Cerpen Alfira Jihan Fadhila
(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba) |
Pagi hari yang cerah, nampak seorang gadis dengan pria sedang berbincang-bincang ditepi pantai yang masih sepi. Mereka nampak sedang mengamati dan memikirkan cara untuk mengelola sampah di desa Suka Makmur. Memang banyak sekali warga yang masih tidak memikirkan dampak berikutnya yang akan terjadi karna perbuatan mereka ini. Setelah sekian lama, dua orang itu akhirnya beranjak pergi ke rumah masing-masing.
"Ran gimana kalau kita bikin rapat pertemuan dengan para warga sekalian membahas sampah-sampah ini," ucap sang pria yang bertubuh tinggi itu.
"Aduh gimana ya Lan, aku sebenarnya tidak yakin, menginggat warga disini susah sekali untuk dibilangin," jawab gadis disampingnya.
"Tapi gimana ya Ran, kalau misal terus menerus begitu, aku takut nanti bakal terjadi banjir kayak dulu lagi yang berpotensi tsunami," ucap pria yang bernama Alan itu.
"Iya si yaudah nanti kita coba ke Pak Bambang, tapi agak siangan aja," ujar Rania yang akhirnya setuju.
Siang harinya, mereka berhasil membujuk Pak Bambang untuk mengadakan sosialisasi terkait sampah dipantai itu. Dan tanpa menunggu lama Alan dan Rania segera membuat persiapan yang akan disampaikan kepada warga sekitar. Hingga pada akhirnya mereka mengadakan pertemuan di balai desa. Disana Alan dan Rania menjelaskan dampak-dampak dan penanganan sampah pada pantai. Mereka juga bertanya terkait, mengapa warga memilih membuang sampah di tepian pantai?.Namun, disaat ada yang sedang mengeluarkan pendapat,
"Karna kIta itu tidak punya TPA lagi, lalu dimana kami akan membuangnya," ucap salah satu warga.
"Ya betul itu, tidak mungkin kami biarkan rumah kami berserakan sampah,"sambung Bu Hesti.
"Kan ibu ibu bisa ikut langganan sampah, mereka bersedia kok mengambil sampah kerumah ibu-ibu," ucap Rania memberi usul.
"Kamu pikir kita ini kerja apa Rania, ya kalau yang bekerja pns, swasta. Kamu bayangkan Rania, kami ini semua disini hanya buruh. Daripada uang untung membayar makan kami lebih butuh untuk sekolah dan makan anak kami!!” ucap Bu Hesti lagi dengan lantang.
"Ya betul itu Rania" ucap kompak hampir semua warga
Seteah berdebat sekian lama, Rania dan Alan memberi solusi. Mereka memberi saran jika membuat sebuah bank sampah, yang dimana nanti semua warga akan membantu mengelola sampah. Dan karena laut juga akan semakin pasang, mereka mengusulkan untuk membuat pagar laut. Karena memang dulunya disana pernah terjadi banjir yang begitu dahsyat. Apalagi dimusim sekarang, mereka harus menjaga laut agar laut tidak marah.
Minggu kedua pada bulan April telah datang, ini saatnya mereka akan bekerja sama untuk membangun pagar laut serta bank sampah di desa Suka Makmur. Banyak warga yang berdatangan membantu, mereka saling bekerjasama dengan baik. Hingga setelah sholat dzuhur terdengar petir dan hujan mulai turun dengan sangat derasanya. Tempat balai desa ini memang persis didepan laut pantai, para warga meyaksikan sendiri betapa derasnya arus air pada laut yang berusaha datang menghampiri mereka. Namun, dengan adanya pagar laut disana mereka menjadi sedikit tenang. Karena bisa dilihat disana pagar laut bisa membendung air laut yang berusaha ke daratan.
Dari situlah para warga mulai menyadari bahwa pentingnya mengelola sampah dan menanam pagar laut di tepian pantai. Salah satunya agar mereka terhindar dari bahaya yang tidak diinginkan. Para warga menjadi lebih semangat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang akan diadakan demi kepentingan bersama. Dimulai dari ibu-ibu yang mengelola sampah botol dan plastik menjadi sebuah benda yang bisa dijual juga sampah organik yang bisa diolah dengan zigot dan bapak-bapak yang juga ikut serta menanam pagar laut di sepanjang laut. Serta para pemuda pemudi yang juga membantu dan juga memasarkan produk ibu-ibu suka makmur.
Beberapa bulan terakhir ini, warga sekitar juga sudah mulai merasakan dampaknya. Dimana Desa Suka Makmur terlihat lebih bersih dan lebih nyaman serta indah dipandang mata. Laut yang sudah mulai berdamai dengan keberadaan pagar laut. Mereka semua tersenyum bahagia, tak bisa dipungkiri Alan dan Rania juga turut merasakan bahagia karna telah menjadikan warga desa makmur menjadi desa yang makmur.