Taukah kamu, apa hal yang paling menyakitkan di dunia ini? Selain melihat seekor kucing diangkat menjadi PNS di salah satu kantor perpajakan negeri ini. Itulah yang dialami Baim.
Sebelum diangkat menjadi PNS, kucing itu hanyalah seekor kucing liar yang sering ditemui di pasar ikan. Setiap hari, ia tampak di sana, mengais-ngais makanan di antara tumpukan sampah. Jika tak menemukan sisa makanan, ia tak segan-segan mencuri ikan milik para pedagang.
Caranya sederhana, yakni memanfaatkan kelengahan penjual. Saat penjual sibuk melayani kerumunan pembeli, di situlah ia menyelinap diam-diam. Kadang hanya jantung ikan cakalang yang berhasil ia dapatkan. Pernah juga, dalam aksinya yang nekat, ia berhasil membawa kabur seekor ikan tongkol sebesar kepalan tangan.
Namun, apa yang dilakukan kucing itu tak selalu berjalan mulus. Ia pernah tertangkap basah, dipukuli dengan pentungan, bahkan dilempari batu. Bagi kucing itu, semua risiko tersebut adalah harga yang harus ditanggungnya.
Suatu hari, saat kembali beraksi, untuk kesekian kalinya ia tertangkap. Beruntung, ketika pentungan hampir mendarat di tubuhnya, seorang perempuan paruh baya datang melerai. Mungkin karena wajahnya yang melas, seolah memohon belas kasihan.
“Berhenti! Jangan menyiksa binatang. Coba kalau Bapak diperlakukan seperti itu, pasti tidak mau,” ujar perempuan itu tegas.
Perempuan itu segera menolongnya, memasukkannya ke dalam mobil, lalu membawanya pergi ke kantor tempat ia bekerja. Ternyata, perempuan tersebut adalah seorang bos di salah satu kantor pajak.
****
Tiga bulan setelah peristiwa itu, Kucing yang dulu hanyalah sosok kecil dan ringkih di sudut jalan, kini menjelma menjadi makhluk yang sehat dan bahagia. Bulu-bulunya yang kusam dan rontok perlahan berubah menjadi halus dan berkilau, memantulkan sinar matahari setiap kali ia berjalan melintasi halaman rumah barunya.
Setiap pagi, ia terbangun di atas bantal empuk, bukan lagi di tumpukan kardus bekas atau trotoar dingin. Semangkuk makanan lezat selalu menantinya di dapur, tak lagi perlu mencakar-cakar tempat sampah untuk sekadar mengganjal perut. Sesekali, ia melompat riang mengejar sinar matahari yang menembus jendela, mengisi rumah itu dengan keceriaan yang tak terduga.
Perhatian dari manusia barunya terasa bagaikan mimpi. Setiap minggu, ia diajak pergi bukan untuk mencari makan, tetapi untuk menemui dokter hewan yang ramah. Vaksin dan perawatan yang ia terima memastikan kesehatannya terjaga, dan setiap sentuhan tangan lembut yang membersihkan tubuhnya seakan menghapus semua jejak masa lalunya yang kelam.
Kini, setiap malam, kucing itu melingkar di pangkuan sang penyelamat, mendengkur lembut. Dalam hatinya, mungkin ia tidak sepenuhnya mengerti apa yang telah berubah. Namun, ia tahu bahwa rasa hangat dan nyaman ini adalah sesuatu yang pantas ia terima—akhir bahagia bagi jiwa kecil yang pernah terabaikan.
Kehadirannya di kantor itu rupanya membawa kebahagiaan bagi para karyawan. Suasana yang tadinya kaku perlahan-lahan mulai mencair. Orang-orang terlihat lebih ceria dan mudah tersenyum. Kucing itu seolah menjadi juru selamat yang sengaja dikirimkan Tuhan untuk mereka.
Terlebih lagi, kucing itu dikenal pandai mengambil hati para karyawan. Setiap kali ada karyawan yang datang, ia segera menghampiri dan menggosokkan tubuhnya ke kaki mereka.
“Coba, hati siapa yang tidak luluh didatangi kucing semanis ini? Saya sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah mengirimkannya ke tempat ini,” ungkap seorang karyawan.
Sebagai bukti cinta para penghuni kantor terhadapnya, kucing berbulu hitam dan putih itu pun diberi kartu tanda pengenal dan diangkat sebagai salah satu karyawan tetap. Tugasnya sederhana namun penting: menyebarkan kebahagiaan kepada setiap karyawan di kantor pajak.
Ia diperkenalkan di akun resmi media sosial kantor perpajakan dengan nama Soleh, si pegawai baru kantor pajak.
Sejak kejadian tersebut, nama Soleh mendadak menjadi buah bibir di dunia maya. Video dan foto-fotonya bertebaran di berbagai platform media sosial, menarik perhatian dan mengundang beragam reaksi dari warganet.
Komentar demi komentar pun bermunculan, mulai dari pujian hingga candaan. Di antara ribuan respons tersebut, sebuah unggahan mencuri perhatian:
“Hanya ada dua hewan yang beruntung di dunia ini: anjing Pak Kor dan Soleh, si pegawai kantor pajak,” tulis seorang warganet dengan nada jenaka.
Pernyataan itu seketika viral, dibagikan ulang ratusan kali, bahkan diangkat menjadi meme lucu yang menghiasi linimasa. Soleh, yang awalnya hanya seekor kucing liar kini menjadi sosok fenomenal. Di balik semua itu, tak bisa dipungkiri, ada rasa bangga sekaligus kikuk yang dirasakannya.
Setiap kali melangkah keluar rumah atau memasuki kantor, tatapan penuh rasa penasaran menghampirinya. Soleh hanya bisa tersenyum canggung, tak menyangka hidupnya akan berubah sedrastis ini hanya karena sepotong kisah yang beredar di dunia maya.
Soleh bak superstar yang namanya selalu disebut di jagat maya. Hampir semua media massa di negeri ini memberitakannya. Bahkan, salah satu media menulis empat kiat sukses ala Soleh: bersih dan rapi, pandai membawa diri, serta rendah hati.
****
Inilah yang membuat Baim sakit hati. Bagaimana mungkin seekor kucing mendapatkan keberuntungan yang belum tentu dirasakan manusia? Diperlakukan bak raja, dimandikan setiap hari, diberi makanan lezat, bahkan tidur di sofa empuk.
Berbanding terbalik dengan nasibnya, Baim tinggal di bawah kolong jembatan, di tempat yang kumuh dan penuh sesak. Setiap hari, sebelum matahari terbit, ia harus mendorong gerobaknya menuju tempat pembuangan sampah, yang berjarak 10 kilometer dari kediamannya.
Kurang lebih 30 tahun sudah Baim mendedikasikan hidupnya untuk menekuni profesi sebagai pemulung, dengan harapan suatu hari nanti ia akan sukses. Namun, apalah daya, harapan tinggal harapan, alam belum simpatik padanya. Hingga detik ini, hidupnya masih begitu-begitu saja.
Kadang, dia membandingkan nasibnya yang sial itu dengan Soleh, “Enak betul hidup kucing itu. Mimpi apa dia, hingga nasibnya seberuntung itu? Kalau seperti itu, saya mau bertukar nasib dengannya walaupun hanya sedetik.”
Istrinya tertawa cekikan mendengar perkataan Baim, “Mana mungkin to mas, nasib manusia di tukar dengan kucig. Biar bagaimanapun manusia jauh lebih istimewa dari binatang. Ah, kang mas kadang-kadang juga.”
Baim, beruntung memiliki istri yang tabah. Selama bertahun-tahun hidup dengannya, istrinya tidak pernah mengeluh sedikit pun.
“Kamu tau dek? Kadang aku berpikir, jika Tuhan salah meniupkan nasib baik pada kucing itu. Seharusnya bukan kucing itu yang memiliki nasib baik, tapi kita.”
“Mana mungkin Tuhan salah.”
“Coba pikir, secara matematis, kita jauh lebih layak dibanding kucing itu, mau diukur dari sudut mana pun. Pertama, sebagai makhluk, kita lebih sempurna dibanding kucing. Kedua, kita lebih menderita, jauh sebelum kucing itu lahir.”
Istrinya hanya tersenyum, membiarkan Baim ngomong sendiri.
Ada kegetiran yang perlahan-lahan merayap melukai perasaannya, bilah membayangkan nasib baik kucing itu. Untungnya, ada istrinya yang pandai menghibur perasaannya.
“Percayalah mas, akan janji Tuhan yang sering di sampaikan para begawan di tempat-tempat suci itu: di mana ada kesulitan, di situ pulalah terselib kebahagiaan. Barangkali bukan saat ini, siapa tau besok atau lusa nasib kita beruba.”
Dalam kondisi seperti itu, kadangkala harapan jauh lebih membahagiakan dari pada kenyataan. Bagi orang yang bernasib sama seperti Baim, kebahagiaan hanya mungkin didapatkan dalam hayalan.