Wednesday, November 6, 2024

Berita | SMPN 10 Kota Serang Gelar Bedah Buku Antologi Puisi "Aksara-Aksara Lugu"

 


NGEWIYAK.com, KOTA SERANG —SMPN 10 Kota Serang ikut rayakan roadshow peluncuran antologi puisi Kubah Budaya di Aula SMPN 10 Kota Serang, Cipocok, Serang (6/11). Kegiatan peluncuran ini diinisiasi oleh Perpustakaan Ibnu Syna SMPN 10 Kota Serang dan dibantu oleh guru penyair, Irwan Sofwan, S.Pd.

Kepala Perpustakaan Ibnu Syna SMPN 10 Kota Serang, Magdalena Nur Asih, S.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan bedah buku antologi memang sudah diprogramkan oleh Perpustakaan SMPN 10 Kota Serang.  


”Harapan dari kegiatan ini adalah agar menumbuhkan minat literasi kepada anak-anak. Semoga anak-anak dapat mengambil ilmu dari kegiatan ini," ujarnya.


Kegiatan Bedah Buku Antologi Aksara-Aksara Lugu dibuka dengan pembacaan puisi yang memukai oleh Keysa, siswa kelas IX, membaca puisi "Tanah Air Mata" karya Sutardji Calzoum Bahri.

Narasumber sekaligus penyair Aksara-Aksara Lugu di SMPN 10 Kota Serang, yakni Ihya Dinul Alas dan Arundanu Katong. Keduanya adalah kasepuhan Kubah Budaya yang masih aktif berkarya hingga ini. Kegiatan ini dimoderatori oleh Fannisa Akmal, Wakil Ketua Humas IKA Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) Untirta.


Ihya Dinul Alas mengatakan bahwa buku Aksara-Aksara Lugu merupakan buku kedua setelah ”Candu Rindu” yang terbit pada 2009. Ihya juga bertanya kepada para siswa SMPN 10 Kota Serang, sudah berapa banyak mereka membaca buku. Menurutnya itu merupakan modal dan langkah awal sebelum menulis.


Dalam kesempatan ini, Ihya memberikan pesan bahwa ada ada tiga ilmu yang harus dipelajari dan dikuasai.


”Yang pertama, matematika. Kedua, bahasa. Ketiga, seni. Kaitannya dengan Aksara-Aksara Lugu ini adalah bahwa dalam buku tersebut juga ada bahasa dan seninya, ada artistiknya, di antaranya dalam bermain kata dan rimanya,” ujar penyair produktif Jawa Serang di NGEWIYAK tersebut.


Narasumber kedua, Arundanu Katong memaparkan materi dengan cukup serius melalui PPT. Katong mengatakan bahwa banyak siswa yang suka corat-coret di kertas. Agar corat-coret itu bermakna, Katong menjelaskan semua itu harus direalisasikan dengan menulis, salah satunya dengan puisi.


”Sengaja saya pakai PPT agar kalian bisa memahami teori tentang puisi,” ujar Katong.


Selain itu, Katong menjelaskan panjang lebar tentang pengalamannya dalam menulis puisi. Menurut Katong, pengalaman-pengalaman itu bisa dari pengalaman empris, pengalaman spiritual, dan sebagainya.


”Dalam menulis puisi, ada aspek yang sangat penting, yakni intuisi, kepekaan atau ketajaman rasa dalam jiwa, juga imajinasi atau sebuah gambaran. Yang terakhir adalah sintesis, yakni gabungan dari pengalaman, intuisi, dan imajinasi yang menjadi satu kesatuan membentuk totalitas penggunaan kata, bahasa, dan makna,” imbuh penyair yang juga guru di salah satu sekolah di Kecamatan Kragilan itu.

 

(Redaksi)