Friday, January 3, 2025

Puisi-Puisi Muhammad Sholeh Arshatta

Puisi Muhammad Sholeh Arshatta 



Fragmen Ngeri di Negeri Serba Futuristik


bung, biar kukidungkan lagi halo-halo bandung

pada manusia-manusia tanpa busana

di ujung gang jalan sana

mataku menyala hidu bau amis campur lendir-lendir khas yang nganga

dipajang sepanjang remang lampu taman

benar-benar telah jelma lautan pencuci mata 

lengkap dengan hijab penyempurna ball room distopia di ranah ramah tamah hanya tempat singgah pelepas hajat sesaat


bung, lihatlah negeri ini dipeluk segala bala

tak perlu picing netra, dalam kedip mata

segala tersaji gala dinner

disantap sembarang orang

dengan lembar-lembar hasil lembur bondong-bondong insan sekuler

memuja-muji peri-peri penyandang multitalenta 

seakan rayakan pesta dini hari tiap lini situasi

dipayungi oleh oknum penerima jatah sisa-sisa 

buaya lampiaskan nafsu sesap 


bung, di masa jaya futuristik ini 

ribuan mata berburu partisipasi telanjang

campur adukkan ambisi politik

seiring pemuas hasrat buas semata


bung, aku masih belia

hanya pura sok-sok dewasa berkaca-kaca lantunkan doa-doa 

berharap tuhan berikan sembuh pada bangkai-bangkai berseragam elegan

aku pun sembari melihat lamat-lamat dengan kacamata tanpa hasrat

walau pada akhirnya, aku tergiur juga, liurku mampir memamah biak membujuk bijak

merekonstruksi kekebalan iman di hati dengan konsolidasi palsu yang berujung kaku 

—menjual laku aku sendiri


Pekanbaru, 31 Oktober 2024



 

Malam-Malam yang Kautakuti

: Ibu Menanti Buah Hati 


di gelap bertabur rasi bintang hiasi hari

ada sekelebat bayang jelma hantu

debar-debarnya adalah detak 

senantiasa gentayang di ronda matamu

berkecamuk bersama kecambah rindu

yang pelik akan dekap peluk

pelupuk bilik dadamu

yang degubkan nyala kota 

juga nyanyah nyanyian pengamen jalanan 


di ranjang lembur berteman nukilan dinding

bertema tiada waktu tidur di ranjang

ranum senyum pudar dipendar sejuta khawatir 

kendaraan gelabah lalu lalang di labirin benakmu

seperti trotoar menanti hal pasti kelak

walau udangnya kian bertambah hari ke hari


dan saat-saat kendur dengkur 

toddler menjaga ketiakmu

bergelayut diasuh sapih asi sapi

berharap belai tangan tak kaubagi

pada sesiapa asing lain baginya

walau di rahimmu kelak adalah teman

sepermainan preman-premanan


aku yang bertabur rancu

juga jauh dari jaga warna bibirmu 

terbiasa mendapat cibir berbumbu sindir

hanya kebagian usap sisa air kata

dan teman pelepas baby blues-mu

siyaga dampingi titik-titik di bening

rintik kepingan renjana matamu 

yang terbaring di sepanjang malamku


Pekanbaru, 18 November 2024


 

Memasang Dada Waspada


di kanal matamu 

serupa prefiks pembentuk adverba

tumbuh kawah jaga penuh was-was

ketika epigraf november bukan igau semata

adalah manja genting paling septima

kutugal dari kantung imaji rekreasi 

migrasi dari waspada ke keping hati-hati 

mengultimatum kita menikahi siang–malam

jelma makelar yang tiada kelar

menjalar sepanjang ronda degup dada


lalu aforisme 

berdialog pada titik temu dini hari

tentang rencana apa sebencana ngarai

badai-badai yang belum berdamai

belum dijamah berjamaah

hingga binar netra benar-benar siaga 

berharap tiada terlewat di jam-jam lelap

yang melipir mengutip luka beralinea-alinea


Pekanbaru, 30 Oktober 2024

 


Memendam Dendam di Dada 


di keping hatiku yang remuk separuh

badai tak kunjung temu damai

berkecamuk segerombol dendam

berdialog riuh sepanjang malam 


syair-syair syirik

tembang-tembang munafik

terbang gerogoti bingkai kebaikan lalu

mencangkul gala makam sendiri

menyulut api di balik bilik kilat mataku


senoktah trombosit mendidih 

berlaga lewati jalur metabolik

seolah gila bergejolak berontak

hendak hentikan alveolus di dadamu

dengan belati lidah mengutus lisan

hendak antar kelar segala kelakar 

nanar hatimu yang nanah 

di tepi nisan terakhir 


tapi biarlah kupendam

diam—sampai padam


Pekanbaru, 15 Oktober 2024


 

Rentak Pengusir Aral Melintang 


bila akar kancil 

tiada mampu menjadi jamu

pengusir ruh-ruh penyihir kafir

belahlah lagi mayang pelepah pinang

lengkap perapian kemenyan dan bunga-bunga

yang diempukan kumantan kepada adam

barangkali mutakhir tolak bala 

melepas nista segala aral

hilang jauh-jauh 

sejauh tursina berada


Pekanbaru, 22 September 2024


______

Penulis


Muhamad Sholeh Arshatta, lahir 04 Desember 1995. Berdomisili di Pekanbaru-Riau. Sehari-hari bekerja di PT Nestle Indonesia sebagai Medical Nutrition sembari menjalani hobi menulis yang menjadikannya sebagai mentor di kelas puisi Asqa Imagination School sejak Agustus 2023 dan mentor di Symprerifora Publisher sejak Juli 2024. Peraih Anugerah COMPETER 2023 ini, tunak di COMPETER Indonesia sejak 2016.  Alumni menulis puisi AIS 26 tersebut menjuarai berbagai event,  Juara 1 kategori Kutipan dalam Festival Menulis Ellunar IX Desember 2023, Juara 1 Asqa Book Award XIX 2024 dan baru-baru ini naskah teaternya berhasil meraih juara 1 dalam Gelora Teater Riau 2024. Puisi-puisinya terbit di media online dan tergabung di dalam puluhan buku antologi bersama. Buku solonya berupa antologi puisi berjudul Kepingan Renjana Matamu terbit pada bulan Mei 2023, solo novel terbit berjudul Arok Tan Lika-liku Menjemput Surga terbit Mei 2024. Instagram: @muhammadsholeharshatta.



Kirim naskah ke
redaksingewiyak@gmail.com


This Is The Newest Post