Saturday, March 15, 2025

Cerpen Lomba | Aulia Alifiana | Suara Ombak yang Terpinggirkan

Di tepi pantai yang luas, terdapat sebuah kehidupan yang saling berdampingan namun dipisahkan oleh suatu penghalang yang besar. Terdapat seorang nelayan tua, ia menghabiskan setengah hidupnya di laut, melakukan seluruh aktivitas hariannya di tengah laut untuk mencari ikan. Ia sudah sangat mengenali setiap gelombang arus, setiap ikan, dan juga setiap rahasia yang terjadi di lautan yang luas itu. 

Kakek Regi selalu menghabiskan hari hari nya di lautan demi mendapatkan seekor ikan untuk menafkahi dirinya dan juga sang cucu, Omar. Omar yang baru saja menginjak berumur 18 tahun itu  selalu senang mendampingi sang Kakek untuk pergi ke laut, ia akan duduk menemani sang Kakek di perahu kecil yang Kakek gunakan untuk memancing, sembari mendengarkan cerita cerita tentang kisah sang Kakek yang sehari hari berjuang menerjang seluruh ombak maupun hujan di tengah laut. 

Kakek Regi dan Omar selalu pulang membawa jumlah ikan yang lumayan untuk mereka jual dan makan setiap hari nya. Setiap hari nya mereka harus menerjang ombak yang tidak bisa dibilang kecil,  Kakek dan Omar kerap kali terjebak dalam badai dan ombak yang sangat besar. Namun itu tidak pernah menjadi penghalang mereka untuk mencari ikan di lautan. 

Suatu hari, ketika Kakek Regi pulang sehabis memancing ikan di laut, ia pulang dengan membawa kabar buruk. Ia diberitahu bahwa pemerintah akan membangun pagar laut di sepanjang pantai. Pagar ini akan menghalangi akses nelayan ke laut, yang dipastikan akan mengancam mata pencaharian mereka untuk memancing ikan di laut. 

Kakek Regi dan nelayan lainnya sangat marah. Mereka merasa hak mereka untuk melaut telah dirampas. Mereka mengajukan beberapa tuntutan kepada  pemerintah untuk membatalkan proyek pagar laut yang merugikan para nelayan di daerah tersebut. Karena dengan adanya pagar laut ini Kakek Regi dan para nelayan lainnya akan kesulitan untuk mencari ikan. 

Namun, pemerintah tidak memberikan respon yang baik mengenai tuntutan yang para nelayan laporkan. Pemerintah dan para pihak pengembangan properti bersikukuh bahwa pagar laut diperlukan untuk melindungi pantai dari erosi dan untuk mengembangkan kawasan wisata.

Kakek Regi dan para nelayan lainnya tidak menyerah meskipun tuntutan yang mereka sampaikan tidak dihiraukan oleh para pemerintah dan pihak pengembangan properti. Mereka terus berjuang mempertahankan hak mereka untuk tetap memiliki akses para nelayan ke laut. Kakek Regi dan para nelayan lainnya menulis surat kepada pemerintah, mengadakan demonstrasi, hingga melakukan aksi mogok makan.

Konflik yang sedang dialami oleh Kakek Regi dan para nelayan ini meluas menjadi isu yang lebih besar hingga melibatkan beberapa pihak lainnya. Kakek Regi dan para nelayan lainnya hanya menuntut untuk pembangunan pagar laut dibatalkan agar mereka tetap memiliki akses ke laut untuk memancing. 

Di sisi lain, Pak Sudirman seorang pengembangan proyeksi yang memiliki visi untuk mengubah pantai menjadi surga dunia yang menjadi pusat wisata untuk seluruh masyarakat  dari penjuru dunia. Pak Sudirman sangat menentang tuntutan yang disampaikan oleh Kakek Regi dan para nelayan untuk tidak melanjutkan proyek pembangunan pagar laut. Ia berusaha untuk melakukan negosiasi dengan Kakek Regi dan para nelayan lainnya dengan akan memberikan kompensasi kepada para nelayan, namun para nelayan menolak penawaran yang diberikan oleh Pak Sudiman. Mereka hanya menginginkan kebebasan akses menuju laut untuk mencari ikan dan memenuhi kebutuhan sehari hari mereka, yang sudah para nelayan lakukan dari generasi ke generasi. 

Pak Sudirman sangat bersikukuh untuk mempertahankan proyek pembangunan pagar laut guna mempertahankan proyek investasinya untuk mengubah pantai menjadi pusat wisata para masyarakat dari seluruh penjuru dunia.  

Perbedaan padang antara para nelayan dan Pak Sudirman ini membuat konflik semakin hari semakin memanas. Di satu sisi Kakek Regi dan para nelayan lainnya merasa sangat terancam dengan adanya proyek pembangunan pagar laut. Sedangkan di sisi lain Pak Sudirman dan pihak proyek pembangunan melihat bahwa proyek yang akan mereka lakukan adalah peluang yang sangat bagus untuk kemajuan dan kesejahteraan.

Kakek Regi dan para nelayan lain terus bersikeras dengan penolakan yang mereka lakukan kepada Pak Sudirman dan para pihak proyek pembangunan untuk tidak melanjutkan proyek yang sedang mereka lakukan.

Namun, semua upaya yang telah Kakek Regi dan para nelayan lakukan sia-sia. Proyek pembangunan pagar laut tetap dilanjutkan dan saat ini Kakek Regi dan para nelayan lainnya  semakin kesulitan untuk mendapatkan akses ke laut dan mencari ikan. Mereka hidup dalam ketakutan dan kesulitan karena adanya proyek pembangunan pagar laut yang dilakukan oleh Pak Sudirman. 

Kakek Regi merasa sangat putus asa. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia merasa hidupnya menjadi sangat sulit karena adanya pembangunan pagar laut. Ia tidak bisa lagi memberikan kehidupan yang layak untuk sang cucu Omar.

Di tengah konflik hangat yang sedang dialami oleh para warga dengan pihak proyek pembangunan, Omar diam diam menjalin persahabatan dengan salah satu karyawan resor, Indah. Omar dan Indah kerap kali berbincang bersama, hingga akhirnya mereka menemukan kesamaan antar keduanya dan menjalin persahabatan yang baik. 

Omar kerap kali memikirkan tentang konflik yang sedang terjadi itu, ia sering membicarakannya bersama sang sahabat, Indah. Hingga suatu hari mereka sama sama berpikir untuk membantu menyelesaikan konflik yang kian taun tak usai usai ini. Omar dan Indah mencoba memahami perspektif dari masing masing pihak, mereka berdua juga mencari cari solusi yang dapat mengakomodasi kepentingan para nelayan maupun pihak proyek pembangunan pagar laut. 

Namun, kian hari konflik yang sedang mereka coba untuk selesaikan itu semakin rumit. Suatu hari ketika sang Kakek, Regi. terjebak di lautan karena terkena badai dan ombak yang besar. Kakek Regi sangat membutuhkan bantuan, namun karena proyek pembangunan pagar laut sudah dimulai menghalangi para warga yang ingin membantu Kakek Regi. Omar sangat panik mendengar berita bahwa sang Kakek terkena badai besar di laut, ia dan Indah berfikir untuk mengambil resiko untuk mengabaikan larangan dan seluruh konsekuensi yang mungkin akan diberikan kepada mereka. Omar harus segera menolong sang Kakek. 

Aksi heroik yang dilakukan oleh Omar dan Indah membuat terbukanya mata para masyarakat, bahwa kemanusiaan lebih penting dibandingkan dengan kepentingan pribadi.

Suatu hari, Pak Sudirman bertemu dengan Omar dan Indah. Mereka berdua menjelaskan kepada Pak Sudirman bahwa pagar laut tidak hanya mengancam mata pencaharian para nelayan saja, tetapi juga merusak lingkungan sekitar desa.

Pak Sudirman mulai memikirkan kejadian Kakek Regi yang terkena ombak dan badai besar di laut, ia juga kerap kali memikirkan tentang perkataan Omar dan Indah kepadanya mengenai proyek pembangunan pagar laut yang sedang ia lakukan. Ia menyadari bahwa ia tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk lingkungan sekitar.

Pak Sudirman, Kakek Regi, dan para nelayan lainnya saling berdamai dan mendukung dalam perjuangan mereka menjaga kelestarian pantai. Mereka bersama-sama menyuarakan keprihatinan mereka tentang dampak dibangunnya pagar laut.

Berkat perjuangan mereka, pemerintah akhirnya mendengarkan suara mereka. Pagar laut dibongkar, dan nelayan kembali mendapatkan akses ke laut.

Pak Sudirman dan nelayan lainnya bersyukur atas keputusan pemerintah yang membatalkan proyek pembangunan pagar laut. Mereka bersyukur karena mereka masih bisa melaut, dan mereka masih bisa memberikan kehidupan yang layak untuk keluarga mereka.

Mereka juga bersyukur karena mereka telah belajar untuk bersatu dan berjuang untuk hak mereka. Mereka tahu bahwa dengan bekerja sama, mereka bisa mengatasi tantangan apapun yang datang.