NGEWIYAK.com, SERANG -Acara bedah buku dan baca puisi Aksara-Aksara Lugu Kubah Budaya pada Kamis (24/10) di SMK Muhammadiyah Pontang, Jalan Kalapian No. 06, Ds. Singarajan, Kec. Pontang, kenang kembali sosok Alm. Wan Anwar.
Menurut Faris Supriadi, Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Pontang, ia merasa bernostalgia dengan kehadiran Kubah Budaya di SMK Muhammadiyah Pontang. Pada 2009, Farid menjadi saksi acara workshop menulis bersama pencetus Kubah Budaya, Wan Anwar yang kala itu Farid masih remaja. Pada saat itu juga dihadiri oleh Sulaiman Djaya, yang kali ini juga berjumpa kembali di Pontang bersama Ihya Dinul Alas, Irwan Sofwan, para pendiri awal Kubah Budaya.
"Dulu saat di SMP Muhammadiyah tahun 2009, yang membawa Wan Anwar dan rekan-rekan Kubah Budaya adalah Pak Muhyi Mohas, dosen Untirta, aktivis Muhammadiyah Pontang-Tirtayasa. Alhamdulillah kali ini bisa hadir lagi, tepatnya di SMK Muhammadiyah Pontang," ujar Farid.
Buku Aksara-Aksara Lugu merupakan kumpulan puisi karya teman-teman komunitas Kubah Budaya Serang yang diterbitkan oleh Penerbit #Komentar pada September 2024. Kehadiran rekan-rekan Kubah Budaya di SMK Muhammadiyah Pontang merupakan bagian dari road show bedah buku dan baca puisi di sekolah-sekolah, kampus-kampus, dan instansi-instansi tertentu.
Kegiatan di SMK Muhammadiyah cukup menuai drama karena mati listrik hingga panitia mencari jenset. Acara dimulai pukul 14.30 seharusnya pukul 13.00, tertunda cukup lama hingga para peserta keluar ruangan karena panas. Namun, acara berjalan lancar saat listrik nyala kembali. Beberapa siswa perwakilan kelas SMK Muhammadiyah Pontang bisa tampil unjuk gigi membacakan puisi-puisi dalam buku Aksara-Aksara Lugu.
Kepala SMK Muhammadiyah Pontang, Shodikin S.Pd., dalam sambutannya menyampaikan rasa bangga karena kehadiran tamu-tamu penyair hebat dari Banten.
"Kegiatan ini kalau bisa jangan kali ini saja. Setiap tahun perlu diadakan. Kita butuh. Apalagi terkait literasi. Dan di sekolah itu ada rapot mutu, salah satunya literasi. Ini PR sekolah, PR kepala sekolah. Semoga acara ini menumbuhkan minat baca yang tinggi kepada siswa. Pulang dari sini, harus cinta baca. Kalau cinta baca, pasti bisa menulis," ujar Shodikin.
Dalam kegiatan tersebut, kedua pemateri, Sulaiman Djaya dan Ihya Dinul Alas sama-sama menyampaikan tentang unsur-unsur pembangun dalam puisi.
"Dalam puisi ada bunyi, ada nada, ada keteraturan, dan irama," ujar Sulaiman Djaya.
Ihya Dinul Alas menyampaikan bahwa ada bangunan dalam puisi, seperti struktur artistik, rima, dan irama. Ihya juga menambahkan bahwa sastra itu multitafsir.
"Sastra tidak bicara benar dan salah. Ia multitafsir, penilaiannya bergantung kepada pembacanya," ujar Ihya menutup diskusi.
(Redaksi/Encep)