Friday, October 4, 2024

Puisi-Puisi Terjemahan | Eka Ugi Sutikno

Puisi (Terjemahan) Eka Ugi Sutikno



Puisi Dunya Mikhail

Saat Sibuk

 

Kemarin aku kehilangan negara.

Saat itu pula aku sibuk,

dan tak sadar betul negaraku telah runtuh

seperti patahan ranting pohon yang lalai.

Kumohon, kalau saja ada orang yang lewat

atau tersandung ketika menyeberang,

mungkin saja kopernya

terbuka dan mentap angkasa,

maupun terukir di batu

seperti luka yang mengaga,

atau terbungkus

ke dalam selimut emigrant,

atau dibatalkan

seperti kalah main lotere,

atau terabaikan

di dalam Api Penyucian,

atau terburu-buru tanpa arah

seperti pertanyaan anak-anak,

atau beranjak bersama asap perang,

atau menggulung dengan helm di atas pasir

atau stoples curian Ali Baba,

atau menyamar dengan seragam polisi

yang menggerakan para tahanan

untuk melarikan diri,

atau berjongkok di kenangan perempuan

yang mencoba untuk senyum,

atau tersebar

seperti mimpi

para imigran baru di Amerika.

Kalau ada yang menemukannya,

tolong kembalikan padaku.

Tolonglah, pak. Kembalikan.

Tolonglah, bu. Kembalikan.

Ini negaraku...

Aku tergopoh-gopoh

ketika kehilangan negaraku.

 

 

Puisi Oscar Wilde

Paskah

 

Suara trompet-trompet perak itu memenuhi Kubah:

Orang-orang berlutut dengan rasa takjub:

Lalu aku memperhatikan pundak orang-orang itu,

Seperti ada Tuhan yang agung, ada Tuhan Roma yang Kudus.

Tampak seperti pendeta, ia mengenakan jubah yang lebih putih dari busa,

Dan, seperti raja yang membungkus dirinya dengan warna merah kerajaan,

Tiga mahkota emas itu menjulang tinggi di atas kepalanya:

Dalam kemegahan juga cahaya, Paus pulang ke rumah.

Hatiku kembali melintasi hamparan tahun yang meruak

Kepada Dia yang mengembara di laut yang sunyi,

Sia-sia sudah mencari tempat istirahat:

“Setiap rubah punya liang, pun burung punya sarangnya,

Aku, hanya aku, harus mengembara dengan lelah,

Dan meremukkan kakiku, dan meminum anggur asin dari air mata.”

 

 

Puisi Robert Frost

Pohon di Jendelaku

 

Pohon di jendelaku, sebuah jendela pohon,

Ketika bingkai jendelaku luruh di malam tiba

Dan dibiarkan tak bertirai

Yang berjarak adalah kau dan aku

 

Mimpi yang suram itu menyembul dari tanah,

Sisanya membaur ke awan,

Tak semua lidah ringanmu itu

Mampu berbicara dalam.

 

Tapi pohon itu, aku telah melihatmu direnggut dan dilempar

Jika saja kau memperhatikanku tidur,

Kau telah melihatku dibawa dan disapu,

Lalu sirna semua.

 

Ketika itu ia menyatukan kepada kita,

Takdir memiliki imaji mengenai dirinya,

Kepalamu mempedulikan dunia luar

Tapi kepalaku hanya mempedulikan cuaca di dalam diriku.

 

 

Puisi William Shakespeare

Soneta 130: Matahari bukan mata kekasihku

 

Matahari bukan mata kekasihku;

Ranum bibirnya tak semerah batu koral;

Jika salju itu putih, mengapa payudaranya cokelat;

Jika rambut adalah kawat, maka kawat hitam itu tumbuh di kepalanya.

Aku pernah melihat mawar yang dihiasi kain damask, warnanya merah juga putih,

Tapi aku tak pernah melihat mawar seperti di pipinya;

Beberapa parfum ada yang lebih menyenangkan

Daripada napas yang tercium dari kekasihku.

Aku suka mendengarnya berbicara, tetapi aku tahu betul

Musik memiliki suara yang jauh lebih merdu;

Aku tahu, aku tidak pernah melihat seorang dewi pergi;

Kekasihku, ketika ia berjalan dan menginjak tanah.

            Tapi, demi surgaloka, kupikir cintaku seganjil

            Yang didustakannya dengan kiasan palsu.

 

 

Puisi Walt Whitman

Wahai Diriku juga Kehidupan!

 

Wahai Diriku juga Kehidupan! Dari pertanyaan-pertanyaan yang berulang ini,

Dari kereta-kereta yang tak berujung, dari orang-orang yang tak beriman, dari kota-kota yang dipenuhi orang-orang bodoh,

Dari aku yang selalu mencela diri, (karena siapa yang lebih bodoh dariku, dan siapa yang lebih tak beriman?)

Dari mata sia-sia mendamba cahaya, dari objek-objek yang berarti, dari perjuangan yang selalu diperbarui,

Dari semua hasil yang buruk, dari kerumunan yang lamban dan kumuh di sekelilingku,

Dari hampa dan tak bergunanya tahun-tahun tersisa, lalu menyisakan jalinan pada diriku,

Pertanyaan, Wahai Diriku! pertanyaan berulang yang sangat menyedihkan: Wahai Diriku juga Kehidupan, apa gunanya keberadaan di antara ini?

 

Jawaban.

Dengan keberadaanmu di sini bahwa kehidupan adalah tanda juga ada,

Juga drama yang hebat ini kian berlanjut dan kau dapat menambahkan sebuah sajak.

 

________

Penulis 

 

Dunya Mikahil (March 19, 1965) adalah penyair Irak-Amerika Serikat. Karya yang terkenal dari perempuan yang pernah mendapatkan United Nations Human Rights Award for Freedom of Writing adalah The War Works Hard yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Elizabeth Winslow. Puisi di atas diterjemahkan oleh Eka Ugi Sutikno dari judul I was in Hurry di buku The War Works Hard.

 

Oscar Wilde atau Oscar Fingal O’Fflahertie Wills Wilde (16 October 1854 – 30 November 1900) adalah penyair, penulis drama, prosais, dan kritikus sastra Irlandia. Karya yang terkenal dari penyair era Viktoria ini adalah The Picture of Dorian Gray dan The Importance of Being Earnest. Puisi di atas diterjemahkan oleh Eka Ugi Sutikno dari judul Easter Day di buku Complete Works of Oscar Wilde (Collins Classics) (2003).

 

Robert Lee Frost atau lebih dikenal sebagai Robert Frost (March 26, 1874 – January 29, 1963) adalah penyair Amerika Serikat. Ia pernah mendapatkan Pulitzer Prize sebanyak empat kali untuk buku New Hampshire: A Poem With Notes and Grace Notes (1924), Collected Poems (1931), A Further Range (1937), dan A Witness Tree (1943). Puisi di atas diterjemahkan oleh Eka Ugi Sutikno dari judul Tree at my Window di buku Complete Poems of Robert Frost (1964).

 

William Shakespeare (23 April 1564 – 23 April 1616) adalah seorang penyair, penulis drama, dan aktor Inggris. Sastrawan yang hidup di zaman Ratu Elizabeth I ini menelurkan drama-drama fenomenal seperti Othello, Macbeth, Hamlet, King Lear, dan Midsummer Night’s Dream. Puisi di atas diterjemahkan oleh Eka Ugi Sutikno dari judul Sonnet 130: My mistress' eyes are nothing like the sun di The Oxford Shakespeare: The Complete Sonnets and Poems (Oxford World's Classics) (2008).

 

Walter Whitman Jr. (31 Mei 1819 – 26 Maret 1892) adalah penyair, easis, dan wartawan Amerika Serikat. Ia kerap disebut sebagai bapak Free Verse Amerika Serikat dan bukunya yang berjudul Leaves of Grass mendapatkan perhatian khusus karena di dalamnya terdapat puisi-puisi sensual. Puisi di atas diterjemahkan oleh Eka Ugi Sutikno dari judul O Me! O Life! di buku The Complete Poems (2005).