Cerpen Ariella Mazle Barus
(Disclaimer: Redaksi NGEWIYAK tidak mengubah/mengedit isi naskah lomba)
Di suatu pagi yang cerah, di perkampungan yang indah, terdapat rumah sederhana yang di tinggali oleh keluarga kecil tanpa ayah. Di situlah anak laki laki yang berusia 15 tahun bernama Munir hidup. Munir adalah anak pertama dari empat bersaudara. Ayah Munir sudah meninggal sejak Munir kelas tiga SD. Jadi, sejak itu Munir selalu membantu ibunya bekerja sekaligus menggantikan peran ayahnya sebagai tulang punggung di di keluarga.
Suatu hari, ibu meminta Munir untuk menemani adiknya yang paling kecil pergi kepantai untuk mencari kerang yang indah. Sesampainya di pantai, Munir langsung menemani adiknya untuk mencari kerang sekaligus menjaga adiknya dari ombak ombak yang besar. Saat sedang asik mencari kerang, mata Munir terpanah ke suatu bebatuan yang ada di tepi pantai dengan seorang perempuan yang menggunakan topi bundar berwarna biru yang terlihat sangat indah. Munir ingin sekali menghampiri perempuan tersebut. Namun, tidak mungkin di biarkannya adiknya sendiri di tepi pantai itu.
Keesokan harinya, Munir kembali ke pantai yang indah itu untuk melihat pemandangan yang sangat mempesona di pantai. Dan di situ, Munir kembali melihat perempuan yang di lihatnya kemarin. Terlihat dari kejauhan, perempuan itu terlihat sangat cantik. Tanpa Munir sadari langkahnya perlahan mulai mendekati perempuan itu. Dan terlihat gelang perempuan itu terjatuh dan ia tidak menyadarinya
“Hey! Hmm.. kamu menjatuhkan gelangmu.” Ujar Munir.
“Ohh.. yaa??.. Astaga terimakasih banyak” Kata perempuan itu dengan suara yang lembut.
Melihat mata perempuan itu, hati Munir langsung berdetak dengan kencang. “Arum! ayo cepat kesini! makan siang kita sudah selesai.”
“oh iya bu, aku segera kesana.” ucap perempuan itu sembari pergi ke sumber suara.
Dari situlah Munir mengetahui nama pempuan itu adalah Arum. Nama yang indah sama seperti wajahnya yang cantik jelita. Semejak kejadian itu, wajah Arum tak kunjung hilang dari pikiran Munir. Bahkan Munir sampai tidak fokus dalam setiap pekerjaan nya pada hari itu. Ibu
Munir sempat bertanya tanya mengapa sikap Munir seketika berubah, namun ibu Munir mencoba berfikir bahwa Munir sedang memiliki masalah di pertemanan nya. Hingga pada suatu saat ibu Munir menanyakan nya kepada Munir.
“Anakku, kenapa baru baru ini kamu tidak dalam pekerjaanmu? apa kau punya masalah?” tanya ibu Munir.
“Tidak buk, aku tidak punya masalah. Hanya saja baru baru ini pikiranku selalu dipenuhi oleh perempuan yang ku temui di pantai” ucap Munir.
“Wah, apakah kau tertarik kepadanya, Munir?” tanya ibu dengan antusias.
“Hmmm.. sepertinya begitu bu. Matanya sangat indah, membuatku selalu ingin menatapnya” jawab Munir.
“Munir, ibu tau kamu sekarang sudah remaja dan sudah mulai merasakan jatuh cinta. Namun, ibu minta tolong sekali, tolong jangan tinggalkan pekerjaanmu hanya karna jatuh cinta.” ucap ibu Munir. Mendengar itu, Munir pun mengangguk dengan senyuman.
Keesokan harinya, Munir kembali kepantai saat senja hari. Munir duduk di batu yang ada di tepi pantai sembari menikmati indahnya senja di pantai.
“Senja itu indah sekali, di tambah dengan pagar laut yang ada di laut itu” ucap seorang perempuan. Mendengar suara itu, Munir merasa tidak asing. Dengan perlahan ia menolehkan kepalanya ke samping, dan di situlah Arum duduk tepat di sebelah Munir.
“Halo, kamu orang yang mengingatkan gelangku yang terjatuh kemarin kan?” ucap Arum dengan senyuman yang sangat manis. Munir pun hanya mengangguk dengan senyuman. Mata Munir sudah terpanah dengan wajah Arum yang sangat cantik.
“Terimakasih ya, kamu mau jadi teman aku kan? emang nama kamu siapa?” tanya Arum. “Munir, namaku Munir” jawab Munir dengan gugup.
“Hahahha, nama kamu sangat unik” ucap Arum.
Tidak terasa, semejak kejadian itu Munir dan Arum menjadi lebih dekat lagi. Bagitu pula dengan perasaan Munir yang semakin menggebu gebu. Namun, meski begitu Munir tidak pernah menyampaikan perasaan cintanya kepada Arum. Karena Munir takut cintanya di tolak dan mereka tidak bisa bermain bersama lagi. Jadi perasaan itu Munir simpan baik baik di dalam hatinya.
Hingga pada saat Munir berusia 20 tahun, Munir memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan nya kepada Arum. Munir mengajak Arum ketempat dimana mereka pertama kali bertemu. Di pantai ketika senja hari dengan pagar laut yang ada di atas laut yang membuat pemandangan pantai menjadi semakin indah.
“Mmm.. Arum, aku ingin mengatakan sesuatu” ucap Munir dengan sedikit terbata bata. “Ada apa Munir? kenapa kamu menjadi gugup?” tanya Arum.
“Arum, ini adalah tempat dimana aku menemukan perempuan yang sangat cantik. Dulu, aku belum mengenal perempuan itu, tetapi pantai ini lah yang membuat aku dekat dengan perempuan itu hingga sekarang.” ucap Munir sembari menatap mata Arum.
“Emang perempuan itu siapa, Munir?” tanya Arum.
“Arum, perempuan itu adalah kamu. Aku sudah lama menyimpan perasaan ini. Arum, kamu mau hubungan kita lebih dari teman?” Tanya Munir.
Seketika Arum terdiam, dan suasana saat itu menjadi hening selama beberapa menit.
“Munir, maafkan aku, aku tidak tau kau telah menyimpan rasa selama itu kepadaku. Tetapi hingga sekarang aku hanya menganggapmu sabahai sahabatku, Munir. Aku tidak berniat untuk menolakmu, tetapi aku juga sudah memiliki orang yang kucintai.” Ucap Arum dengan sedih. Mendengar itu, Munir hanya bisa terdiam dan mengangguk dengan senyum tipis. Setelah itu, Arum langsung pergi meninggalkan Munir di pantai itu. Tidak terasa, tangis Munir mulai pecah ketika Arum sudah pergi.
Berhari hari Munir lewati hari dengan sangat lesu. Ibu dan adik adik Munir juga sudah mengusahakan agar Munir dapat kembali seperti dulu. Hingga pada suatu hari, ketika Munir ingin menenangkan diri di pantai dimana ia pertama kali bertemu dengan Arum, ia menatap langit senja di pantai dengan pagar laut yang menghiasi pantai itu sehingga membuat pemandangan itu semakin indah. Munir teringat akan senyuman Arum yang sudah lama tidak di lihatnya. Di tengah kesedihan itu, Munir mendengar suara yang tidak asing.
“Munir, apa kau masih di sini menungguku”
Munir sentak terkejut. Awalnya ia mengira suara itu adalah suara Arum. Namun, setelah di pikir pikir Arum tidak akan kembali ke Munir lagi. Ketika Munir menoleh ke sumber suara, alangkah terkejutnya Munir melihat Arum berdiri tepat di belakangnya.
“Munir, maafkan aku. Ayo kita mulai semuanya dari awal” ucap Arum sembari memeluk Munir.
Kini, cinta Munir dan Arum kembali menyatu. Di pisahkan oleh langit senja di tepi pantai dengan pagar laut yang indah, dan di satukan kembali oleh langit senja di tepi pantai dengan pagar laut yang menghiasi. Kini mereka sudah bersama dan hidup bahagia.