NGEWIYAK.com, KOTA SERANG -- Komunitas Perubahan untuk Budaya (Kubah Budaya) meluncurkan buku antologi puisi Aksara-Aksara Lugu di ruang baca lantai 1 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Daerah Provinsi Banten, Pakupatan, Kota Serang, Banten (4/10).
Ketua Kubah Budaya, Yudi Damanhuri, mengatakan bahwa Kubah Budaya hiatus sangat lama. Awal membuat antologi bersama pernah digarap pada tahun 2009 dengan judul Candu Rindu.
Menurut Yudi, puisi merupakan salah satu medium kritik sosial, kenangan, dan sejenisnya untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan. Ia juga mengungkapkan keberadaan puisi di zaman Gen Z.
"Pertanyaan besar muncul di saat banyak orang sibuk dengan gawai yang hanya mengunyah hiburan semata. Apa penting puisi dicetak-bukukan hari ini di tengah banalitas tindakan orang yang punya kuasa terhadap kaum yang lemah, dan seterusnya dan sebagainya. Dengan senarai repetisi pertanyaan dan rigiditas pergaulan modern puisi selalu ada menyelinap melampaui zaman. Lebih jauh, sering kali dalam demonstrasi, puisi Peringatan karya Wiji Thukul kerap menjadi gaung yang menggelegar," jelas Yudi yang juga seorang guru di Pesantren Al-Bayan Anyer tersebut.
Narasumber kedua, Wahyu Arya, menceritakan pengalamannya tentang menulis puisi. Ia mengatakan dirinya sudah terlalu jauh dengan puisi karena kesibukannya yang sangat padat di salah satu media online terbesar di Banten.
"Saya terlalu jauh dari puisi. Mungkin terlalu lama jadi wartawan. Buku ini lahir dari kegelisahan saya, apakah hari ini masih relevan menulis dan membaca puisi?" ujarnya.
Di hadapan 40-an peserta dari berbagai kalangan, Wahyu juga menambahkan perihal stigma bahwa puisi seolah harus ditulis dalam keadaan lengang dan sepi. Hal itu menurutnya keliru.
"Sekarang kita gaduh dengan medsos dan sebagainya. Kita gelisah dalam keriuhan," ujar Ketua Kubah Budaya periode awal tersebut.
Selain peluncuran dan diskusi buku, kegiatan ini pun dimeriahkan dengan pesta puisi oleh para peserta dan penulis. Suasana menjadi semakin hangat dan akrab.
(Redaksi)