Puisi M. Abdul Roziq
Tradisi
Dalam kabut musim kemarau
embun menetes di ujung daun.
Sajak-sajak meresap ke udara
bersama aroma harum tembakau.
Di sini, tradisi mengalir
dalam darah seperti sungai
yang tak pernah kering.
Menyatu dengan jiwa
tak terpisah.
Perkenankan aku mengantarmu
menjangkau yang masih terselip.
Di kampung ini banyak lelaki
telah merantau di bawah langit.
Di sini, tradisi mengalir
dalam darah seperti sungai
yang tak pernah kering.
Menyatu dengan jiwa
tak terpisah.
Adapun ibu-ibu mengisi malam
di kantong-kantong kesenian.
Sesuatu yang sengaja dibentuk
untuk memperindah hidup.
Di sini, tradisi mengalir dalam darah
Menyatu dengan jiwa, tak terpisah.
Bojonegoro, 22 Juli 2024
Di Bawah Langit Kedua
Ia telah berjingkrak-jingkrak
di bawah langit kedua
menari salto dengan berbagai gaya
dan tak menemukan adanya demo
dalam pemerintahan di tubuhnya.
Ia tak merasakan nyeri atau keseleo.
Kemudian di antara tepuk dan sorak
seperti hari-hari sebelumnya
ia pun berkata: merdeka!
Selama tubuhnya belum dijajah usia
mungkin ia akan terus berjingkrak
menyingkirkan sedih di hati sesama.
Memang, pusat keramaian itu
seperti langit kedua bagi seniman.
Di sana ada pula pelukis,
penyair, selain penari jalanan.
Tapi hanya di bawah langit sejati
mereka saling bertukar pandangan.
Suatu malam ia bertanya
pada kawannya yang penyair.
Apakah kita akan tetap
menghuni tubuh kita
bahkan setelah tubuh kita
tak lagi bernyawa?
Kawannya berkata, aku belum
pernah memetik bunga
yang tumbuh di padang sepi
yang tak terjelajahi. Aku sendiri
bertanya dengan puisi-puisi
bahagia, makhluk seperti apa kita.
Ah, lupakan! Ayo, sekarang
giliranku mentraktirmu makan.
Bojonegoro, 27 Juli 2024
Selamat Pagi
Selamat pagi, ucapnya.
Pintu berderak dibuka sendiri.
Cahaya menari di atas lantai kayu
dan ia dengar nyanyian relik
dari jam yang bisu di ruang tamu.
Waktu membeku, batinnya.
Tiba-tiba ruangan tersebut
telah berlapis salju.
Ia heran tapi buru-buru keluar
tak ada yang mau mati kedinginan.
Di luar, ia melihat burung-burung
besar sedang diberikan arahan
oleh seorang perempuan.
Mereka hendak bermigrasi
ke tempat-tempat hangat di bumi.
Selamat pagi, sapanya.
Sayap mengepak dan keduanya
menunggangi burung yang sama.
Menempuh perjalanan untuk
kehangatan yang entah di mana.
Suatu ketika, langit memunculkan
portal yang menyilaukan mata.
Hingga samar-samar
ia pun melihat jendela
dan suara-suara yang semestinya.
"Rambutnya menunjang angan,
panjangnya sampai ke pinggang.
Baik dari depan maupun belakang
tampak seperti sarang tekukkan."
Selamat pagi. Ucapnya.
Masih berbaring terbayang-bayang
sosok perempuan dalam mimpinya.
Bojonegoro, 26 Juli 2024
_________
Penulis
M. Abdul Roziq, wiraswasta, kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur. Karya tulisnya berupa sajak-sajak dan cerpen, beberapa di antaranya dimuat oleh media massa. FB: M. Abdul Roziq.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com