Puisi Muhammad Sholeh Arshatta
Fragmen Ngeri di Negeri Serba Futuristik
bung, biar kukidungkan lagi halo-halo bandung
pada manusia-manusia tanpa busana
di ujung gang jalan sana
mataku menyala hidu bau amis campur lendir-lendir khas yang nganga
dipajang sepanjang remang lampu taman
benar-benar telah jelma lautan pencuci mata
lengkap dengan hijab penyempurna ball room distopia di ranah ramah tamah hanya tempat singgah pelepas hajat sesaat
bung, lihatlah negeri ini dipeluk segala bala
tak perlu picing netra, dalam kedip mata
segala tersaji gala dinner
disantap sembarang orang
dengan lembar-lembar hasil lembur bondong-bondong insan sekuler
memuja-muji peri-peri penyandang multitalenta
seakan rayakan pesta dini hari tiap lini situasi
dipayungi oleh oknum penerima jatah sisa-sisa
buaya lampiaskan nafsu sesap
bung, di masa jaya futuristik ini
ribuan mata berburu partisipasi telanjang
campur adukkan ambisi politik
seiring pemuas hasrat buas semata
bung, aku masih belia
hanya pura sok-sok dewasa berkaca-kaca lantunkan doa-doa
berharap tuhan berikan sembuh pada bangkai-bangkai berseragam elegan
aku pun sembari melihat lamat-lamat dengan kacamata tanpa hasrat
walau pada akhirnya, aku tergiur juga, liurku mampir memamah biak membujuk bijak
merekonstruksi kekebalan iman di hati dengan konsolidasi palsu yang berujung kaku
—menjual laku aku sendiri
Pekanbaru, 31 Oktober 2024
Malam-Malam yang Kautakuti
: Ibu Menanti Buah Hati
di gelap bertabur rasi bintang hiasi hari
ada sekelebat bayang jelma hantu
debar-debarnya adalah detak
senantiasa gentayang di ronda matamu
berkecamuk bersama kecambah rindu
yang pelik akan dekap peluk
pelupuk bilik dadamu
yang degubkan nyala kota
juga nyanyah nyanyian pengamen jalanan
di ranjang lembur berteman nukilan dinding
bertema tiada waktu tidur di ranjang
ranum senyum pudar dipendar sejuta khawatir
kendaraan gelabah lalu lalang di labirin benakmu
seperti trotoar menanti hal pasti kelak
walau udangnya kian bertambah hari ke hari
dan saat-saat kendur dengkur
toddler menjaga ketiakmu
bergelayut diasuh sapih asi sapi
berharap belai tangan tak kaubagi
pada sesiapa asing lain baginya
walau di rahimmu kelak adalah teman
sepermainan preman-premanan
aku yang bertabur rancu
juga jauh dari jaga warna bibirmu
terbiasa mendapat cibir berbumbu sindir
hanya kebagian usap sisa air kata
dan teman pelepas baby blues-mu
siyaga dampingi titik-titik di bening
rintik kepingan renjana matamu
yang terbaring di sepanjang malamku
Pekanbaru, 18 November 2024
Memasang Dada Waspada
di kanal matamu
serupa prefiks pembentuk adverba
tumbuh kawah jaga penuh was-was
ketika epigraf november bukan igau semata
adalah manja genting paling septima
kutugal dari kantung imaji rekreasi
migrasi dari waspada ke keping hati-hati
mengultimatum kita menikahi siang–malam
jelma makelar yang tiada kelar
menjalar sepanjang ronda degup dada
lalu aforisme
berdialog pada titik temu dini hari
tentang rencana apa sebencana ngarai
badai-badai yang belum berdamai
belum dijamah berjamaah
hingga binar netra benar-benar siaga
berharap tiada terlewat di jam-jam lelap
yang melipir mengutip luka beralinea-alinea
Pekanbaru, 30 Oktober 2024
Memendam Dendam di Dada
di keping hatiku yang remuk separuh
badai tak kunjung temu damai
berkecamuk segerombol dendam
berdialog riuh sepanjang malam
syair-syair syirik
tembang-tembang munafik
terbang gerogoti bingkai kebaikan lalu
mencangkul gala makam sendiri
menyulut api di balik bilik kilat mataku
senoktah trombosit mendidih
berlaga lewati jalur metabolik
seolah gila bergejolak berontak
hendak hentikan alveolus di dadamu
dengan belati lidah mengutus lisan
hendak antar kelar segala kelakar
nanar hatimu yang nanah
di tepi nisan terakhir
tapi biarlah kupendam
diam—sampai padam
Pekanbaru, 15 Oktober 2024
Rentak Pengusir Aral Melintang
bila akar kancil
tiada mampu menjadi jamu
pengusir ruh-ruh penyihir kafir
belahlah lagi mayang pelepah pinang
lengkap perapian kemenyan dan bunga-bunga
yang diempukan kumantan kepada adam
barangkali mutakhir tolak bala
melepas nista segala aral
hilang jauh-jauh
sejauh tursina berada
Pekanbaru, 22 September 2024
______
Penulis
Muhamad Sholeh Arshatta, lahir 04 Desember 1995. Berdomisili di Pekanbaru-Riau. Sehari-hari bekerja di PT Nestle Indonesia sebagai Medical Nutrition sembari menjalani hobi menulis yang menjadikannya sebagai mentor di kelas puisi Asqa Imagination School sejak Agustus 2023 dan mentor di Symprerifora Publisher sejak Juli 2024. Peraih Anugerah COMPETER 2023 ini, tunak di COMPETER Indonesia sejak 2016. Alumni menulis puisi AIS 26 tersebut menjuarai berbagai event, Juara 1 kategori Kutipan dalam Festival Menulis Ellunar IX Desember 2023, Juara 1 Asqa Book Award XIX 2024 dan baru-baru ini naskah teaternya berhasil meraih juara 1 dalam Gelora Teater Riau 2024. Puisi-puisinya terbit di media online dan tergabung di dalam puluhan buku antologi bersama. Buku solonya berupa antologi puisi berjudul Kepingan Renjana Matamu terbit pada bulan Mei 2023, solo novel terbit berjudul Arok Tan Lika-liku Menjemput Surga terbit Mei 2024. Instagram: @muhammadsholeharshatta.