Esai Heru Anwari
Usai perjalanan darat menggunakan mobil selama tiga jam dari phoenix menuju Tucson Arizona yang berjarak sekitar 189 kilometer, sore itu sesampainya di halaman parkir penginapan Airbnb, teman yang lain masih sibuk menurunkan tas-tas mereka dan memilih kamarnya masing-masing. Saya masih sibuk dengan telepon genggam yang mungkin sudah tiga puluh menit melakukan percakapan.
Sahabat saya menelepon melalui WhatsaApp Call. “Dedy Morning”, begitu saya memanggilnya. Mungkin ia sedang mendapatkan pencerahan semangat di pagi hari waktu Indonesia, bertepatan perbedaan jam Indonesia dengan Amerika 14 jam, kira-kira di Indonesia pukul 06.30 saat itu.
Dedy mengungkapkan rasa kebanggaanya terhadap konsistensi yang sudah saya geluti di bidang sepeda Bmx selama 20 tahun. Ia masih belum percaya kalau saya adalah seorang anak remaja yang ia temui 14 tahun lalu di panggung kecil Taman Sari, Kota Serang. Saat itu Dedy masih di awal perjalanan kariernya dalam bidang clothing dan event organizer. Ia meminta saya untuk perform di kegiatan musik yang digarapnya. Ia ingin mengolaborasikan antara paduan musik band dan Bmx freestyle.
Dalam percakapan telepon itu, saya katakan kepada Dedy, sungguh saya juga tidak terbayangkan sebelumnya jika saya harus berkeliling theatre ke theatre, kota ke kota, dan negara ke negara. Mungkin tahun ini saja sudah lebih dari 200 pertunjukan diselenggarakan. Dan jika sekali pertunjukan saja 2.000 audiens, sudah hampir 400.000 penonton luar negeri yang menyaksikan penampilan rider Bmx asal Indonesia.
Yang membuat kita takjub sebenarnya adalah bagaimana mungkin negara Amerika yang 50 tahun lalu telah melahirkan budaya Bmx, dan pada saat budaya itu menyebar ke seluruh dunia, kini negara tersebut menyaksikan penampilan rider/atlet Bmx yang berasal dari negara jauh di timur Indonesia, untuk kembali mempertontonkan budaya yang dahulu dilahirkan di tanah Amerika. Dalam diskusi sore itu saya seperti mendapat pencerahan kesadaran, sebenarnya saya sudah melakukan berkesenian hampir 20 tahun. Namun berkesenian bersama sepeda Bmx, saya tersadar bahwa saya melakukan performing di theatre-theatre bahkan bukan hanya pertunjukan saja, tidak sedikit penyelenggara membuka sesi workshop ke sekolah hingga universitas di banyak kota, tidak cukup berbicara tentang olahraga, melainkan tentang performing art atau pertunjukan kesenian. Hampir keseluruhan theatre menjadi sebagai art center, performing art, tempat pertunjukan seni/ pusat kesenian.
Seperti yang dijelaskan oleh Jakob Sumardjo, apa yang disebut ‘seni’ memang merupakan suatu wujud yang terindera. Karya seni merupakan sebuah benda atau artefak yang dilihat dan sekaligus didengar (visual, audio dan audio-visual), seperti lukisan, musik, dan teater. Tetapi, yang disebut seni itu berada di luar benda seni sebab seni itu berupa nilai. 360ALLSTARS merupakan pertunjukan fisik fenomenal yang mengeksplorasi semua bentuk rotasi putaran, seperti Bmx, bola basket, breaking, akrobatik, drum, musik, dan lighting. Pertunjukan ini menghubungkan street culture/seni jalan dengan elite untuk menghadirkan sirkus urban yang supercharged di panggung theatre.
Sebagian besar orang di Indonesia memahami tentang kesenian atau seni budaya selalu berkonotasi pada kesenian tradisonal yang terkesan jadul atau tak relevan di era modern saat ini, juga berfikir tidak mungkin untuk menciptakan kesenian baru dan budaya baru. Budaya terkonotasikan sebagai kebiasaan yang sudah turun-temurun atau yang terus dilakukan oleh masyarakat dari dahulu, tanpa melihat pada seni kontenporer modern seperti budaya baru yang lahir di negara lain, seperti Bmx freestyle atau skateboard, bahkan seni grafiti, coretan jalanan yang terlahir di Kota New York.
Dalam perkembangannya, kata "buddayah" mengalami perubahan dan adaptasi di berbagai bahasa dan wilayah di seluruh dunia. Salah satunya adalah dalam bahasa Indonesia, di mana kata tersebut menjadi "budaya". Dalam bahasa Indonesia, "budaya" diasosiasikan dengan keseluruhan pola perilaku, kepercayaan, kebiasaan, adat istiadat, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Penting untuk menyadari bahwa konsep "budaya" tidaklah statis, melainkan bersifat dinamis dan terus berkembang seiring waktu. Setiap masyarakat memiliki budaya yang berbeda, yang membentuk identitas dan jati diri mereka. Budaya juga dapat memengaruhi cara pandang, perilaku, dan interaksi sosial seseorang atau kelompok dalam masyarakat.
Dalam konteks globalisasi saat ini, pertukaran budaya antarbangsa semakin meningkat dan memberikan pengaruh yang signifikan pada perkembangan budaya di berbagai negara. Penyebaran melalui teknologi informasi dan komunikasi juga memainkan peran penting dalam mempercepat pertukaran budaya di seluruh dunia.
Seperti Bmx freestyle yang sudah berusia lebih dari 50 tahun dari masa kelahirannya. Sekitar akhir tahun 1960-an, sejumlah anak muda di California terinspirasi dari olahraga motocross. Mereka memodifikasi sepeda ukuran 20 inc dan melakukan balapan di lintasan tanah merah. Dari situ lahirlah bicycle motocross (Bmx).
Pada era tahun 1960-1970-an anak muda di Amerika terdampak gelombang semangat yang di bawa oleh Bruce Lee. Kepercayaan diri yang terbangkitkan oleh konsistensi latihan fisik dan kebugaran tubuh yang fokus, mempengaruhi mental kepercayaan diri terhadap satu keahlian atau satu keterampilan dan menjadikanya ahli.
Seperti quote-nya yang terkenal “Saya tidak takut pada orang yang berlatih sekali untuk 10.000 tendangan, tapi saya takut pada orang yang berlatih satu tendangan sebanyak 10.000 kali.” Bruce Lee yang mahir dalam bela diri, juga berkuliah di jurusan filsafat. Aksinya dalam dunia perfilman membuat semua yang ia keluarkan bisa menyebar dengan cepat di Amerika. Penggabungan teknik bela diri, filosofis dan industri film di negara adidaya mampu mengubah peradaban dunia. Hingga saat ini masih banyak memengaruhi cara berpikir anak muda yang ingin hidup seperti gaya Bruce Lee dengan kedisiplinannya menjadi ahli dalam satu bidang.
Kita semua mengetahui bahwa Bruce lee merupakan murid dari Guru Ip Man yang pergi ke San Fransisco saat berusia 18 tahun dan membawa pengaruh besar bagi budaya di Amerika.
Pada tahun 2016 Kota Serang mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah Indonesia Open X-Sport Championship (IOXC) ke-6, event kejuaraan olahraga ekstrem berskala internasional yang diselenggarakan tiap tahun oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Saat itu event yang diikuti lebih dari 300 peserta, dari 11 negara hadir di Kota Kerang, seperti Australia, Chili, Canada, France dan negara Asia Tenggara lainnya. Saya sebagai rider tuan rumah harus memberikan persembahan yang bukan hanya gelaran event Bmx, namun suguhan budaya Indonesia yang harus dikenalkan ke wajah dunia.
Para peserta dari luar negara sangat tertarik tentang kekayaan seni dan budaya di negara lain, apalagi negara Indonesia yang amat kaya seni dan budaya. Saya pun membangun komunikasi dengan Pak Haji Opik dari padepokan pencak silat di Banten. Kami mendiskusikan terkait kolaborasi penampilan Debus Banten dan Bmx freestyle yang di kolaborasi menjadi satu pertunjukan pada acara opening ceremony.
Untuk mengenalkan identitas Banten di mata dunia, opening ceremony dihadiri masyarakat Banten, para peserta dari berbagai kota di Indonesia dan luar negeri, sampai jajaran pemerintah dari walikota, dan Deputi Kemenpora RI. Mereka merasa puas dengan suguhan penampilan kesenian debus bersama Bmx sebagai simbol seni tradisional dan modern. Sampai ada bule dari Australia yang harus merasakan kebal dipotong golok Banten.
Bebrapa waktu selama persiapan pertunjukan, saya berdiskusi intens dengan H.Opik pimpinan padepokan pencak silat. Beliau menceritakan bahwa ia pernah didatangi oleh para tamu yang sedang meneliti asal usul persilatan yang tersebar ke China. Mereka sedang meriset atau mencari asal muasal gerakan dan jurus-jurus bahkan aliran ”kung fu wing chun” yang di populerkan guru Ip Man, sampai mereka harus melakukan sparing untuk melihat gerakan dan jurus-jurus persilatan dari tanah Banten. Para peneliti tersebut bukan hanya datang ke tanah Banten, mereka menjelajahi perguruan-perguruan di Nusantara untuk mencari jejak bagaimana lahirnya jurus dan gerakan guru Ip Man yang tersebar ke China.
Saya pun pernah mendengar kisah bahwa nama Guru Ip Man mungkin di ambil dari kata iman dalam Islam memiliki arti percaya dalam hati, terlihat dari gerakan-gerakan yang santai/kalem dalam menghadapi musuh, tanda sudah mengalahkan hawa nafsu, atau mampu mengalahkan nafsu dirinya sendiri sebelum mengalahkan orang lain. Bisa kita saksikan di film Ip Man 1 s.d. Ip Man 4, gerakan yang menggambarkan ke tenangan hati. Yang mungkin saja gerakan dan jurus tersebut di adopsi atau di dapatkan dari tanah Nusantara jauh sebelum adanya negara.
Bagaimana tidak, negara Indonesia merupakan negara yang kaya raya bahkan tak mengenal kosakata miskin sekitar 500 tahun lalu, masyarakat Indonesia sudah berkesadaran berkecukupan dengan limpahan makanan alam semesta dari lautan dan peggunungan. Jadi, manusia Indonesia tidak lagi hanya memikirkan makanan dan tempat tinggal, tetapi juga mampu berpikir kreatif, menciptakan kesenian-kesenian dan melahirkan budaya-budaya yang akhirnya banyak menyebar ke seluruh plosok di dunia.
Saat saya berjalan di jalanan gersang di bawah terik sengatan matahari 40 derajat, dari museum menuju theater tempat pertunjukan di negara Bahrain Timur Tengah, saya merasakan bahwa Indonesialah negara terkaya. Saya berbincang bersama Gene Peterson (director circus performer), negara Indonesia yang sangat mungkin peradabannya sangat kaya mampu melahirkan budaya dan seni banyak sekali bahkan di atas ribuan tahun lalu. Bagaimana tidak semua tergambar dari letak geografisnya yang sangat mendukung.
Matahari Indonesia teratur 12 jam tanpa berganti-ganti cuaca. Kekayaan alam lautan dan gunung yang menyediakan limpahan kebutuhan manusia. Di area seperti itu sangat mungkin peradaban berkesenian bermunculan terus-menerus. Manusia kreatif bermunculan, melahirkan seni dan budaya baru tanpa harus memikirkan tempat tinggal dan makanan atau takut akan cuaca yang berganti musim.
Jika teori bahwa dari tanah Nusantara yang mampu memengaruhi dan mengubah peradaban dunia, lalu menginspirasi cara kehidupan manusai hingga saat ini. Fenomena itu pasti mampu terulang untuk 50--100 tahun ke depan. Hanya yang diperlukan adalah kehadiran sosok yang tepat dan waktu yang tepat untuk perlahan mengubah ke arah yang lebih baik dan pada akhirnya society menerima dan mampu melanjutkannya.
Ciomas Banten, Indonesia
Jumat, 15 Desember 2024
___________
Heru Anwari, Bmx Freestyler Indonesia. Berkeliling ke berbagai negara bersama sepeda.
Instagram: @heruanwari
heruanwaribmx.com
Kirim naskah ke
redaksingewiiyak@gmail.com