Friday, September 6, 2024

Puisi-Puisi Fathurrozi Nuril Furqon

Puisi Fathurrozi Nuril Furqon



Dalam Sebuah Kamar Perantauan


Ranjang yang banal 

Mengendapkan rindu menebal

Pada peta jalan pulang

Tempat dongeng kanak-kanak

Menghimpun abu ingatan

Saat kita suka menari-nari

Dan masih berani memupuk mimpi


Lampu tidur yang temaram

Seperti suram langkah perjalanan

Membawa pada remang kenangan

Saat dalam rangkulan keluarga

Kita tak paham makna ketakutan

Dan angan subur bertumbuhan

Laksana rerumputan di musim penghujan


Plafon kamar yang getas, 

Bagai hamparan kuning kertas

Menggugurkan abjad dari masa lampau

Mengembalikan pada tahun-tahun

Saat jari kerap beranak-pinak

Melahirkan puisi

Sebagai gemerlap kecil gemintang

Yang perlu dikejar dan digapai


Sumenep, 2024



Bagian Kecil Sebuah Keluhan


Suatu waktu kau ingin pergi

Singgahi kamar yang lama 

Tak kau tunggui redup sinar lampunya

Karena target dan list agenda kantor 

Makin sering melahap waktumu

Seperti hewan ternak kehausan

Setelah sekian kemarau


Suatu waktu kau ingin pergi

Singgahi ranjang yang kini lupa

Rasa sebuah pelukan

Kau melihat cermin dan mendesah

Kantung matamu yang mirip ayunan

Kini menjadi taman bermain bagi kelelahan

Yang kian kecambah


Suatu waktu kau ingin pergi

Dan tak kembali

Lebur ke dalam mimpi-mimpi

Berharap bising kota, tak tik tuk keyboard komputer, desing printer, dan ramah tamah kapitalis lainnya

Hanya bagian kecil dari bunga tidur


Sumenep, 2024



Sebuah Surat


Di dalam sebuah surat

Seorang wanita tertawa riang

Capung dan kupu-kupu beterbangan

Ke rongga matanya

Menjadi meriah manik-manik semesta


Di luar sebuah surat

Seorang wanita menumbalkan diri

Di atas mezbah dunia

Berhambur jasadnya disantap serigala 

Dalam diri para manusia


Sumenep, 2024



Ode Guru


Mata air sungai

Memancar deras

Dari lisan seorang penatua


Di sepanjang alir

Rambut-rambut tanah berkelebar

Mentasrifi gemericik air 

Mencumbu batu sedimen fluvial


"Setiap yang menuju hilir

akan jadi lentera

Sebanyak jari-jari air

Mengubah kemarau

Di setiap lintasannya."


Mata air sungai

Memancar deras 

Dari lisan seorang penatua


Di hilirnya

Ikan beraneka rupa

Berkecipak mendoakannya


Sumenep, 2024



Penghujung Petang


Wajahmu semakin temaram

Seperti sebuah ruang 

Dengan sinar lilin 

Kepayahan menyinari sekitarnya. 


Bunyi-bunyi yasin dan talkin 

Sayup terdengar dari bolongan kecil 

Di atap rumahmu. 

Ada yang makin mendekat

Dingin kian merambat. 


Kau meyakinkan diri, 

Pigura hitam 

Yang baru terbeli itu 

Tidak akan menyimpan 

Foto wajahmu. 

Juga, lahat baru di dekat 

Rimbun pokok bambu, 

Adalah pusara 

Bagi nama lainnya. 


Tapi, wajahmu semakin temaram, 

Seperti petang 

Yang menjadi penanda 

Datangnya kunang-kunang. 


Tangan-tangan malam 

Mulai merayapi jengkal kulitmu. 

Ada yang makin mendekat

Dingin kian merambat. 


Sumenep, 2024



Di Pembaringan


Senja mengetuk jendela

Matahari bungkuk dan renta

Perlahan berjalan menuju sebalik cakrawala. 

Rahasia yang mengikuti napas kelahiran

Semakin dikupas pisau waktu. 

Di atas ranjang, makna kehidupan kian purna

Bahwa angka-angka yang bersusun

Membentuk tulang, karisma, dan usia

Adalah selarik cahaya bintang 

Yang sepintas melintas

Menuju galaksi nun jauhnya.


Sumenep, 2024



_______

Penulis


Fathurrozi Nuril Furqon, lahir di Sumenep, 01 Agustus 2002. Alumnus TMI Al-Amien Prenduan 2021, dan mahasiswa UNIA yang suka membaca, menulis, dan bermain Genshin Impact. 


Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com