Puisi M. Allan Hanafi
Dari Api
petir-petir
matikan suara
burung-burung
sebelum pagi
sayup-sayup terdengar
pekikan manusia
yang sedang dipasangkan
sayap-sayap
dari api
(15-24)
Kemudian Angin
kemudian angin
mencopot daun
dari ranting
melayangkannya
hingga mendarat di dunia
daun itu menggelepar
seperti potongan lidah
di samping seseorang
yang air matanya
telah membeku
(15-24)
Sujud
miliaran bintang diusir dari langit
aku salah satunya
yang enggan sujud padamu
tabu kau mendoakanku
meski anak cucumu
tak sungkan sujud kepadaku
(16-24)
Aku Masih Anak-Anak
tanpa ditahu oleh orang-orang
bahwa aku percaya peri
adalah kunang-kunang dewasa
yang nurnya berasal dari senter kakek
tanpa ditahu oleh saudara-saudara
tindakan asusila itu kulakukan saat belia
aku tahu neraka
seperti kakak atau teman yang memukulku
tanpa ditahu oleh bapak
aku tidak mau di dunia ini
itulah sebabnya aku mengompol
pada malam ia membohongi ibu
tapi ibu tahu
aku masih anak-anak
selalu menjadi anaknya
yang boleh durhaka kepadanya
(16-24)
Segitiga
kau ibu
antara jeda
atau janda
sebab suamimu
ciptakan dua anak
di luar rahimmu
bersabda hujan
atau mengumpat
jadi pertanda
bagi kami
yang hanya bisa
menyakitimu
(15-17-24)
Sekoci di Tengah Lautan
sekoci di tengah lautan
ditelungkupkan
tangan ombak
karamlah ia
kami mayat yang dilahirkannya
sampai ke tepi pulau
di mana suku kanibal
membangun waktu
dari tulang belulang manusia
(15-24)
Ancaman
kau melihat dari mimpimu
kami masih hidup
tapi kami tak pernah ada
di dunia itu
mungkin kami bunga-bunga
yang ditabur di lautan
dan ikan-ikan melewati kami
sebagai berbagai ancaman
(15-24)
Su’ul Khatimah
cairan imannya habis
diminum iblis
ia yang belum cahaya itu
ribuan tahun kemudian
terlihat di suatu tempat
yang amat dekat dengan surga
tangan-tangannya dipasung
kaki-kakinya digantung
kepalanya digodam
batu sebesar gunung
itulah keabadian
yang dihadiahkan untuknya
(15-24)
Trisula Waktu
malaikat mendarat
dan kami pun loncat
ke punggungnya
dari balik hitam sayap ini
kami melihat jasad kami
di bawah sana
trisula waktu telah menikamnya
untuk dielu-elukan
sebagai kutukan
(15-24)
Ingkar
membayangkan wajah tuhan
yang sedang menangis
atas kesenangan hidupmu
kau menepuk dada
(15-24)
______
Penulis
M. Allan Hanafi, lahir di Ampenan, Lombok, 29 Februari 1996. Bergiat di Komunitas Akarpohon Mataram, NTB. Buku puisinya berjudul Supersonik (2024).