Saturday, March 8, 2025

Cerpen Lomba | Sakti Maulana Al Bantani | Laut dan Seorang Nelayan

Cerpen Sakti Maulana Al Bantani



 

(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)


Seluruh warga berbondong bondong berkumpul ke pesisir pantai mendekati sumber suara.”Kita harus menghentikan seluruh aktivitas yang merugikan masyarakat kita! sudah setengah tahun pagar ini mengganggu mata pencaharian kita!penghasilan kita semakin merosot,karena ulah oknum yang hanya mementingkan perutnya sendiri,pemerintah hanya berdiam saja ketika kita melapor,kita singkirkan saja dengan kekuatan kita sendiri! seru kepala desa dari kejauhan dengan menggunakan toa butut nya.”SETUJU”!”SETUJU!”
       
Sorak Sorak warga saling berteriak semangat.
   
Pak Budiman yang mendengarkan itu dari teras rumah nya langsung bergegas berkumpul mendekati sumber suara,ingin ikut serta dengan para nelayan yang ingin mencabut pagar laut tersebut.Namun langkahnya terhenti ketika ia ingin berlari menghampiri para rombongan yang satu nasib dengan dirinya suara anak yang baru berusia genap 4 tahun memanggil nama nya,”Bapak"bapak.”Panggil anak kecil tersebut.Aku lapar,apak mau makan.tenggorokan budiman langsung tercekat,seakan ada sesuatu yang mengganjal kerongkongannya ia tidak bisa berkata kata lagi,hatinya seperti tertusuk seratus pisau mendengar suara anak kecil yang sangat ia sayangi kelaparan, ia bingung bagaimana cara menjelaskannya,Memang sejak adanya pagar Laut yang membentang sepanjang 30 kilometer lebih itu budiman kesusahan mencari nafkah,tidak hanya dia namun seluruh warga pesisir pantai kondisinya kurang lebih sama dengan nasib budiman.Gubrak.Suara panci jatuh di dalam rumahnya mendistraksi dirinya yang sedang mematung menatap anaknya,ia langsung bergegas ke dalam untuk memeriksa keadaan di dalam.sontak ia terkejut karena melihat Istrinya tergeletak di atas lantai semennya,lemas tak berdaya.Pingsan.ia langsung menopang istrinya ke kasur berbahan busa.membaringkannya,lantas memeriksa keadaan suhu tubuhnya.Suhu tubuhnya sangat panas,lantas ia bergegas mengambil handuk yang sudah dibasahi lalu menempelkannya ke kening istrinya.Wajar saja jika istrinya sakit mereka belum makan selama 2 hari penuh, karena tidak bisa melaut mencari ikan,ia merasa bersalah karena tidak bisa menjadi kepala keluarga yang baik.Ia berpikir dengan cepat memutar otak mencari solusi yang bisa ia berikan kepada keluarganya.Ia memeras kembali kain yang sudah kering terserap oleh panas kening istrinya,tangannya cekatan memeras kain yang sudah dibasahi tersebut.Ia melihat anaknya sedang duduk di kursi rotan mengayunkan kedua kakinya sambil memegang perutnya.Kelaparan.Budiman terpikirkan sesuatu.ia mendapatkan solusi.Lantas ia langsung berlari keluar rumah ke arah kerumunan untuk melakukan sesuatu.

“BAPAK BAPAK SEKALIAN SUSAH SEKALI JIKA KITA MENCABUT SATU PERSATU PAGAR NYA,LEBIH BAIK JIKA KITA MELAKUKAN AKSI PROTES SAJA LANGSUNG KE GEDUNG PRESIDEN ,BUKANKAH DIA BERJANJI AKAN MEMBANTU RAKYAT KECIL SEPERTI KITA!”Serunya dengan suara yang lantang dan sedikit bergetar.warga sedang berbisik bisik satu sama lain setelah suara itu selesai.
   
”Bagaimana kita bisa ke istana presiden,kita saja tidak didengarkan oleh pemerintah setempat apalagi oleh presiden, yang ada kita malah diusir oleh aparat keamanan.”Timpal salah satu warga.

“SETUJU.”Teriak warga dengan kompak.
    
Kepala desa melerai perdebatan tersebut,baiklah bagaimana jika kita mencoba terlebih dahulu untuk mencabut dengan kekuatan kita.Jika tidak bisa, kita gunakan rencana Budi .Para warga saling berbisik lagi.”SETUJU.”Teriak warga dengan kompak.Budiman pun mengangguk setuju.Memang sosok Zaman sebagai kepala desa sangat dibutuhkan,dia selalu memihak orang orang lemah dan tidak berdaya.

Lantas ia langsung bergegas kembali ke rumah melihat kondisi istri dan anak nya.Nafasnya terdengar tidak beraturan.Ia mencoba menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.Sesampainya ia di rumah,kondisi istrinya tidak kunjung membaik.Panas istrinya sudah menjalar keseluruh penjuru tubuh nya.Kain saja tidak cukup untuk menurunkan suhu badannya.Ia harus mencari obat dan makanan .Ia memutar otaknya kembali,bagaimana ia bisa mendapatkan obat dan makananan di waktu seperti ini.
   
Siapa yang bisa membantuku dalam kondisi seperti ini.Gumam budi.

Ia terpikirkan satu nama.Pak Zaman.Lantas ia langsung bergegas keluar rumah reot nya yang sudah digerogoti rayap.Ia berlari dengan sepenuh tenaga nya, kakinya tanpa sadar menginjak duri sepanjang 6 cm,duri itu menusuk telapak kaki nya.

“ARGHH”Budi menggeram kesakitan.Tanpa pikir panjang ia mencabutnya,dan kembali berlari.Setelah 30 menit berlari dengan jarak tempuh sejauh 4 kilometer.ia sampai di kediaman kades tersebut.Lantas ia mengetuk ngetuk pintu nya dengan nafas yang tidak beraturan.Lelaki jangkung itu membukannya.
  
“Ada perihal apa,budi?’tanya kepala desa dengan suara beratnya.Zaman yang masih ngos ngosan mengatur dahulu nafasnya.

“Pak tolong saya pak,saya ingin meminta uang untuk membeli obat,untuk anak dan istri saya.” Budi memohon.

“Maafkan saya Bud,saya pun sejatinya sedang dilanda kesusahan,saya tidak bisa membantumu.Budi terdiam,ia tidak tahu lagi harus bagaimana.Ia kembali dengan tangan kosong.Harapan satu satunya pupus.Hari sudah mulai petang,Budi putus asa.ia membuka pintu reotnya,malam ini mereka hanya minum air saja.tidak ada makanan hanya air.Istrinya tersadar,Budi langsung menghampiri,sakitnya semakin menjadi jadi. “Mas maafkan kesalahan kesalahan Julaiha,maaf jika Julaiha pernah tidak mendengarkan perkataan mas,sepertinya waktu Julaiha tidak lama lagi. Budi mendengarkan dengan takzim.

“Tidak,mas akan carikan obat untukmu,tunggu sebentar,bertahanlah sebentar.”Budi langsung beranjak dari sisi istrinya,namun istrinya menahan tangannya.Ia menggeleng.” Jagalah putri kecil kita,maafkan diriku….Julaiha pamit mas……” sang istri menghembuskan nafas terakhirnya.
    
Keesokan harinya julaiha di kebumikan di tempat pemakaman umum.Hati Budi sakit,sangat sakit apalagi ketika ia melihat putri kecilnya merengek memanggil Ibu.Mereka berdua pulang dengan perasaan yang sangat menyayat hati.Malam harinya budiman nekat membongkar pagar laut tersebut,ia sudah muak dengan semuanya.Kesedihan,ketakutan,kemarahan, bercampur aduk di dalam dirinya.Ketika ia ingin ke pesisir pantai,ia melihat kepala desa berjalan ke suatu tempat.Budi penasaran dengan apa yang dilakukan kepala desa di malam hari seperti ini.Tanpa berpikir panjang ia mengikuti kemana arah kades tersebut berjalan.Kepala desa menemui seseorang.Ia mendengarkan sekilas percakapan tersebut,percakapan itu berisi tentang penggusuran warga pesisir,ternyata usut punya usut wilayah itu ingin dijadikan sebuah pulau dan ingin dijadikan ladang bisnis mereka.Kepala desa menerima sebuah koper yang berisikan uang.tidak lain tidak bukan uang itu adalah uang suap.Budi yang melihat kejadian tersebut langsung memberitahukan  kepada para warga,namun warga tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Budi.
  
Keesokan paginya kepala desa memberitahukan kepada para warga bahwasannya rencana kemarin tidak akan bisa dicoba dikarenakan kepala desa mendapatkan kecaman dari para oknum yang memilikinya.Ujar kepala desa tersebut.Ia berbohong.

Budi yang mengetahui hal itu langsung memberontak.Ia mengambil bensin dan memasukkannya ke dalam perahu menyalakan mesin,ia menabrakan paruhnya ke pagar laut tersebut,namun hal itu tidak berdampak apa apa.SIA-SIA.

para warga sudah berputus asa mereka sudah tidak ada harapan lagi.beberapa warga sudah ada yang pindah pemukiman,entahlah kemana mereka pergi.Budi tidak akan pindah ia akan tetap tinggal disini.
 
Beberapa hari kemudian desa mereka sudah sepi,banyak yang sudah meninggalkan desa tersebut.Esok hari merupakan acara pembukaan proyek besar mereka.

Budi tetap kekeh dengan pendiriannya bahwa ia akan tetap disini.Alat berat sudah ada menghancurkan satu satu rumah para warga sekitar,beberapa saat lagi rumah Budi yang akan menjadi target selanjutnya,Budi tidak tinggal diam dia mengambil batu dan melemparkannya ke kaca alat berat tersebut.Namun itu semua sia sia,rumah nya tetap hancur,yang tersisa hanya puing puing bangunan saja.
    
Malam hari budi mengemas barang barang nya,untuk berpindah entahlah kemana,ia tidak tahu harus kemana,ia melihat putri kecilnya yang lemas tak berdaya,ia sangat tidak tega dengan keadaan putrinya.

“Maafkan bapak,Bapak tidak bisa,membuatmu aman .”Ucapnya dengan suara yang gemetar sambil menyeka air matanya.”

Barang barang sudah dikemas,mereka sudah siap untuk pergi,kemanapun.

Budi melaksanakan sholat subuh.Dalam sujudnya ia meminta kepada allah agar memberikan balasan yang setimpal kepada para mereka yang menggunakan kekuasan mereka dengan semena mena.Setelah sholat ia pun menengadahkan kedua tangannya seraya berkata,ya allah,izinkanlah laut untuk menenggelamkan mereka para yang zalim,ya allah izinkanlah laut menenggelamkan mereka yang hanya mementingkan perutnya sendiri,izinkanlah laut, ya Rabb.Seketika arsy bergetar hebat mendengar seruan tersebut mendengar rintihan suara yang sudah sangat dizalimi itu,sepertinya alam mengaminkan doa nya.
   
Pagi yang sungguh cerah sepertinya para investor sudah datang,acara dibuka dengan sambutan yang dibuka oleh kepala desa,Pak Zaman.Semua bertepuk tangan setelah kepala desa tersebut menutup sambutannya,acara berlangsung dengan meriah tanpa kendala.Namun tanpa mereka sadari,nun jauh di laut sana ada pergerakan yang akan meluluhlantakkan rencana mereka semua.Longsor bawah laut,dengan begitu cepat,dan tanpa mereka sadari, ombak setinggi gedung 30 lantai siap melahap siapa saja yang ada didekatnya,Para tamu undangan tersapu bersih beserta pagar laut itu.