Di tepi pantai yang luas, terdapat sebuah kehidupan yang saling berdampingan namun dipisahkan oleh suatu penghalang yang besar. Terdapat seorang nelayan tua, ia menghabiskan setengah hidupnya di laut, melakukan seluruh aktivitas hariannya di tengah laut untuk mencari ikan. Ia sudah sangat mengenali setiap gelombang arus, setiap ikan, dan juga setiap rahasia yang terjadi di lautan yang luas itu.
Kakek Regi selalu menghabiskan hari hari nya di lautan demi mendapatkan
seekor ikan untuk menafkahi dirinya dan juga sang cucu, Omar. Omar yang baru
saja menginjak berumur 18 tahun itu selalu senang mendampingi sang Kakek
untuk pergi ke laut, ia akan duduk menemani sang Kakek di perahu kecil yang
Kakek gunakan untuk memancing, sembari mendengarkan cerita cerita tentang kisah
sang Kakek yang sehari hari berjuang menerjang seluruh ombak maupun hujan di
tengah laut.
Kakek Regi dan Omar selalu pulang membawa jumlah ikan yang lumayan untuk
mereka jual dan makan setiap hari nya. Setiap hari nya mereka harus menerjang
ombak yang tidak bisa dibilang kecil, Kakek dan Omar kerap kali terjebak
dalam badai dan ombak yang sangat besar. Namun itu tidak pernah menjadi
penghalang mereka untuk mencari ikan di lautan.
Suatu hari, ketika Kakek Regi pulang sehabis memancing ikan di laut, ia
pulang dengan membawa kabar buruk. Ia diberitahu bahwa pemerintah akan
membangun pagar laut di sepanjang pantai. Pagar ini akan menghalangi akses
nelayan ke laut, yang dipastikan akan mengancam mata pencaharian mereka untuk
memancing ikan di laut.
Kakek Regi dan nelayan lainnya sangat marah. Mereka merasa hak mereka untuk
melaut telah dirampas. Mereka mengajukan beberapa tuntutan kepada
pemerintah untuk membatalkan proyek pagar laut yang merugikan para nelayan di
daerah tersebut. Karena dengan adanya pagar laut ini Kakek Regi dan para
nelayan lainnya akan kesulitan untuk mencari ikan.
Namun, pemerintah tidak memberikan respon yang baik mengenai tuntutan yang
para nelayan laporkan. Pemerintah dan para pihak pengembangan properti
bersikukuh bahwa pagar laut diperlukan untuk melindungi pantai dari erosi dan
untuk mengembangkan kawasan wisata.
Kakek Regi dan para nelayan lainnya tidak menyerah meskipun tuntutan yang
mereka sampaikan tidak dihiraukan oleh para pemerintah dan pihak pengembangan
properti. Mereka terus berjuang mempertahankan hak mereka untuk tetap memiliki
akses para nelayan ke laut. Kakek Regi dan para nelayan lainnya menulis surat
kepada pemerintah, mengadakan demonstrasi, hingga melakukan aksi mogok makan.
Konflik yang sedang dialami oleh Kakek Regi dan para nelayan ini meluas
menjadi isu yang lebih besar hingga melibatkan beberapa pihak lainnya. Kakek
Regi dan para nelayan lainnya hanya menuntut untuk pembangunan pagar laut
dibatalkan agar mereka tetap memiliki akses ke laut untuk memancing.
Di sisi lain, Pak Sudirman seorang pengembangan proyeksi yang memiliki visi
untuk mengubah pantai menjadi surga dunia yang menjadi pusat wisata untuk
seluruh masyarakat dari penjuru dunia. Pak Sudirman sangat menentang
tuntutan yang disampaikan oleh Kakek Regi dan para nelayan untuk tidak
melanjutkan proyek pembangunan pagar laut. Ia berusaha untuk melakukan
negosiasi dengan Kakek Regi dan para nelayan lainnya dengan akan memberikan
kompensasi kepada para nelayan, namun para nelayan menolak penawaran yang
diberikan oleh Pak Sudiman. Mereka hanya menginginkan kebebasan akses menuju
laut untuk mencari ikan dan memenuhi kebutuhan sehari hari mereka, yang sudah
para nelayan lakukan dari generasi ke generasi.
Pak Sudirman sangat bersikukuh untuk mempertahankan proyek pembangunan
pagar laut guna mempertahankan proyek investasinya untuk mengubah pantai
menjadi pusat wisata para masyarakat dari seluruh penjuru dunia.
Perbedaan padang antara para nelayan dan Pak Sudirman ini membuat konflik
semakin hari semakin memanas. Di satu sisi Kakek Regi dan para nelayan lainnya
merasa sangat terancam dengan adanya proyek pembangunan pagar laut. Sedangkan
di sisi lain Pak Sudirman dan pihak proyek pembangunan melihat bahwa proyek yang
akan mereka lakukan adalah peluang yang sangat bagus untuk kemajuan dan
kesejahteraan.
Kakek Regi dan para nelayan lain terus bersikeras dengan penolakan yang
mereka lakukan kepada Pak Sudirman dan para pihak proyek pembangunan untuk
tidak melanjutkan proyek yang sedang mereka lakukan.
Namun, semua upaya yang telah Kakek Regi dan para nelayan lakukan sia-sia.
Proyek pembangunan pagar laut tetap dilanjutkan dan saat ini Kakek Regi dan
para nelayan lainnya semakin kesulitan untuk mendapatkan akses ke laut dan
mencari ikan. Mereka hidup dalam ketakutan dan kesulitan karena adanya proyek
pembangunan pagar laut yang dilakukan oleh Pak Sudirman.
Kakek Regi merasa sangat putus asa. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa.
Ia merasa hidupnya menjadi sangat sulit karena adanya pembangunan pagar laut.
Ia tidak bisa lagi memberikan kehidupan yang layak untuk sang cucu Omar.
Di tengah konflik hangat yang sedang dialami oleh para warga dengan pihak
proyek pembangunan, Omar diam diam menjalin persahabatan dengan salah satu
karyawan resor, Indah. Omar dan Indah kerap kali berbincang bersama, hingga
akhirnya mereka menemukan kesamaan antar keduanya dan menjalin persahabatan
yang baik.
Omar kerap kali memikirkan tentang konflik yang sedang terjadi itu, ia
sering membicarakannya bersama sang sahabat, Indah. Hingga suatu hari mereka
sama sama berpikir untuk membantu menyelesaikan konflik yang kian taun tak usai
usai ini. Omar dan Indah mencoba memahami perspektif dari masing masing pihak,
mereka berdua juga mencari cari solusi yang dapat mengakomodasi kepentingan
para nelayan maupun pihak proyek pembangunan pagar laut.
Namun, kian hari konflik yang sedang mereka coba untuk selesaikan itu
semakin rumit. Suatu hari ketika sang Kakek, Regi. terjebak di lautan karena
terkena badai dan ombak yang besar. Kakek Regi sangat membutuhkan bantuan,
namun karena proyek pembangunan pagar laut sudah dimulai menghalangi para warga
yang ingin membantu Kakek Regi. Omar sangat panik mendengar berita bahwa sang
Kakek terkena badai besar di laut, ia dan Indah berfikir untuk mengambil resiko
untuk mengabaikan larangan dan seluruh konsekuensi yang mungkin akan diberikan
kepada mereka. Omar harus segera menolong sang Kakek.
Aksi heroik yang dilakukan oleh Omar dan Indah membuat terbukanya mata para
masyarakat, bahwa kemanusiaan lebih penting dibandingkan dengan kepentingan
pribadi.
Suatu hari, Pak Sudirman bertemu dengan Omar dan Indah. Mereka berdua
menjelaskan kepada Pak Sudirman bahwa pagar laut tidak hanya mengancam mata
pencaharian para nelayan saja, tetapi juga merusak lingkungan sekitar desa.
Pak Sudirman mulai memikirkan kejadian Kakek Regi yang terkena ombak dan
badai besar di laut, ia juga kerap kali memikirkan tentang perkataan Omar dan
Indah kepadanya mengenai proyek pembangunan pagar laut yang sedang ia lakukan.
Ia menyadari bahwa ia tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga
untuk lingkungan sekitar.
Pak Sudirman, Kakek Regi, dan para nelayan lainnya saling berdamai dan
mendukung dalam perjuangan mereka menjaga kelestarian pantai. Mereka
bersama-sama menyuarakan keprihatinan mereka tentang dampak dibangunnya pagar
laut.
Berkat perjuangan mereka, pemerintah akhirnya mendengarkan suara mereka.
Pagar laut dibongkar, dan nelayan kembali mendapatkan akses ke laut.
Pak Sudirman dan nelayan
lainnya bersyukur atas keputusan pemerintah yang membatalkan proyek pembangunan
pagar laut. Mereka bersyukur karena mereka masih bisa melaut, dan mereka masih
bisa memberikan kehidupan yang layak untuk keluarga mereka.
Mereka juga bersyukur karena mereka telah belajar untuk bersatu dan
berjuang untuk hak mereka. Mereka tahu bahwa dengan bekerja sama, mereka bisa
mengatasi tantangan apapun yang datang.