Puisi Faris Al Faisal
Sinar
Masih mencari sinar dari Samudra Hindia
Lintas di kaki langit
di hadapan maut, meliuk mengikuti banyak cerita
yang melimpah
Selama pencarian kuratapi pancaran
yang hilang,
pekerjaan menjadi berat
ditusuk ngeri, ditusuk ngeri
mengoleksi tangis
Sirip-sirip ikanku menyusuri
Pesan-pesan kukirimkan, berlari mengejar informasi
laut menghitam, dukacita kelam
hati tak boleh menyerah,
mengambil bunga-bunga, mawar laut
Tutup
Pada cangkang moluska, tutup seluruh tubuhku.
Sembunyi dari bolak-balik matamu,
menumpuk sedih.
Kaki siputku akan berjalan,
entah kapan
sampai. Lama, rencana-rencana tumbang.
Tongkang mengambang.
Apa coba?
Tiba, tapi kondisi mungkin sudah berbeda.
Rumah-rumah spiral,
keras.
Aku tetap melunak,
dalam ketertutupanku.
Shower
Setelah satu siraman, menyelesaikan semuanya.
Kelembutan busa sabun pergi, yang tertinggal wangi
berwarna-warni.
Selembar handuk mengangkat banyak hal,
kering ke asal.
Pancaran itu, kembalikan semangat
yang berpeluh, berkeluh.
Kepala yang diguyur,
tangan yang dicuci,
kaki yang dibasuh.
memperlihatkan kerja air
terus mengalir.
Seperti ibu merawatku dulu,
dengan air mata.
Telur
Pagi ini aku menetaskan telur
Hanya lima butir dan setelahnya tak pernah bertelur lagi
Meski tidur di jerami berbulan-bulan,
tahun ke tahun
Terjadilah!
Kehendak Tuhan, telur-telur itu
jadi bocah
mungil; kecil
Seperti ayam berkokok membuka hari
Jalunya meninju keheningan
Ekornya mengangkat cerita
Cairkan ribuan soneta
Ambil bunga rimba
Nyanyikan merdu dunia
kepadaku,
yang anggapnya surga
Seni
Seni menginap di kamarku
menetap hinggap
jadi jiwa
Aku menyukainya—para pencipta gila
Mengisi kepalaku
Ide liar
sifat artistik
dari dunia dan kata
menghendaki resital puisi
di pagi buta
di siang bolong
di sore senja kala
di malam gulita
keajaiban
kutemukan pintu
membuka hal-hal yang menyenangkan
______
Penulis
Faris Al Faisal, penyair. Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Indramayu dan Ketua Lembaga Basa lan Sastra Dermayu.
Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com