas ranjang, makna kehidupan kian purna
Bahwa angka-angka yang bersusun
Membentuk tulang, karisma, dan usia
Adalah selarik cahaya bintang
Yang sepintas melintas
Menuju galaksi nun jauhnya.
Sumenep, 2024
_______
Penulis
Fathurrozi Nuril Furqon, lahir di Sumenep, 01 Agustus 2002. Alumnus TMI Al-Amien Prenduan 2021, dan mahasiswa UNIA yang suka membaca, menulis, dan bermain Genshin Impact.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com