Di sebuah kota yang baru di bangun
dari tumpukan pasir yang di tumpuk di dalam air, yang konon katanya kota itu
dibuat oleh seorang manusia, yang merupakan salah satu dari anggota perkumpulan
9 naga yang menguasai ekonomi negara.terdapat desa terpencil terletak di
pesisir, jauh dari keramaian, dan di sana mengalir air dengan tenang, namun ada
satu rahasia yang disimpan secara misterius, di tengah ketenangan pada saat di
mana orang-orang sedang mengisi ulang tenaganya, terdapat sekelompok
orang-orang yang membuat pagar laut, tapi bukan pagar biasa, dan itu pun pagar
ilegal yang mereka buat.
Pagar itu terbuat dari beton kokoh
yang dibangun tanpa izin, menjulang tinggi di tepi pantai, membelah laut
menjadi dua bagian. Tujuan mereka sederhana,melindungi properti dan tanah
mereka dari abrasi yang semakin parah .Para pembuat pagar laut itu, dengan uang
dan kekuasaan yang dimiliki, tidak peduli tentang dampak yang akan ditimbulkan.
Mereka membayar orang-orang untuk bekerja di bawah bayang-bayang, menyusun batu
besar dan tumpukan beton tanpa ada yang tahu. Dan tentunya karena letak
geografis mereka di tepi laut maka rata rata dari mereka berprofesi nelayan
jadi pastinya mereka sangat terganggu setelah di bangunnya pagar laut yang
tidak tahu dari mana itu berasal.
Di desa itu lahirlah seorang anak
yang senang berpetualang bersama Teman temannya, dan karena rumah mereka pun di
dekat laut jadi mereka sering menjelajahi laut tersebut, dari kecil anak ini
sudah mahir dalam berenang di laut, anak itu bernama Faris. Anak itu pun saat
beranjak 15 tahun anak itu mulai terganggu dan merasa ada yang tidak beres
dengan pagar laut tersebut, setiap sore ia termenung dan menatap pagar laut
itu,namun sepi. Ikan-ikan yang dulu sering ia lihat bermain di permukaan kini
tidak tampak lagi. Faris pun merasa sedih, karena ia tahu, jika laut tidak kaya
akan ikan, maka nelayan akan kesulitan. Dan, jika nelayan kesulitan, kehidupan
desa mereka akan semakin sulit.
Saat Faris termenung di tepi laut,
ia melihat lelaki tua mendekat, lelaki itu adalah Pak Sirot, ia adalah kakek
tua yang dikenal dengan kebijakan dan kedermawannya, orang tua itu sering
menceritakan tentang masa lalu desa ini yang sangat melimpah dan sejahtera,Faris
pun mendekati Pak Sirot untuk mencari jawaban atas kegelisahannya tersebut.
“Pak Sirot, mengapa laut kita
sekarang sepi?” dengan suara yang agak kecil
Pak Sirot pun mulai merasa sedih dan
menunjuk pagar laut itu sambil berkata. “Mungkin itulah alasan mengapa laut
kita ini sekarang sepi tidak seperti dulu lagi, Faris. Pagar itu adalah simbol
orang serakah , ,orang yang peduli dengan uang tanpa memperdulikan kehidupan
orang seperti kita yang hidupnya ini bergantung dengan laut, orang yang datang
ke desa ini dan dengan diam diam membangun pagar laut yang menyusahkan warga
sekitar kita yang mata pencariannya adalah ikan”
Faris melihat laut itu dengan
bingung dan berkata. “lalu apa yang harus kita lakukan agar laut ini kembali
seperti dulu lagi,karena laut ini kan milik kita bukan milik mereka saja dengan
gampangnya mengganggu kegiatan laut kita ini, tentunya kita harus berbuat
sesuatu dan jangan malah diam saja”
Pak Sirot pun tersenyum bangga
dengan anak ini. “Kau benar, Faris. Laut ini milik kita. Tapi untuk
mengembalikannya,tidak semudah yang kamu kira karena banyak warga di desa ini
yang memilih diam dan takut untuk campur tangan dengan masalah ini, tapi aku pun
mulai kesal dan kita harus berjuang bersama. Pagar itu dibangun tanpa izin, dan
itu ilegal. Kita tidak bisa membiarkannya begitu saja.”
Faris mengangguk dengan semangat
yang berkobar di dadanya untuk mengembalikan laut seperti dulu lagi.”jadi
dengan itu apa yang harus kita lakukan agar laut kita kembali indah dengan ikan
ikan yang melimpah seperti dulu lagi?”
Pak Sirot menepuk pundaknya lembut.
"Tentu Kita harus memberitahukan ke orang-orang yang berwenang. Kita harus
mengajukan protes agar mereka tahu apa yang terjadi di sini. Dan, yang paling
penting, kita harus mengajak orang-orang desa untuk bersatu karena orang orang
yang memilih untuk diam itu pasti membutuhkan kita untuk berjuang bersama.Jika
kita bersatu, kita bisa melawan ketidakadilan ini.”
Faris bertekad. Walaupun ia masih
terlalu muda untuk terlibat dalam pertemuan resmi, ia bisa membantu dengan cara
lain. Ia mulai mengumpulkan teman-temannya di desa anak-anak seusianya
yang mengamati dengan mata yang jeli.
Mereka mulai mencatat ikan yang hilang, merekam gambar laut yang dulu ikan ikan
masih banyak berkeliaran di permukaan laut, dan mengumpulkan cerita dari
nelayan tua yang sudah lama melaut untuk dijadikan sebagai bukti kecil.
Faris tahu bahwa setiap langkah
kecil bisa membuat perubahan besar. Dalam pertemuan-pertemuan kecil yang
diadakan Pak Sirot dan beberapa orang tua di desa, Faris dan teman-temannya
menyampaikan informasi yang mereka kumpulkan. Mereka mengajukan protes dengan
cara yang tidak biasa, dengan mengirimkan surat kepada pejabat setempat dan
membuat papan-papan yang bertulisan sederhana, namun penuh semangat, dan
mengatakan, "Laut Kami, Hak Kami."
Mereka bahkan menyusun parade kecil
di sepanjang pantai, mengajak seluruh anak-anak desa untuk berjalan kaki
bersama sambil membawa spanduk kecil yang bertuliskan, "Pagar Laut ilegal
harus dibongkar." Meskipun sederhana, aksi ini menjadi simbol keberanian
anak-anak desa untuk memperjuangkan laut yang harus dikembalikan seperti semula
Faris merasa bangga, meskipun
terkadang ia merasa ragu, apakah suara mereka bisa didengar. Tapi, dia tidak
menyerah. Ia percaya bahwa setiap suara, sekecil apa pun, tetap bisa mengubah
keadaan.
Bulan-bulan berlalu, dan perjuangan
mereka mulai membuahkan hasil. Berita tentang pagar laut yang ilegal itu
akhirnya sampai ke telinga pejabat pemerintah. Pemerintah setempat melakukan
penyelidikan dan menemukan bahwa pagar tersebut dibangun tanpa izin yang sah,
dan dampaknya terhadap ekosistem laut sangat merugikan.
Akhirnya, keputusan besar pun
diumumkan. Pagar itu harus dibongkar, dan laut harus dibuka kembali untuk
nelayan. Seorang dari perkumpulan 9 naga yang berinisial Y, pengusaha yang
membangun pagar itu, dihadapkan pada tuntutan hukum karena telah merusak lingkungan
dan melanggar hak-hak nelayan. Walaupun Faris tidak tahu apa yang akan didapat
oleh pengusaha itu.
Dan peristiwa tersebut pun ternyata
pernah diberitakan di media akan tetapi apa yang dipaparkan itu bohong dan
pembangun pagar laut itu membayar beberapa nelayan agar menyampaikan berita
yang tidak ada benarnya dengan menyatakan bahwa.”yang membangun pagar laut itu
adalah nelayan”. Padahal itu sangat tidak mungkin, dan ternyata nelayan yang
dibayar itulah yang memilih diam dan tidak ikut campur atas hal ini
Faris dan teman-temannya merasa
sangat bahagia. Mereka tidak hanya mendapatkan kembali laut yang mereka cintai,
tetapi mereka juga belajar bahwa bahkan suara anak-anak pun bisa mengubah
dunia. Mereka mungkin tidak bisa mempengaruhi banyak hal, tetapi mereka tahu
satu hal yang pasti dengan bersatu , mereka bisa melawan ketidakadilan.
Sejak saat itu, desa mereka kembali
hidup, laut kembali melimpah dengan ikan, dan anak-anak kembali bermain di tepi
laut. Faris tahu bahwa ia tidak hanya memperjuangkan laut, tetapi juga masa
depan mereka yang lebih baik, di mana hak setiap orang dihormati.
Dengan hati yang penuh rasa syukur,
Faris menatap laut yang kini terbuka lebar di depannya. Ia tahu, laut akan
selalu menjadi rumah bagi mereka, dan mereka akan selalu menjaganya.