Puisi (Terjemahan) Eka Ugi Sutikno
Puisi Dunya
Mikhail
Saat Sibuk
Kemarin aku kehilangan negara.
Saat itu pula aku sibuk,
dan tak sadar betul negaraku telah runtuh
seperti patahan ranting pohon yang lalai.
Kumohon, kalau saja ada orang yang lewat
atau tersandung ketika menyeberang,
mungkin saja kopernya
terbuka dan mentap angkasa,
maupun terukir di batu
seperti luka yang mengaga,
atau terbungkus
ke dalam selimut emigrant,
atau dibatalkan
seperti kalah main lotere,
atau terabaikan
di dalam Api Penyucian,
atau terburu-buru tanpa arah
seperti pertanyaan anak-anak,
atau beranjak bersama asap perang,
atau menggulung dengan helm di atas pasir
atau stoples
curian Ali Baba,
atau menyamar dengan seragam polisi
yang menggerakan para tahanan
untuk melarikan diri,
atau berjongkok di kenangan perempuan
yang mencoba untuk senyum,
atau tersebar
seperti mimpi
para imigran baru di Amerika.
Kalau ada yang menemukannya,
tolong kembalikan padaku.
Tolonglah, pak. Kembalikan.
Tolonglah, bu. Kembalikan.
Ini negaraku...
Aku tergopoh-gopoh
ketika kehilangan negaraku.
Puisi Oscar Wilde
Paskah
Suara trompet-trompet perak itu memenuhi Kubah:
Orang-orang berlutut dengan rasa takjub:
Lalu aku memperhatikan pundak orang-orang itu,
Seperti ada Tuhan yang agung, ada Tuhan Roma yang Kudus.
Tampak seperti pendeta, ia mengenakan jubah yang lebih putih dari busa,
Dan, seperti raja yang membungkus dirinya dengan warna merah kerajaan,
Tiga mahkota emas itu menjulang tinggi di atas kepalanya:
Dalam kemegahan juga cahaya, Paus pulang ke rumah.
Hatiku kembali melintasi hamparan tahun yang meruak
Kepada Dia yang mengembara di laut yang sunyi,
Sia-sia sudah mencari tempat istirahat:
“Setiap rubah punya liang, pun burung punya sarangnya,
Aku, hanya aku, harus mengembara dengan lelah,
Dan meremukkan kakiku, dan meminum anggur asin dari air mata.”
Puisi Robert Frost
Pohon di Jendelaku
Pohon di jendelaku, sebuah jendela pohon,
Ketika bingkai jendelaku luruh di malam tiba
Dan dibiarkan tak bertirai
Yang berjarak adalah kau dan aku
Mimpi yang suram itu menyembul dari tanah,
Sisanya membaur ke awan,
Tak semua lidah ringanmu itu
Mampu berbicara dalam.
Tapi pohon itu, aku telah melihatmu direnggut dan dilempar
Jika saja kau memperhatikanku tidur,
Kau telah melihatku dibawa dan disapu,
Lalu sirna semua.
Ketika itu ia menyatukan kepada kita,
Takdir memiliki imaji mengenai dirinya,
Kepalamu mempedulikan dunia luar
Tapi kepalaku hanya mempedulikan cuaca di dalam diriku.
Puisi William
Shakespeare
Soneta 130:
Matahari bukan mata kekasihku
Matahari bukan mata kekasihku;
Ranum bibirnya tak semerah batu koral;
Jika salju itu putih, mengapa payudaranya cokelat;
Jika rambut adalah kawat, maka kawat hitam itu tumbuh di kepalanya.
Aku pernah melihat mawar yang dihiasi kain damask, warnanya merah juga
putih,
Tapi aku tak pernah melihat mawar seperti di pipinya;
Beberapa parfum ada yang lebih menyenangkan
Daripada napas yang tercium dari kekasihku.
Aku suka mendengarnya berbicara, tetapi aku tahu betul
Musik memiliki suara yang jauh lebih merdu;
Aku tahu, aku tidak pernah melihat seorang dewi pergi;
Kekasihku, ketika ia berjalan dan menginjak tanah.
Tapi, demi surgaloka,
kupikir cintaku seganjil
Yang didustakannya dengan
kiasan palsu.
Puisi Walt Whitman
Wahai Diriku juga
Kehidupan!
Wahai Diriku juga Kehidupan! Dari pertanyaan-pertanyaan yang berulang ini,
Dari kereta-kereta yang tak berujung, dari orang-orang yang tak beriman,
dari kota-kota yang dipenuhi orang-orang bodoh,
Dari aku yang selalu mencela diri, (karena siapa yang lebih bodoh dariku,
dan siapa yang lebih tak beriman?)
Dari mata sia-sia mendamba cahaya, dari objek-objek yang berarti, dari
perjuangan yang selalu diperbarui,
Dari semua hasil yang buruk, dari kerumunan yang lamban dan kumuh di
sekelilingku,
Dari hampa dan tak bergunanya tahun-tahun tersisa, lalu menyisakan jalinan
pada diriku,
Pertanyaan, Wahai Diriku! pertanyaan berulang yang sangat menyedihkan:
Wahai Diriku juga Kehidupan, apa gunanya keberadaan di antara ini?
Jawaban.
Dengan keberadaanmu di sini bahwa kehidupan adalah tanda juga ada,
Juga drama yang hebat ini kian berlanjut dan kau dapat menambahkan sebuah
sajak.
________
Penulis
Dunya Mikahil (March 19, 1965) adalah penyair
Irak-Amerika Serikat. Karya
yang terkenal dari perempuan yang pernah mendapatkan United Nations Human
Rights Award for Freedom of Writing adalah The War Works Hard yang
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Elizabeth Winslow. Puisi di atas
diterjemahkan oleh Eka Ugi Sutikno dari judul I was in Hurry di buku The
War Works Hard.
Oscar Wilde atau Oscar Fingal
O’Fflahertie Wills Wilde (16 October 1854 – 30 November 1900) adalah penyair,
penulis drama, prosais, dan kritikus sastra Irlandia. Karya yang terkenal dari penyair
era Viktoria ini adalah The Picture of Dorian Gray dan The Importance
of Being Earnest. Puisi di atas diterjemahkan oleh Eka Ugi Sutikno dari
judul Easter Day di buku Complete Works of Oscar Wilde (Collins Classics)
(2003).
Robert Lee Frost atau
lebih dikenal sebagai Robert Frost (March 26, 1874 – January 29, 1963) adalah
penyair Amerika Serikat. Ia pernah mendapatkan Pulitzer Prize sebanyak empat
kali untuk buku New Hampshire: A Poem With Notes and Grace Notes (1924),
Collected Poems (1931), A Further Range (1937), dan A Witness
Tree (1943). Puisi di atas diterjemahkan oleh Eka Ugi Sutikno dari judul Tree
at my Window di buku Complete Poems of Robert Frost (1964).
William
Shakespeare
(23 April 1564 – 23 April 1616) adalah seorang penyair, penulis drama, dan
aktor Inggris. Sastrawan yang hidup di zaman Ratu Elizabeth I ini menelurkan
drama-drama fenomenal seperti Othello, Macbeth, Hamlet, King
Lear, dan Midsummer Night’s Dream. Puisi di atas diterjemahkan oleh
Eka Ugi Sutikno dari judul Sonnet 130: My mistress' eyes are nothing like
the sun di The Oxford Shakespeare: The Complete Sonnets and Poems
(Oxford World's Classics) (2008).
Walter Whitman Jr. (31 Mei 1819
– 26 Maret 1892) adalah penyair, easis, dan wartawan Amerika Serikat. Ia kerap
disebut sebagai bapak Free Verse Amerika Serikat dan bukunya yang berjudul
Leaves of Grass mendapatkan perhatian khusus karena di dalamnya terdapat
puisi-puisi sensual. Puisi di atas diterjemahkan oleh Eka Ugi Sutikno dari
judul O Me! O Life! di buku The Complete Poems (2005).