Friday, December 20, 2024

Puisi-Puisi M. Allan Hanafi

Puisi M. Allan Hanafi



Dari Api


petir-petir

matikan suara

burung-burung

sebelum pagi


sayup-sayup terdengar

pekikan manusia


yang sedang dipasangkan

sayap-sayap

dari api


(15-24)


Kemudian Angin


kemudian angin

mencopot daun

dari ranting

melayangkannya

hingga mendarat di dunia


daun itu menggelepar

seperti potongan lidah


di samping seseorang

yang air matanya

telah membeku


(15-24)


Sujud


miliaran bintang diusir dari langit

aku salah satunya

yang enggan sujud padamu


tabu kau mendoakanku

meski anak cucumu

tak sungkan sujud kepadaku


(16-24)


Aku Masih Anak-Anak


tanpa ditahu oleh orang-orang

bahwa aku percaya peri

adalah kunang-kunang dewasa

yang nurnya berasal dari senter kakek


tanpa ditahu oleh saudara-saudara

tindakan asusila itu kulakukan saat belia

aku tahu neraka

seperti kakak atau teman yang memukulku


tanpa ditahu oleh bapak

aku tidak mau di dunia ini

itulah sebabnya aku mengompol

pada malam ia membohongi ibu


tapi ibu tahu

aku masih anak-anak

selalu menjadi anaknya

yang boleh durhaka kepadanya


(16-24)


Segitiga


kau ibu

antara jeda

atau janda


sebab suamimu

ciptakan dua anak

di luar rahimmu


bersabda hujan 

atau mengumpat

jadi pertanda


bagi kami

yang hanya bisa

menyakitimu


(15-17-24)


Sekoci di Tengah Lautan


sekoci di tengah lautan

ditelungkupkan

tangan ombak


karamlah ia


kami mayat yang dilahirkannya


sampai ke tepi pulau

di mana suku kanibal

membangun waktu

dari tulang belulang manusia


(15-24)


Ancaman


kau melihat dari mimpimu

kami masih hidup


tapi kami tak pernah ada

di dunia itu


mungkin kami bunga-bunga

yang ditabur di lautan


dan ikan-ikan melewati kami

sebagai berbagai ancaman


(15-24)


Su’ul Khatimah


cairan imannya habis

diminum iblis


ia yang belum cahaya itu

ribuan tahun kemudian

terlihat di suatu tempat

yang amat dekat dengan surga


tangan-tangannya dipasung

kaki-kakinya digantung

kepalanya digodam

batu sebesar gunung


itulah keabadian

yang dihadiahkan untuknya


(15-24)


Trisula Waktu


malaikat mendarat

dan kami pun loncat

ke punggungnya


dari balik hitam sayap ini

kami melihat jasad kami

di bawah sana


trisula waktu telah menikamnya

untuk dielu-elukan

sebagai kutukan


(15-24)


Ingkar


membayangkan wajah tuhan

yang sedang menangis

atas kesenangan hidupmu


kau menepuk dada


(15-24)



______ 

Penulis


M. Allan Hanafi, lahir di Ampenan, Lombok, 29 Februari 1996. Bergiat di Komunitas Akarpohon Mataram, NTB. Buku puisinya berjudul Supersonik (2024).


Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com