Friday, August 30, 2024

Puisi-Puisi M. Abdul Roziq

Puisi M. Abdul Roziq




Tradisi


Dalam kabut musim kemarau

embun menetes di ujung daun.

Sajak-sajak meresap ke udara

bersama aroma harum tembakau.


Di sini, tradisi mengalir

dalam darah seperti sungai

yang tak pernah kering.

Menyatu dengan jiwa

tak terpisah.


Perkenankan aku mengantarmu

menjangkau yang masih terselip.

Di kampung ini banyak lelaki

telah merantau di bawah langit.


Di sini, tradisi mengalir

dalam darah seperti sungai

yang tak pernah kering.

Menyatu dengan jiwa

tak terpisah.


Adapun ibu-ibu mengisi malam

di kantong-kantong kesenian.

Sesuatu yang sengaja dibentuk

untuk memperindah hidup.


Di sini, tradisi mengalir dalam darah

Menyatu dengan jiwa, tak terpisah.


Bojonegoro, 22 Juli 2024



Di Bawah Langit Kedua


Ia telah berjingkrak-jingkrak

di bawah langit kedua

menari salto dengan berbagai gaya

dan tak menemukan adanya demo

dalam pemerintahan di tubuhnya.

Ia tak merasakan nyeri atau keseleo.


Kemudian di antara tepuk dan sorak

seperti hari-hari sebelumnya

ia pun berkata: merdeka!

Selama tubuhnya belum dijajah usia

mungkin ia akan terus berjingkrak

menyingkirkan sedih di hati sesama.


Memang, pusat keramaian itu

seperti langit kedua bagi seniman.

Di sana ada pula pelukis,

penyair, selain penari jalanan.

Tapi hanya di bawah langit sejati

mereka saling bertukar pandangan.


Suatu malam ia bertanya

pada kawannya yang penyair.

Apakah kita akan tetap

menghuni tubuh kita

bahkan setelah tubuh kita

tak lagi bernyawa?


Kawannya berkata, aku belum

pernah memetik bunga

yang tumbuh di padang sepi

yang tak terjelajahi. Aku sendiri

bertanya dengan puisi-puisi

bahagia, makhluk seperti apa kita.


Ah, lupakan! Ayo, sekarang

giliranku mentraktirmu makan.


Bojonegoro, 27 Juli 2024



Selamat Pagi


Selamat pagi, ucapnya.

Pintu berderak dibuka sendiri.

Cahaya menari di atas lantai kayu

dan ia dengar nyanyian relik

dari jam yang bisu di ruang tamu.


Waktu membeku, batinnya.

Tiba-tiba ruangan tersebut

telah berlapis salju.

Ia heran tapi buru-buru keluar

tak ada yang mau mati kedinginan.


Di luar, ia melihat burung-burung

besar sedang diberikan arahan

oleh seorang perempuan.

Mereka hendak bermigrasi

ke tempat-tempat hangat di bumi.


Selamat pagi, sapanya.

Sayap mengepak dan keduanya

menunggangi burung yang sama.

Menempuh perjalanan untuk

kehangatan yang entah di mana.


Suatu ketika, langit memunculkan

portal yang menyilaukan mata.

Hingga samar-samar

ia pun melihat jendela

dan suara-suara yang semestinya.


"Rambutnya menunjang angan,

panjangnya sampai ke pinggang.

Baik dari depan maupun belakang

tampak seperti sarang tekukkan."


Selamat pagi. Ucapnya.

Masih berbaring terbayang-bayang

sosok perempuan dalam mimpinya.


Bojonegoro, 26 Juli 2024


_________


Penulis


M. Abdul Roziq, wiraswasta, kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur. Karya tulisnya berupa sajak-sajak dan cerpen, beberapa di antaranya dimuat oleh media massa. FB: M. Abdul Roziq.



Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com