Cerpen Ade Irma
(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)
Desa Tanjung Harapan, sebuah permata tersembunyi di pesisir Selatan Jawa, dulu dikenal dengan keindahan pantainya yang memukau. Hamparan pasir putihnya bagaikan permadani yang membentang dibawah naungan pohon kelapa yang melambai-lambai. Ombak yang dating dan pergi bagaikan melodi alam yang menenangkan jiwa. Di sanalah, ditengah kehangatan dan kesederhanaan, seorang gadis yang bernama Senja yang tumbuh besar.
Senja, dengan kulit sawo matang yang dihiasi bintik-bintik matahari, mewarisi kecintaan mendalam pada laut dari kakeknya, seorang pelaut legendaris yang kisah-kisahnya selalu menghiasi malam-malamnya. Kakeknya, Pak Karim, mengajarkan Senja untuk membaca tanda-tanda alam, memahami Bahasa ombak, dan menghormati setiap makhluk hidup yang ada di laut.
Namun, keindahan Tanjung Harapan kini terancam. Ombak ganas yang dating sesekali, kini semakin sering mengamuk, mengikis garis Pantai, dan menelan daratan. Abrasi, kata yang dulu hanya didengar dari radio, kini menjadi momok yang menghantui setiap sudut desa. Rumah-rumah perlahan roboh, ladang-ladang menghilang, dan mata pencaharian nelayan terancam punah.
Pak Karim meski usianya sudah senja, tak pernah kehilangan semangat untuk mencari Solusi. Ia melihat kerusakan ini bukan hanya sebagai bencana alam, tetapi juga akibat dari keserakahan manusia yang merusak ekosistem laut. Penambangan pasir illegal, pembuangan limbah industri, dan penangkapan ikan dengan bahan peledak telah merusak terumbu karang dan mangrove, yang seharusnya menjadi benteng alami Pantai.
“Kita harus mengembalikan apa yang kita ambil dari laut, Senja,” ujar Pak Karim suatu sore, sambil memandang ombak yang menghantam Pantai dengan ganas. “Kita harus menanam Kembali mangrove, menghidupkan Kembali terumbu karang, dan menghentikan Kembali aktivitas yang merusak laut.”
Senja,yang selalu mengagumi kearifan kakeknya, tergerak hatinya. Ia tahu, ini bukan tugas yang mudah. Banyak warga desa yang sudah putus asa dan memilih untuk pindah kekota. Namun, ia juga tahu, Tanjung Harapan adalah rumahnya, tempat ia dilahirkandan dibesarkan. Ia tidak ingin melihat deanya lenyap ditelan ombak.
Bersama Pak Karim, Senja mulai bergerak. Mereka mengumpulkan bibit mangrove dari hutan-hutan disekitar desa, mengajak anak-anak muda untuk ikut serta dalam aksi penanaman, dan memeberikan penyuluhan kepada warga tentang pentingnya ekosistem laut. Awalnya, banyak yang mencibir dan meremehkan mereka. Mereka diaggap naif dan idealis. Namun, Senja dan Pak Karim tidak menyerah. Mereka terus bekerja dengan tekun dan sabar, menanam satu demis satu bibit mangrove di sepanjang Pantai.
Waktu berlalu. Bibit-bibit mangrove yang ditanam Senja dan Pak Karim mulai tumbuh subur. Akar-akarnya mencengkeram erat tanah, menahan gempuran ombak. Daun-daunnya yang hijau rimbun menjadi tempat berlindung bagi beberapa jenis ikan dan biota laut lainnya. Terumbu karang yang dulu rusak, mulai pulih Kembali. Ikan-ikan berdatangan, megisi jala-jala nelayan.
Perlahan tapi pasti, abrasi mulai mereda. Garis Pantai mulai stabil. Rumah-rumah penduduk tidak lagi terancam ombak. Desa Tanjung Harapan Kembali hidup. Senja dan Pak Karim menjadi pahlawan do mata warga desa. Mereka membuktikan bahwa dengan kerja keras, kesabaran, dan cinta pada alam, segala sesuatu mungkin terjadi.
Suatu malam, Senja duduk di tepi Pantai, mendengarkan bisikia ombak yang lembut. Ia merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Ia tahu, perjalanan ini masih panjang. Masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Namun, ia juga tahu, ia tidak sendiri. Ia memiliki laut yang senantiasa menemaninya, mangrove yang menjadi pagar perlindungannya, dan kakeknya yang menjadi sumber inspirasi dan kekuatannya.
“Terima kasih, Kakek,” bisiknya dalam hati, menatap langit malam yang bertaburan bintanng. “ Terima kasih, laut. Terima kasih Tanjung Harapan.”
Di kejauhan, Pak Karim tersenyum. Ia tahu, Senja akan menjadi penjaga laut yang hebat, pewaris kearifan dan kecintaanya pada alam. Ia percaya, masa depan Tanjung Harapan ada ditangan senja dan generasi muda yang peduli teradap lingkungan. Dan di bawah naungan Bintang Bintang bisikan ombak terus berlanjut, membawa harapan dan keindahan di pesisir senja.