Saturday, March 1, 2025

Cerpen Lomba | Gagarine Roofianesa Lailika | Langit di Balik Jendela

Cerpen Gagarine Roofianesa Lailika




(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)


Jendela kamar yang telah usang, menjadi saksi tentang segala harapan yang masih terkukung di dalam nya. Segala doa yang bisa di langitkan sudah di usahakan, yang bisa ia andalkan saat ini adalah bagaimana takdir menentukan nasib nya. Menatap langit yang cerah di pagi dan sore hari dengan mata yang berbinar, sudah menjadi aktivitas sehari-harinya. Bahkan ketika hujan pun, kedua pasang mata itu masih senantiasa menatapnya. Di balik mata nya, terpancar secercah harapan yang besar untuk segala impiannya.


Di balik jendela yang usang dengan keindahan yang terbatas, tak membuat nya berkecil hati untuk melakukan segala usaha agar semua hal yang ia impikan segera terwujud. Perjalanan meraih mimpi memanglah tak mudah, tapi dalam hukum langit semua hal yang tidak bisa di dapat akan menjadi hal yang bisa di dapat. Semuanya, tergantung bagaimana kita memaknainya.


Raya Azura, seorang gadis kecil dengan sejuta mimpi yang terkurung di balik jendela yang usang. Usianya masih sangat muda, tapi sudah begitu banyak hal yang ia ikhlaskan demi membantu ekonomi keluarga nya. Raya adalah anak tunggal dari keluarga yang sederhana, mimpinya adalah menjadi penjelajah dunia. Raya ingin sekali melihat langit yang luas tanpa pembatas. Raya ingin melihat indahnya alam semesta dengan kedua mata nya secara langsung. Entah sudah berapa banyak usaha yang Raya lakukan demi mendapatkan izin juga mengumpulkan sedikit demi sedikit tabungan. Hanya saja, semua itu masih belum menunjukkan tanda-tanda yang baik.


Kedua orang tua Raya adalah tipikal yang sangat ketat. Bisa di maklumi karena Raya adalah anak semata wayang mereka. Segala kekhawatiran sering melanda orang tuanya ketika Raya tidak berada di rumah.


Itulah mengapa, menjadi salah satu alasan mimpinya untuk menjelajahi dunia masih belum mendapatkan restu kedua orang tuanya.


Raya jarang sekali berpergian jauh dengan teman-temannya karena sulit mendapatkan izin. Di tambah lagi ia harus membantu pekerjaan ibu nya yang teramat sibuk, kesempatan Raya untuk melihat langit yang luas tanpa batas sungguh lah sulit.


Tak jarang juga Raya menolak ajakan teman SMA nya untuk bermain atau sekedar berkumpul di suatu tempat. 24 jam Raya, sudah di habiskan di sudut ruangan yang penuh dengan kain dan mesin menjahit beserta satu jendela yang usang.

 

Raya sendiri hanyalah lulusan SMA dari sekolah biasa yang kini memutuskan untuk membantu ibu nya mengembangkan usaha menjahit. Tinggal di wilayah yang padat penduduk membuat Raya menjadi malas keluar rumah. Kebisingan dari sekitar bisa raya dengar walau hanya di balik jendela.


Raya sering sekali berpikir, mengapa menggapai mimpi itu cukup sulit? Mengapa semua usahanya masih belum memberikan hasil yang baik? Mengapa selalu ada saja hal yang menghalangi ketika semuanya hampir terwujud? Dan lainnya. Pikiran Raya sering sekali berkecamuk ke berbagai arah. Pendidikan kuliahnya, juga mimpi nya. Bagi Raya keduanya sangatlah penting. Raya ingin sekali melanjutkan pendidikannya, pergi ke universitas bergengsi di luar kota sembari mewujudkan mimpinya sebagai penjelajah dunia. Lagi dan lagi, harapan hanyalah harapan. Semua yang hilang dan tak terwujud hanya bisa di ikhlaskan.


Raya mencoba merelakan pendidikan kuliah nya yang tak bisa ia lakukan karena biaya yang tak mencukupi. Tabungan hasil kerja bersama ibunya pun sudah berkali-kali di pakai untuk membeli ini dan itu, juga berbagai kebutuhan lainnya. Meski bisnis sang ibu tak pernah sepi, akan tetapi permintaan konsumen selalu meninggi itulah yang membuat Raya turut menguras tabungannya demi kelancaran bisnis sang Ibu.


Raya hanya bisa mempasrahkan dirinya. Entah bagaimana nasib nya di kemudian hari, tentang ia dengan mimpinya yang masih belum terwujud.


Lalu, bagaimana tentang Ayah Raya? Apakah beliau juga turut membantu? Tentu iya, Ayah Raya bekerja di luar kota di salah satu pemasok kain. Gaji nya terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga kebutuhan usaha Ibu. Semua seperti sudah di atur, uang yang terlihat sangat banyak ketika di bagi untuk kebutuhan ini dan itu menjadi sedikit.


Hingga tiba di suatu malam, Raya mendapati sang Ayah berada di rumah sedang bersama Ibu. Keduanya terlihat sangat berbicara serius sampai tak menyadari kehadiran Raya. Raya tak berniat menghampiri, hanya sekedar berlalu ke dapur untuk mengambil segelas air. Sampai akhirnya, ia di panggil untuk berdiskusi bersama.


Hal yang tak terduga terjadi, setelah berdiskusi dengan panjang, akhirnya Ayah dan Ibu Raya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan Raya di jenjang perkuliahan. Pada malam itu hati Raya sungguhlah senang ia sungguh tak menyangka hari ini akan tiba, ada banyak sekali puji syukur yang tak

 

henti ia ucapkan. Siapa yang sangka, ternyata selama ini kedua orangtua Raya sudah menyisihkan sedikit demi sedikit uang hasil kerja keras mereka demi sang anak untuk melanjutkan pendidikannya. Raya yang tak tahu akan hal ini rasanya cukup menyesal karna kerap kali di beberapa waktu Raya mengeluhkan tentang pendidikan juga impiannya yang berkali-kali tak mendapatkan titik terang. Lagi dan lagi pada saat itu Raya hanya mampu berusaha mengubur dalam-dalam segala hal yang tak terwujud demi ia bisa melanjutkan harinya dengan baik. Raya cukup terharu, tabungan yang sudah berkali-kali iya bongkar kini memberikan hasil. Raya dapat melanjutkan pendidikan kuliahnya. Impiannya menjadi penjelajah dunia akan segera terwujud. Impian Raya untuk melihat dunia yang lebih besar akan terwujud. Bayangan akan indahnya alam semesta sudah memenuhi rongga pikiran Raya, rasa semakin tak sabar juga sudah mulai menggerogoti.


Raya tak banyak menuntut, semua pilihan kampus di serahkan kepada orang tuanya, sisanya Raya yang di pilih untuk menentukan sendiri. Soal pekerjaan setelah lulus pun sudah ia dapatkan, ada seorang pemilik toko kain dari cabang lain yang berniat mempekerjakan Raya di bidang yang layak setelah ia lulus kuliah.


Setelah Raya mengikuti beberapa proses di kemudian hari, Raya akan menjadi seorang mahasiswa dengan segudang mimpi. Raya sudah bertekad untuk serius dalam kuliahnya, serius untuk segala mimpinya.


Satu hal sederhana yang dapat Raya percayai adalah tentang usaha, doa, sabar dan yakin. Penantian Raya selama satu tahun akhirnya terbayarkan. Raya bisa kembali berkuliah dan mewujudkan mimpinya sebagai penjelajah dunia dengan perlahan. Raya yakin, semua hal yang sudah ia langitkan akan mendapatkan hasil yang terbaik dan ini terbukti.


Satu tahun Raya berada di balik jendela yang usang dengan segudang cita juga harapan, akhirnya mendapatkan hasil yang sesuai harapan. Hasil yang sudah ia harapkan sejak lama. Setelahnya, Raya hanya perlu membangun kepercayaan orang tuanya saja. Raya sudah besar, Raya sudah yakin bahwa ia bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik. Ia akan melakukan segala usaha ini perlahan agar orang tuanya segera memberikan restu untuk Raya menjelajah dunia.


Semua hal yang kita inginkan memang tak semudah itu untuk terwujud kan? Pasti akan ada banyak rintangan yang berkali-kali membuat segalanya berantakan. Raya merasakan semua itu. Dan hebatnya, Raya berhasil melewatinya. Mungkin inilah takdir dari nasib hidupnya.


Tentang mimpinya, yang akan menjadi kenyataan dengan perlahan. Dengan restu waktu juga takdir. Tentang segala usaha kerasa yang sudah ia lakukan. Semuanya akan segera di mulai, Raya akan mewujudkan semua yang ia yang inginkan.


Semoga, semua hal baik selalu datang pada Raya. Semoga takdir baik berpihak padanya.


Raya, semangat!!! Cerita barumu tentang dunia yang luas dan indah akan terlukis rapih dalan perjalanan hidupmu.