Friday, December 6, 2024

Puisi-Puisi Zajima Zan

Puisi Zajima Zan



Di Semak-Semak Pakis

; M


Hujan turun malu-malu

Sunyi dan dingin membagi kesedihan kita di antara semak-semak pakis

dan pohon-pohon yang miring, hampir disentuh ingin


Awalnya, sepanjang jalan, kita membicarakan hal-hal yang belum kita pahami, seperti puisi-puisi dari penyair yang pernah mati

Kita tafsirkan seolah-olah menafsirkan pertemuan yang belum selesai direncanakan, namun tetap saja kita tiba-tiba sampai di suatu tempat yang begitu asing, begitu asing,

Begitu asing

Dan pada akhirnya, kita mengira-ngira bahwa semua itu hanya mimpi sesaat; keabadian yang binasa saat anak remaja bangun dari tidur panjang


Perlahan-lahan kita tumbuhkan bulu di tubuhmu dan tubuhku

Kita belum tahu, apakah kita akan jadi burung atau ular kecil yang berbulu


Kau ajak aku telusuri hutan itu seperti kau mengajak kesedihanmu menelusuri tubuhmu

Saat bulu-bulu itu basah, dan kau mengajakku mematuk buah pohon yang tumbuh dari keterasingan kita, kita mulai pasrah bahwa kita akan tahu hari itu tidak benar-benar terjadi, dan tidak akan di sana lagi

Tapi, tubuh kita tetap merubah diri


Dan ada adegan besar yang kita ulang

Kali ini hanya kita yang tidak akan jatuh ke tempat yang sama

Tapi, kita akan pergi ke penderitaan yang sama, penderitaan yang itu itu saja


Hujan hilang malu-malu

Sunyi dan dingin menghilangkan tubuh kita di antara semak-semak pakis

dan pohon-pohon yang meninggi, hampir menyentuh ingin


Kita adalah puisi yang menolak semua tafsir

dan tumbuh di dalam mimpi yang melamunkan angin


Joben, 2024



Menziarahi Dongeng Lewat Alat Masa Kini


Dalam jendela sebesar telapak tangan:

orang-orang melihat, dari langit-langit goa,

kata-kata menetes bertahun-tahun,

memahat batu-batu kemungkinan

Bahkan sedikit lagi masuk ke dalam palung jantung nabi

dan puisi-puisi seorang sufi


tik...

tik...

tik...

Sunyi pun jadi

dan mereka menyaksikan gelap abadi

tempat cahaya menjadi ion-ion

lalu tumbuh menjadi kitab suci

Dan aplikasi-aplikasi pembikin tafsir


Di sana, di dalam yang meniadakan bunyi,

kau akan tahu

Bahwa waktu adalah molekul-molekul kefanaan dan kekalahan


Maka, seperti biasa di hidup manusia,

pagi datang dan cahaya-cahaya langit meniadakan keabadian

Gua itu terang: rahasia-rahasia pergi entah ke mana

dan mereka melihat kekosongan belaka


Mereka bangkit dari perenungan itu

Dan memaksa mereka menjadi pekerja-pekerja

yang rajin menengok angka-angka di kalender tua


Aikmel, 2024


Rambut Panjang Lelaki Kesepian

; Salman


Di antara pembicaraan, ia gerai rambutnya ke belakang

lalu menatap ke depan

Mendengar kata per kata

bolak-balik di tengah lingkaran mulut temannya


Sesekali melihat ke bawah,

memandang gawai yang sedang mempekerjakan

Kesepian


Dalam kesepian itu ia menyusun warna,

gradian-gradian kesunyian

dan kata-kata yang mungkin menarik perempuan

Atau setidaknya banyak lagi seorang kawan


Rambutnya urat-urat nadi malam

Atau barangkali orbit-orbit bintang

dari jutaan masa silam

Ubannya jalur permohonan

yang sudah terlewatkan

mungkin ada banyak yang belum dikabulkan


Ia tak banyak diterka, sebab rambut itu

babarengan mengakar ke dasar palung:

Barangkali sebuah tempat di mana sebagian besar sisa hidupnya

masih di masa lalu


"Kemungkinan, seurat rambutnya bisa dijadikan jimat"

Kudengar bocah dalam tubuhku

dan kulihat bocah itu mencoba menjulurkan jari-jarinya

ke arah rambut lelaki itu

Barangkali untuk memetik...

Barangkali memetik kekosongan

atau sesuatu yang belum bisa diucapkan

lewat kata, lewat suara-suara manusia?


Akhirnya warna-warna, beberapa gradian kesunyian,

dan kata-kata yang mungkin menarik perempuan

Atau setidaknya banyak lagi seorang kawan

telah tersusun rapi

Membentuk file jpeg yang segera merayakan kesiasiaan

ketika dirilis di media sosial, orang-orang mengirim senyum yang maya

Atau itu hanya sesuatu yang belum bisa kueja?


Rambutnya urat-urat nadi malam

Atau barangkali orbit-orbit bintang dari jutaan tahun silam?

Bukan! timpal si bocah,

Itu urat-urat nadi kesunyian

yang mengakar ke kuburan seorang perempuan

Yang dulu begitu lama menyuapinya kasih sayang


Aikmel, 2024

 


Di Tangkoq Adeng

"cinta adalah potongan-potongan pendek interupsi..."

-Goenawan Mohamad-


Setelah aku melihat dua tubuh laki-laki itu pelan-pelan memasuki tubuhmu, kemudian suara desahmu menguap jadi dingin di langit-langit dan serat-serat waktu, aku menjadi mengerti: kau perempuan manis yang butuh peluk


Aku tidak bisa melakukannya, karena aku tidak tahu langkah pertama untuk menyapa. Aku ragu dua lenganku apakah bisa membuatmu membalas pelukku, dan memberanikan diri menjambak bajuku, baju yang dijahit dari kesunyian hutan. Aku adalah malam Tangkoq Adeng. Aku sembunyikan rahasia: jika aku bersuara kau bakalan tidak mengerti apa apa. Dan pelan-pelan, dengan pasti, akan membuatmu kesepian


Maka, kubiarkan dua laki-laki itu masuk ke tendamu, lalu seperti aroma tuak yang menyentuh pinggulmu, lengkuk pinggangmu. Dan kau biarkan itu menjadi aroma tubuhmu. Dan aku mulai pelan-pelan menjauhimu,


mulai mengejamu,

Aku pun mulai menyaksikan cinta yang teramat pendek di dalam tenda-tenda, dari kejauhan, sejauh ingatan masa kanak mereka; sekaligus dari dekat, sedekat keinginan mereka


Di luar aku sendirian, menabur bintang di langit yang muram


Dan ketika pagi datang, semua pulang, melupakan cinta-cinta yang hadir semalam. Sementara aku tertinggal di sini, menjadi pagi yang murung di Tangkoq Adeng. Selama-lamanya mengheningkan hutan: melahirkan embun sekaligus menandaskannya dalam cahaya


"Ketika kau pergi dari sini, menjauhi rimba ini, apakah ranting yang patah ada suaranya?"


Lalu aku meluas jadi udara

yang tertiup di daun-daun cemara

sekaligus hilang di angkasa


Tangkoq Adeng, 2024


Di Sebau-Bau


Malam memusat

di sebau-bau

Sembilan lelaki bermalam

di dekat sebuah makam

di dekat uap-uap belerang

Menyebarkan harum kesunyian:

mantra yang keluar dari inti rahim bumi

Upaya menjauhkan diri dari esok pagi


Rembulan adalah bohlam

dengan mimpi-mimpi sekecil mata ikan

memungkinkan mereka tidak mengkhawatirkan kegelapan

Karena hanya hitam pekat yang harus dibutuhkan

untuk melahirkan cerita

tentang perempuan

yang tumbuh di pusat pikiran


Mereka duduk melingkar

sambil menjaga sebiji nyawa api

Seperti menjaga sebiji batang puisi

yang disembunyikan di balik kain murahan


Sepanjang cerita-cerita

rahasia meletup di dalam panas api

memercikkan butir-butir nyala

lalu hilang di dinginnya dini hari


Tapi waktu tidak pernah lamban

walau nyawa api semakin besar

dan uap-uap belerang semakin harum sunyinya


dan pada akhirnya mereka terpaksa memendekkan cerita


Sebau, 2024


________


Penulis 


Zajima Zan, berasal dan lahir di Aikmel, Lombok Timur. Karya-karyanya tersiar di beberapa media online dan media cetak. Aktif menulis di komunitas Rabu Langit, Lombok Timur. Karyanya pernah hadir juga di antologi puisi bersama yang bertajuk Merawat Kenangan (Jejak Publisher, 2018).



Kirim naskah ke

redaksingewiyak@gmail.com