Cerpen Margareta Yustina
(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba) |
Desiran ombak menyapu pasir putih, seolah berbisik tentang rahasia yang tersembunyi di balik birunya laut. Pohon kelapa menjadi saksi betapa tenangnya ombak yang bersiul di tepi laut. Ombak tidak berjanji kalau dia akan selalu menjanjikan laut yang tenang. Laut selalu menjadi saksi bisu dan bahkan menjadi tempat orang-orang menghabiskan waktu. Laut selalu mempunyai cara tersendiri bagaimana ia harus memberikan ketenangan, kedamaian bagi siapa saja yang mengunjunginya. Bagiku, laut adalah obat apabila diri ini sedang mencari jalan keluar dari setiap masalah yang sedang dihadapi. Selain menjadi obat bagi pengunjung, laut juga sebagai tempat para nelayan menangkap ikan. Di sebuah pulau yang jauh dari kota, berdirilah sebuah desa Bernama desa Sambah. Desa sambah merupakan desa yang berpenduduk mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Desa ini indah, damai, asri, dan membuat setiap pengunjung ingin menetap lebih lama. Di desa tersebut, tinggalah salah satu keluarga yang mempunyai anak Tunggal Bernama Rian. Ya keluarga itu adalah keluarga pak Salim. Pak Salim adalah seorang nelayan yang gagah perkasa, pemberani, dan suka berpetualang ke tengah laut untuk mencari ikan. Pak Salim tinggal bersama anak serta istrinya di pesisir pantai. Setiap hari pak Salim tidak pernah pulang dengan tangan yang kosong, hasil tangkapan pak Salim selalu banyak setiap harinya. Rian anak pak Salim setiap hari membantu sang ayah menjual hasil tangkapan mereka ke pasar. Semantara sang ibu sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk pak Salim, tidak jarang sang ibu juga membantu pekerjaan sang ayah yakni menjual hasil tangkapannya ke pasar. Kegiatan ini sudah dilakukan pak Salim dan keluarga sejak Rian masih kecil. Hampir setiap hari pak salim dan keluarga melakukan rutinitas yang sama yakni mencari ikan dan menjual hasil tangkapan mereka ke pasar. Suatu hari Rian di ajak sang ayah pergi untuk menangkap ikan ke Tengah laut. Sebelum berangkat ibu berpesan kepada Rian agar menjaga dirinya serta ayahnya. Perahu ayah dan Rian meluncur semakin jauh, di tengah laut, mereka mulai menyebar jarring ke tempat yang menurut mereka sering menjadi tempat berkumpulnya ikan-ikan besar. Mereka duduk merenung sambil menunggu dengan sabar. Ombak kecil menghantam samping perahu, suara riuh ombak seakan menjadi music yang menenangkan. Beberapa jam berlalu, dan tiba-tiba jaring mulai berat, Rian dan ayah segera menarik jarring dengan cepat. Sebuah tangkapan yang sangat melimpah, penuh dengan ikan-ikan segar yang berkilau dan bermacam-macam. Ayah dan Rian merasa senang karena tangkapan mereka sangat banyak. Setelah merasa cukup, mereka mulai mengerahkan perahunya kembali ke tepi pantai dengan hati-hati. Hati mereka sangat senang, dengan adanya ikan-ikan ini mereka akan mendapatkan uang yang banyak. Setibanya di tepi pantai sang ibu sudah menunggu mereka di tepi pantai untuk membantu ayah dan Rian membersihkan serta memilah ikan yang akan mereka jual ke pasar. Ibu, ayah, dan Rian segera meletakkan ikan-ikan sesuai dengan masing-masing ukuran ke tempatnya masing-masing. banyak keranjang yang sudah terisi penuh, lalu ayah berpamitan kepada ibu dan Rian untuk menjual hasil tangkapan mereka ke pasar. Pasar itu tidak jauh dari tepi pantai kira-kira kurang lebih 15 menit dari tepi pantai. Ayah menawarkan ikan hasil tangkapannya kepada orang yang lalu Lalang di pasar. Ikan segar, ikan segar, ikan segar… suara ayah menawarkan ikan. Ini ikan segar, baru di tangkap dari laut. ikan…ikan…ikan… masih segar, baru di tangkap dari laut. satu kilonya berapa, pak? Tiga puluh lima saja, bu! Saya mau dua kilo, pak. Silahkan dipilih, bu! Terima kasih, bu. ayah senang sekali karena ikan hasil tangkapanya bersama Rian ludes begitu cepat. Ayah segera pulang. Sesampainya di rumah, senyum di wajah ayah merekah bak kembang mekar sekali. Bagaimana penjualan ikan ayah hari ini? Tanya sang ibu! Alhamdulilah, bu! semua ikannya ludes dengan cepat! syukurlah. Ibu sudah masak untuk ayah dan Rian. Mari kita makan bersama. Mereka pun makan bersama hingga selesai. Bu, besok ayah pergi melaut lagi. Siapa tahu tanggapan besok lebih banyak dari hari ini. Iya yah, hati-hati. Setelah selesai makan ibu segera bergegas membereskan meja makan, semantara ayah dan Rian pergi ke kamar untuk beristirahat. Sore menjelang, ayah bergegas pergi ke tepi pantai untuk mempersiapkan perahu dan perlengkapan ayah untuk pergi ke tengah laut. angin bertiup, ayah segera menebarkan jalanya ke tengah laut dengan harapan banyak ikan yang masuk ke jalanya. Prediksi ayah tidak pernah salah, ikan yang masuk ke jalanya sangat banyak sehingga dia hampir sulit mengangkat ikannya ke atas perahu. Ayah membawa hasil tangkapnnya ke tepi pantai untuk dijual. Seperti biasa ibu dan Rian sudah menunggu kehadiran sang ayah di tepi pantai utuk membantu ayah memilah ikan-ikan yang akan dijual ke pasar. Usah memilah, ayah segera menjual ikannya ke pasar. Pak Sabin, kepala desa yang sudah beruban, berdiri tidak jauh dari tempat biasa pak Salim menjual ikan. Pak Sabin mengamati bagaimana cara pak Salim menjual, menawarkan, serta cara menarik pelanggan agar jualnya cepat habis. Setiap hari pak Salim melakukan rutinitasnya sebagai penjual ikan dan pak Sabin selalu mengamati kegiatan yang dilakukan oleh pak Salim. Suatu hari, pak Sabin tidak sengaja berpapasan dengan pak Salim. Hey pak Salim, saya lihat kamu berjualan ikan setiap hari, ya? Alhamdulilah, pak! Setiap hari tangkapan saya selalu banyak. Apa rahasia kamu, agar setiap hari menangkap ikan sangat banyak? Aduh pak Sabin ini ada-ada saja. saya hanya nelayan biasa, pak. Yang saya lakukan hanya menebar jala di laut. mana mungkin tidak ad acara atau trik dari pak Salim. Saya hanya berserah kepada Allah pak Sabin. Besok-besok berarti saya boleh ikut pak Salim pergi melaut? Tentu saja boleh pak Sabin, ya sudah pak, saya pulang duluan, ya. Kalau bapak ingin pergi melaut ikut dengan saya, temui saja saya sore ini di tepi pantai. Baik pak, terima kasih sudah mengizinkan saya ikut. Pak Sabin masih penasaran dengan pak Salim tentang bagaimana cara dia mendapatkan ikan dengan bbegitu banyak. Seperti yang ditawarkan oleh pak Salim kepada pak Sabin, pak Sabin menemui pak Salim ke tepi pantai untuk pergi bersama mencari ikan. Pak Salim, malam ini aku akan belajar darimu tentang cara menangkap ikan. Seperti biasa angin bertiup dengan riuh pak Sabin mengamati kegiatan apa saja yang dilakukan oleh pak Salim di tengah laut. sekarang kamu tebar jalanya ujar pak Salim. Pak Sabin pun melakukan apa yang diperintahan pak Salim kepadanya. Keheninganpun menyelimuti mereka, pak Salim dan pak Sabin merasakan sesuatu dari dalam laut. jala mereka terasa berat, keduanya segera mengangkat jalanya untuk naik ke atas perahu, tak disangka perahu mereka hampir penuh dengan ikan-ikan hasil tangkapan mereka. Melihat tangkapan mereka sangat banyak, pak Salim dan pak Sabin segera menepi ke tepi pantai. Sesampainya di tepi pantai, seperti biasa ibu dan Rian menunggu kedatangan sang ayah. Semantara itu, bu Darmi istri pak Sabin ikut menyaksikan suaminya membawa ikan dalam jumlah yang banyak. Pak Sabin dan bu Darmi adalah orang yang serakah. Bu Darmi berpikir kalau setiap hari seperti ini mereka biasa saja menjadi orang yang kaya raya. Begitu pula dengan pikiran pak Sabin. Ayo pak Sabin kita pilah ikannya agar nanti kita jual tetap dalam keadaan segar. Mereka memilah iakn lalu menjualnya ke pasar. Seperti biasa ikan mereka habis begitu cepat. Mereka membagi sama rata hasil tanggkapan mereka. Disisi pembicaraan, pak Sabin bertanya kepada pak Salim tentang agenda nanti sore. Pak Salim, nanti sore kita pergi melaut lagi kan? Tanya pak Sabin kepada pak Salim. Kemungkinan nanti sore saya tidak pergi melaut, pak Sabin! Rencananya saya pengen istirahat di rumah dulu karena tiga hari belakangan ini saya sudah bekerja terlalu berat. Owalah, begitu ya pak! Begini saja pak Salim, kalau bapak pergi melaut lagi, jangan lupa ajak saya lagi ya! Siap pak Sabin. Kalau begitu saya duluan nggeh pak. Pak Sabin berencana untuk pergi sendirian mencari ikan ke tengah laut, dengan pengalaman yang tidak banyak, dan dengan rasa serakah yang tinggi. Pak Sabin pergi ke rumah untuk bertemu dengan istrinya untuk meminta izin pergi melaut sendirian. Sebelum sore menjelang, pak Sabin sempat berlayar sendirian ke tengah laut untuk membuat pagar laut yang dia gunakan sebagai tanda bahwa tempat itu di huni banyak ikan karena melihat bekas pak Salim menebar jala seketika di isi ikan yang banyak. Dengan rasa yang tidak sabar, pak Sabin nekat pergi sendirian untuk mencari ikan. Tidak ada pertimbangan dan bahkan rasa takut yang terlintas di pikiran pak Sabin. Dia hanya memikirkan bagaimana cara mendapatkan ikan yang banyak agar dirinya bisa mendapatkan uang tanpa memikirkan keselamatan dirinya sendiri yang tidak punya pengalaman dalam melaut. Uang sudah menutup mata pak Sabin. Tanpa rasa takut pak Sabin sudah berada di tengah laut. malam itu angin bertiup kencang dari biasanya. Rumah-rumah yang ada di tepi laut tampak bergetar diterpa badai. Suara gemuruh ombak berpadu dengan kilatan petir. Pak Sabin sedikit cemas melihat pagar laut yang dia buat telah hancur di gulung oleh ombak. Semakin lama ombak semakin besar, pak Sabin masih terombang-ambing di tengah laut. semantara orang-orang yang tinggal di pesisir pantai pergi bergegas membereskan barang-barang mereka dan memilih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Suara kayu retak terdengar dari kejauhan. Pagar laut yang dibuat oleh pak Sabin pun perlahan mulai runtuh di hantam ombak ganas. Jeritan terdengar dari berbagai penjuru. Beberapa rumah yang ada di sisi pantai mulai roboh tersapu oleh ombak. Di sisi lain desa, pak Salim berusaha menenagkan Sebagian warga yang mengungsi di balai desa. Semuanya jangan panik! Kita harus tetap bersama. Jangan panik, serunya! Pagi menjelang, warga bergotong royong membersihkan desa yang yang tampak habis di serang musibah. Semantara itu bu Darmi sibuk mencari keberadaan suaminya kesana kemari. Bu Darmi bertanya kepada setiap orang yang di temuinya.